Selasa, 09 Mei 2017

Awal Malapetaka Terhadap Papua Melalui Proses Aneksasi







Proses Aneksasi Terhadap Bangsa Papua 

SWP-News, Timika, Hari ini, senin (01 May, 2017) rakyat bangsa papua yang berdomisili di kota Timika melakukan aksi bersama dalam bentuk Ibadah dalam rangka menolak dengan tegas pencablokan Wilayah Papua dan manusia papua dipaksakan ikut sertakan dengan negara Indonesia. Kegiatan aksi kali ini dilakukan bertempat di kantor sekertariat OPM, KNPB-PRDM Wilayah Timika, Jl. Freeport Lama, Bendungan, Timika Papua. Dengan hari aneksasi, 01 May 1963 sampai 01 may 2017 merupakan peristiwa terpenting yang dapat dikenang sebagai awal penderitaan dan malapetaka bagi bangsa papua yang berkehendak mewujudkan kemerdekaan diatas negeri ini.


Perjuangan kemerdekaan bangsa papua adalah gerakan yang bersifat dinamis dan kolektif bukan suatu gerakan yang sebatas wacana sesaat di mulut. Tetapi sebagai seorang penghuni yang sedang merasakan proses imprealisme, kapitalisme dan kolonialisme diatas negeri ini wajib berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan menyangkut pembebasan bangsa. Indonesia dengan ambisi mencablok wilayah West Papua merupakan bukti keterlibatan secara sepihak yang disepakati oleh negara Amerika, Belanda dan Indonesia tanpa melibatkan masyarakat pribumi sebagai hak kepemilikan wilayah west papua. Dan kesepakatan secara sepihan dilakukan pada tahun 1962 di New York merupakan bentuk pelecehan atas hak-hak sipol dan ekosop diatas negerinya sendiri. Setelah melakukan kesepakatan antara Amarika, Belanda dan Indonesia untuk wilayah West papua maka mulai dari tahun 1963 bangsa papua mengalami penderitaan dan hal itu sebagai awal malapetaka bagi bangsa papua hingga kondisi kini.


Sesuai dengan perjanjian "New York Agreement" tahun 1962 merupakan bentuk pelecehan atau penipuan kepada bangsa papua yang dilakukan secara sepihak antara Indonesia, Amerika dan Belanda adalah cacat hukum Internasional. Maka PBB sebagai hak pengambilan kebijakan segera mencabut hasil persetujuan secara sepihak yang dilakukan antara Indonesia, Amerika dan Belanda atas status sejarah dan hal ideologi papua.


Himbauan melalui surat undangan aksi sebelumnya. Akhirnya bangsa papua dapat berpartisipasi dalam agenda yang bertema " ILEGAL STATUS INDONESIA DI PAPUA". Aksi demo kali ini dilakukan dalam bentuk Ibadah bersama sebagai bentuk penolakan hari aneksasi papua kedalam negara Indonesia yang mulai terjadi dari tahun 1963 hingga 1969 yang dilaksanakan Penentuan Pendapar Rakyat (PEPERA) di Tanah Papua.


Setiap individu, keluarga, suku dan terutama bagi bangsa papua pada umumnya pastikanlah diri pribadi, keluarga dan suku menjadi pemilik atau penghuni tanah papua. Kita semua tidak mudah saling menghianati dan menjual sesama anak bangsa dalam medan perjuangan ini. Jika setiap anak bangsa yang masih atau telah bergabung dalam barisan milisi merah putih segera keluar dari kepentingan Imprealisme dan kolonialisme diatas negeri ini. Bagi yang masih mrnghianati dan menjual sesama anak bangsa, tentu mereka mendapatkan kutukan dari Allah, alam papua dan manusia papua sendiri melalui seruan doa dari bangsa papua. Dan para penghinat dan penjual manusia papua akan terasa gelisah dalam hidup dan kehidupan mereka hingga akan mati tanpa jejak kaki diatas tanah ini bersama Indonesia sebagai aktor pemusnahan etnis melanesia papua.


Allah moyang bangsa papua yang menciptakan manusia dapat mengutuki setiap individu, keluarga dan suku yang masih mempertahankan kedaulatan Indonesia. Sepanjang sejarah perjuangan bangsa papua, tidak ada hubungan baik dengan negara kolonial ini. Jadi mereka yang masih menjalin hubungan baik denga negara kolonial ini, mungkin karena sebagian diantara sesama bangsa papua sesuap dengan kepentingan perut diatas negeri ini. Kiranya perjuangan melawan penjajahan, pembantaian dan perampokan diatas negeri ini, Allah moyang bangsa papua barat pasti akan memerdekakan bangsa papua dari praktek Imprealisme, kapitalisme dan kolonialisme diatas negeri ini. (T. G / SWP).


Disposkan:  Suara Wiyaimana Papua

Tidak ada komentar:

Posting Komentar