Senin, 24 Juli 2017

Anggota Polisi Ancam Bunuh Saksi Mata Penembakan Maikel Merani

Anton Merani (29) adalah saksi saat Maikel ditembak.
Yapen, ENS,- Maryana Worabai (41), bersama kedua Stafnya, Bob Bonay (28) dan Gerda Bonay (36) melakukan Pemantauan ke Kampung Kontiunai, Distrik Yawakukat, Kabupaten Kepulauan Yapen, Provinsi Papua Senin (11/07), sekitar pukul 14.00 WIT. Kampung Kontiunai Elsham Yapen bertemu Isalena Samai (20) istri dari Alm. Maikel Merani dan Anton Merani (29) adalah saksi yang saat itu duduk bersama Maikel ketika Maikel ditembak.

Di rumahnya, Anton menjelaskan pada relawan Elsham, “Bulan Juni, maaf saya lupa tanggal dan harinya, saya pergi ke Kampung Waniwon untuk belanja di Pasar Serui. Saya ada duduk di emperan pertokoan, tiba tiba ada anggota Polisi, Bripka Amos Worembai (41) hampiri saya sambil berkata, Bikin apa disini? Saya jawab hanya duduk saja, kamu yang lapor saya terlibat dalam penembakan Maikel? Dia Pukul saya di wajah bagian Kanan, lalu pukul di kepala bagian belakang. Sambil pukul, Oknum Anggota Polisi itu pegang pistol Jenis Revolver arahkan di wajah saya sambil berkata, hari ini saya akan bunuh engkau.”

Untung saat itu ada orang yang datang amankan saya, lalu Oknum Polisi itu katakan lagi, “Ingat! Suatu saat saya akan bunuh engkau dengan kedua tangan saya.”

“Kejadian ini, membuat saya ketakutan, mau pergi ke kota, pergi berburu di hutan, pergi meramu Sagu pun saya takut. Saya sudah sampaikan hal ini ke anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Bapak Isak Merani (42) untuk sampaikan ke Bapak Kapolres. Namun belum ada tanggapan balik, baik dari anggota Dewan maupun Kepolisian Mapolres Kepulauan Yapen,” tutur Anton kepada Elsham Papua. Anton juga berharap agar Elsham Papua dapat memberikan perlindungan bagi dirinya yang sedang diancam oleh anggota Polisi.

Sekedar diketahui, sejak Maikel Merani ditembak, Almarhum meninggalkan seorang istri dan seorang  putra bernama Bintang Kejora Merani yang berusia tahun enam bulan. “Sejak suami saya ditembak mati, saya pasrah saja, walaupun saya rasa sedih karena anak ini masih kecil, dan saya sendiri yang urus. Kelak anak ini akan besar dan sekolah, tentu membutuhkan biaya. Suami yang saya harap bisa mencari nafkah untuk kelangsungan hidup tapi sekarang sudah tidak ada, saya harus berkeja keras cari nafkah demi kelangsungan hidup bersama anak saya. Sampai saat ini saya masih trauma dan takut karena saya lihat sendiri suami saya ditembak, saya takut kalau saya juga ditembak mati oleh polisi dan  tentara, saya minta perlindungan dari Elsham Papua”, tutur Isalena sambil menangis. 

ELSHAM Papua ©2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar