Anton Merani (29) adalah saksi saat Maikel ditembak. |
Yapen, ENS,- Maryana Worabai (41),
bersama kedua Stafnya, Bob Bonay (28) dan Gerda Bonay (36) melakukan
Pemantauan ke Kampung Kontiunai, Distrik Yawakukat, Kabupaten Kepulauan
Yapen, Provinsi Papua Senin (11/07), sekitar pukul 14.00 WIT. Kampung
Kontiunai Elsham Yapen bertemu Isalena Samai (20) istri dari Alm. Maikel
Merani dan Anton Merani (29) adalah saksi yang saat itu duduk bersama
Maikel ketika Maikel ditembak.
Di rumahnya, Anton menjelaskan pada relawan Elsham, “Bulan Juni, maaf
saya lupa tanggal dan harinya, saya pergi ke Kampung Waniwon untuk
belanja di Pasar Serui. Saya ada duduk di emperan pertokoan, tiba tiba
ada anggota Polisi, Bripka Amos Worembai (41) hampiri saya sambil
berkata, Bikin apa disini? Saya jawab hanya duduk saja, kamu yang lapor
saya terlibat dalam penembakan Maikel? Dia Pukul saya di wajah bagian
Kanan, lalu pukul di kepala bagian belakang. Sambil pukul, Oknum Anggota
Polisi itu pegang pistol Jenis Revolver arahkan di wajah saya sambil
berkata, hari ini saya akan bunuh engkau.”
Untung saat itu ada orang yang datang amankan saya, lalu Oknum Polisi
itu katakan lagi, “Ingat! Suatu saat saya akan bunuh engkau dengan
kedua tangan saya.”
“Kejadian ini, membuat saya ketakutan, mau pergi ke kota, pergi
berburu di hutan, pergi meramu Sagu pun saya takut. Saya sudah sampaikan
hal ini ke anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Bapak Isak Merani
(42) untuk sampaikan ke Bapak Kapolres. Namun belum ada tanggapan balik,
baik dari anggota Dewan maupun Kepolisian Mapolres Kepulauan Yapen,”
tutur Anton kepada Elsham Papua. Anton juga berharap agar Elsham Papua
dapat memberikan perlindungan bagi dirinya yang sedang diancam oleh
anggota Polisi.
Sekedar diketahui, sejak Maikel Merani ditembak, Almarhum
meninggalkan seorang istri dan seorang putra bernama Bintang Kejora
Merani yang berusia tahun enam bulan. “Sejak suami saya ditembak mati,
saya pasrah saja, walaupun saya rasa sedih karena anak ini masih kecil,
dan saya sendiri yang urus. Kelak anak ini akan besar dan sekolah, tentu
membutuhkan biaya. Suami yang saya harap bisa mencari nafkah untuk
kelangsungan hidup tapi sekarang sudah tidak ada, saya harus berkeja
keras cari nafkah demi kelangsungan hidup bersama anak saya. Sampai saat
ini saya masih trauma dan takut karena saya lihat sendiri suami saya
ditembak, saya takut kalau saya juga ditembak mati oleh polisi dan tentara, saya minta perlindungan dari Elsham Papua”, tutur Isalena
sambil menangis.
ELSHAM Papua ©2017
0 komentar:
Posting Komentar