“Proses
Rekonsiliasi” Paska Bentrokan Di Nilai Tergesah-Gesah Dan Di Paksakan Sepihak
Oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara.
Sejak
peristiwa pada tangal 19 oktober 2014, Gubenur menfasilitasi masyarakat
tataaran Tondano dan IMIPA Sulut untuk melakukan langkah rekonsiliasi pada
tanggal 23 oktober 2014, semuanya di atur sangat rapi, pada tanggal 22
Oktober 2014, malam sekitar jam 21.00 wita, KESBANG SULUT menelepon ketua IMIPA
SULUT (Yemto Tabo), menyampaikan Undangan tersebut.
Pada
pagi hari sekitar jam 08.00 wita, undangan fisik dari Pemerintah Provinsi SULUT
di berikan ke sekertariatan IMIPA SULUT. Tiga jam kemudian, pada jam 10.00
wita, Polda menyiapkan kendaraan (DALMAS) sebanyak 2 unit, dikawal dengan
anggota kepolisian berseragam lengkap, para polisi bersiap di depan asrama
Kamasan V Manado untuk mengakomodasi Mahasiswa (Badan pengurus IMIPA-SULUT) ke
UNIMA Tondano. Tepat jam 11.00 wita, pada siang itu kendaraan mulai beriringan
menuju Tondano, tidak melewati jalan tempat TKP namun melewati jalan
Boulevard-Tondano kemudia ke arah timur menuju Gedung AULA FIS UNIMA. Kesibukan
di gedung tersebut terlihat rapi dan terisolir karena di jaga dengan aparat
keamanan super ketat.
Badan
Pengurus Pusat IMAPA-SULUT turun dari kendaraan tersebut, disana belum ada
Badan Pengurus IMIPA Cab.Tondano, sehinga silih berganti saling menelepon
antara Badan Pengurus Pusat IMIPA-SULUT dan Badan Pengurus IMIPA Cab.Tondano.
Tawar
menawar melalui telepon celluler, yang akhirnya semua Badan Pengurus
IMIPA PUSAT memaksa untuk pergi ke Kamasan VI Tondano, yang jaraknya sekitar
satu kilometer, agar ada musyawarah bersama untuk menyepakati langkah
bersama yang di ambil oleh semua komponen IMIPA-SULUT, Rombongan IMIPA-SULUT
akhirnya pergi dan bertemu dengan semua mahasiswa dan mahasiswi yang di sekap
oleh pihak keamanan Minahasa itu.
Setelah
Pertemuan antara BPH IMIPA Pusat SULUT dan BPH IMIPA-Cab.Tondano, tak bisa
tertahankan ketika IMAPA Pusat Manado turun dari kendaran DALMAS milik POLDA
SULUT, Rasa tangispun tak tertahankan, dimana keluarga korban, sanak saudara,
dan teman-teman alm. Petius Tabuni, menangis, sayup-sayup
terdengar, tangan di dada mereka di dahi mereka, tampak situasi yang tegang
berubah menyedihkan. Situasi berubah semangat ketika IMIPA-Pusat Manado
meneriakan Yel-Yel, “Papua (HIDUP), Papua (HIDUP), IMIPA (Hidup), Sulut
(Terima Kasih), Manado (Terima Kasih), Tomohon (Terima Kasih), Tondano (Terima
Kasih), Tataaran (Terima kasih). Ketika penjelasan dari Badan
Pengurus Pusat IMIPA Manado, TIM Indenpenden dan motifasi-motifasi dari
senioritas, Lalu Berdoa Bersama anggota-anggota yang ada IMIPA Cabang Tondano
Sebelum Menuju Ke Aula FIS Unima, dan kemudian semuanya menuju Aula FIS
UNIMA.
Lasimnya
pertemuan resmi, dihadapan kami digantungkan Fanflet yang tulisanya “Penandatangan
Kesepakatan Damai. Badan Pengurus Pusat IMPA Manado, beriringan
memasuki Ruangan Aula Fis Unima, semuanya saling menoleh keherangan
dan adapula yang berbisik-bisik “ ini Penipuan”. Lima menit kemudian
iring-iringan muspida Pemprov.Sulut memasuki ruangan Aula FIS UNIMA. Gubernur
Sulut ( Sinyo Harry Sarundajang), Kejaksaan Tinggi Sulut, Kapolda SuLut,
PANGDAM, Ketua DPRD SULUT, Wakil bupati Minahasa, Rektor UNIMA, Rektor UNSRAT,
dan Muspida Prov.Sulut dan Muspida Kabupaten Minahasa, Kecamatan Tondano
Selatan.
Mengawali
kegiatan dimulai dengan Doa Pembuka oleh, Pendeta setempat. Kemudian pembukaan
rapat dimulai. Seakan dipaksakan untuk menyanyikan lagu indonesia raya,
mahasiswa papua pun berdengung hingga akhir dari lagu kebangsaan indonesia
tersebut. Gubernur Provinsi Sulawesi Utara, membuka pertemuan tersebut dengan
berbagai arahan, yang salah satunya adalah “Pertemuan ini akan menghasilkan
penandatanganan perjanjian damai antara masyarakat Pataaran dengan mahasiswa
papua, karena kitorang ba sudara”. Gubernur pun mempersilahkan Tokoh
masyarakat Tataaran untuk menyampaikan pernyataan mereka. Situasi tiba-tiba
teggang pada saat tokoh masyarakat tondano selatan mebacakan pernyataan sikap
mereka, ada beberapa poin diantarannya;
1. Penerangan Lampu Jalan Di
Sepanjang Ruas Jalan Tataaran II Dan Tataaran Patar; 2. Penambahan
Polsek Kecamatan Tondano selatan di Tataaran; 3. Melupakan Semua
Masa Lalu Dan Warga Siap Berdamai (Hal Ini Menyinggung Pernah Terjadi Hal Yang
Sama 3 Bulan Yang Lalu), 4. Perbaikan Nama Baik
Kelurahan Tataaran.
Selain
itu kata gubernur Sulawesi Utara Sinyo Harry Sarundajang (SHS) Bahwa
masyarakat di tondano dan Khususnya Masyarakat Tataaran semuanya baik-baik,
jika mereka tidak baik tentunya tidak ada putra mereka menjadi Gubernuri
saat ini, Karena Kenyataannya Saya Jadi “gubernur sulawesi utara Saat
Ini”)
Hasil Laporan Dari Boy P dan P. Lokon
0 komentar:
Posting Komentar