JALAN KEMERDEKAAN PAPUA
Salam Juang. Inilah hal penting yang
harus jadi tujuan aksi-aksi damai kita: menguasai ruang publik. Kita
harus merebut ruang itu dengan damai. Di
lapangan aksi, di media sosial, di kampus, di tempat kerja, di
pasar-pasar, di sekolah, di tempat ibadah, di tempat wisata, dst kita
harus dengan bangga mengatakan ‘kita cinta damai, karena itu kita cinta
Papua Merdeka’.
Jangan
biarkan ketakutan meneror kita. Korban akibat kekerasan aparat kolonial
sudah begitu banyak, tetapi korban akibat teror ketakutan yang mereka
sebarkan jauh lebih banyak lagi. Kita boleh takut, karena takut itu
manusiawi. Tetapi kita tidak boleh dikontrol dan dikuasai oleh
ketakutan. Dan kita, kawan-kawan semua, sudah membuktikannya pada 2 Mei
2016.
Jangan terpancing pihak-pihak yang hendak merusak prioritas perjuangan kita. Mereka bisa mencaci, atau membakar bintang kejora dan terus menerus sebar spanduk mendeklarasikan diri cinta NKRI. Biarkan mereka.
Sesungguhnya itu adalah tantangan bagi kedewasaan politik kita. Kedepan akan tambah banyak yang model demikian, kedepan aparat aparat akan memperhadapkan kita pada sesama rakyat biasa dengan isu-isu SARA. AWAS jangan terpancing. Musuh kita jelas: kolonialisme dan kapitalisme, bukan orang-orang yang mengais hidup dari belas kasihan aparat militer.
Sekarang kita lihat bertambahnya dukungan internasional di Eropa, Afrika Pasifik juga Indonesia sendiri, terhadap kehendak kita menjadi anggota tetap di forum Melanesian Spearhead Group dan kampanye kita, melakui IPWP, menuntut PBB mendorong dan mengawasi referendum ulang di Papua.
Kita saksikan, walau sedikit, ada orang-orang di Indonesia yang bekerja untuk membantu kita menekan pemerintah Indonesia, mendorong perubahan pendekatan di Papua, untuk mendukung kebebasan berekspresi kita di ruang publik. Memang jumlah mereka masih sangat sedikit. Tetapi peran mereka penting, untuk membuka tabir ketidaktahuan dan prasangka yang hidup di pikiran rakyat Indonesia sejak orde baru hingga sekarang, terhadap tuntutan kemerdekaan kita.
Kita butuh sekutu dari seluruh dunia, jika saja kita bisa jangkau semua. Tapi di Indonesia kita butuh mereka-mereka yang mau bicara lantang agar semakin banyak orang Indonesia tahu bahwa NKRI harga mati bukanlah cita-cita reformasi mereka 1945, melainkan doktrin Orde Baru pasca 65. Mereka harus bergerak lebih maju dari sekadar mengunyah-ngunyah doktrin itu tanpa menggunakan nalar, membuka mata dan mendengarkan.
Kita harus bantu orang-orang Indonesia mengenal sejarahnya sendiri, dengan terus tanpa takut menyatakan sejarah kita sendiri. Mereka harus mengenal kebangsaan mereka dari perjuangan kebangsaan kita.
Kita bisa saksikan betapa tidak berkualitasnya respon pemerintah Indonesia saat ini. Mereka mengaku negeri sebagai demokrasi yang dijadikan contoh dunia, tetapi diam terhadap penanangkapan dan kekerasan yang dialami rakyat kita. Mereka gerah pada hasil pertemuan IPWP di Inggris, tersinggung dengan permintaan Tim Pencari Fakta pelanggaran HAM PIF, sambil tak melakukan langkah apapun yang nyata berpihak pada penegakan HAM rakyat kita.
Yang mereka lakukan hanyalah terus merangkai alasan dan siasat tipu muslihat terhadap berbagai kasus pelanggaran HAM yang mengorbankan para pendahulu kita. Mereka tidak pernah mau akui tangan mereka berlumuran darah kita. Pengadilan HAM hanya dongeng saja. Mereka tidak punya cukup nyali mengadili diri mereka sendiri.
Sekarang mereka mau ganti darah dan nyawa itu dengan investasi dan infrastruktur. Negara demokratis macam apa itu? Jualan investasi ini sudah korbankan tanah-tanah adat masyarakat kita, membuat masyarakat diadu domba dan baku tipu. Hutan kita sedang dihabisi, kebudayaan kita sedang dihancurkan. Alam kehidupan dunia sedang mereka rusak. Itulah yang mereka sebut pembangunan, dan itulah yang kita sebut penjajahan.
Inilah medan perjuangan kita merebut kedaulatan politik itu. Mendukung proses dan kampanye MSG dan IPWP adalah satu hal, membangun kedaulatan politik kita lewat aksi massa damai di ruang publik, menyuarakan seluruh persoalan rakyat bangsa Papua, adalah hal penting lainnya. Keduanya harus berjalan beriring.
Mari kita lanjutkan. Kedepan kita tidak saja akan penuhi jalanan dengan kehendak politik kita, namun juga kehendak budaya, sosial, dan ekonomi sebagai bangsa yang harus merdeka.
Kita sudah di jalan perlawanan yang benar untuk mengakhiri
Kita yang berada di luar Papua, sambil terus mengikuti perkembangan ini, juga akan meneruskan pergerakan solidaritas kita sebagai sesama rakyat.
Yang kita kehendaki adalah tak ada lagi kematian oleh senjata yang dibeli dari pajak rakyat; tak ada lagi kematian oleh karena penyakit-penyakit yang sudah bisa disembuhkan; penyelidikan tuntas terhadap kematian ratusan ribu orang akibat puluhan operasi militer di Papua. Kita menginginkan rakyat tanah Papua bisa tegak di kakinya sendiri dalam damai dan martabat. Kita menginginkan negeri ini memulai pendekatan baru non keamanan dan non pembangunan-pro korporasi terhadap Papua. Kita menginginkan pendekatan dialog yang setara.
PAPUA Tidak Ada Masa Depan Di Bawah Indonesia
Bersatu kita teguh, Bercerai kita runtuh.!
Papua adalah gambaran paling buruk tentang apa yang merupakan cita-cita terbaik dari para pejuang dan pendiri bangsa Indonesia. Di Papua lah, seluruh ideal-ideal republik itu dibunuh tanpa berkedip dan dikubur tanpa upacara kehormatan. Yang sudah terjadi di Papua adalah genosida perlahan-lahan (slow genocide) dan pembantaian rakyat oleh aparat militer Indonesia.mari berjuang Imperialisme indonesia
Kawan, Jangan lupakan saudara-saudara kita di Papua dan Maluku, doakanlah mereka!
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Kami akan selalu dan terus memperjuangkan hak-hak demokratik rakyat papua barat, salut buat mereka yang telah megores catatan baru dalam sejarah gerakan pembebasan Nasional.
ALIANSI RAKYAT TIMOR-LESTE UNTUK KEMERDEKAAN PAPUA
A LUTA CONTINUA BERJUANG TERUS !!!
Disposkan oleh: A Luta Continua Terus Berjuang PAPUA
Jangan terpancing pihak-pihak yang hendak merusak prioritas perjuangan kita. Mereka bisa mencaci, atau membakar bintang kejora dan terus menerus sebar spanduk mendeklarasikan diri cinta NKRI. Biarkan mereka.
Sesungguhnya itu adalah tantangan bagi kedewasaan politik kita. Kedepan akan tambah banyak yang model demikian, kedepan aparat aparat akan memperhadapkan kita pada sesama rakyat biasa dengan isu-isu SARA. AWAS jangan terpancing. Musuh kita jelas: kolonialisme dan kapitalisme, bukan orang-orang yang mengais hidup dari belas kasihan aparat militer.
Sekarang kita lihat bertambahnya dukungan internasional di Eropa, Afrika Pasifik juga Indonesia sendiri, terhadap kehendak kita menjadi anggota tetap di forum Melanesian Spearhead Group dan kampanye kita, melakui IPWP, menuntut PBB mendorong dan mengawasi referendum ulang di Papua.
Kita saksikan, walau sedikit, ada orang-orang di Indonesia yang bekerja untuk membantu kita menekan pemerintah Indonesia, mendorong perubahan pendekatan di Papua, untuk mendukung kebebasan berekspresi kita di ruang publik. Memang jumlah mereka masih sangat sedikit. Tetapi peran mereka penting, untuk membuka tabir ketidaktahuan dan prasangka yang hidup di pikiran rakyat Indonesia sejak orde baru hingga sekarang, terhadap tuntutan kemerdekaan kita.
Kita butuh sekutu dari seluruh dunia, jika saja kita bisa jangkau semua. Tapi di Indonesia kita butuh mereka-mereka yang mau bicara lantang agar semakin banyak orang Indonesia tahu bahwa NKRI harga mati bukanlah cita-cita reformasi mereka 1945, melainkan doktrin Orde Baru pasca 65. Mereka harus bergerak lebih maju dari sekadar mengunyah-ngunyah doktrin itu tanpa menggunakan nalar, membuka mata dan mendengarkan.
Kita harus bantu orang-orang Indonesia mengenal sejarahnya sendiri, dengan terus tanpa takut menyatakan sejarah kita sendiri. Mereka harus mengenal kebangsaan mereka dari perjuangan kebangsaan kita.
Kita bisa saksikan betapa tidak berkualitasnya respon pemerintah Indonesia saat ini. Mereka mengaku negeri sebagai demokrasi yang dijadikan contoh dunia, tetapi diam terhadap penanangkapan dan kekerasan yang dialami rakyat kita. Mereka gerah pada hasil pertemuan IPWP di Inggris, tersinggung dengan permintaan Tim Pencari Fakta pelanggaran HAM PIF, sambil tak melakukan langkah apapun yang nyata berpihak pada penegakan HAM rakyat kita.
Yang mereka lakukan hanyalah terus merangkai alasan dan siasat tipu muslihat terhadap berbagai kasus pelanggaran HAM yang mengorbankan para pendahulu kita. Mereka tidak pernah mau akui tangan mereka berlumuran darah kita. Pengadilan HAM hanya dongeng saja. Mereka tidak punya cukup nyali mengadili diri mereka sendiri.
Sekarang mereka mau ganti darah dan nyawa itu dengan investasi dan infrastruktur. Negara demokratis macam apa itu? Jualan investasi ini sudah korbankan tanah-tanah adat masyarakat kita, membuat masyarakat diadu domba dan baku tipu. Hutan kita sedang dihabisi, kebudayaan kita sedang dihancurkan. Alam kehidupan dunia sedang mereka rusak. Itulah yang mereka sebut pembangunan, dan itulah yang kita sebut penjajahan.
Inilah medan perjuangan kita merebut kedaulatan politik itu. Mendukung proses dan kampanye MSG dan IPWP adalah satu hal, membangun kedaulatan politik kita lewat aksi massa damai di ruang publik, menyuarakan seluruh persoalan rakyat bangsa Papua, adalah hal penting lainnya. Keduanya harus berjalan beriring.
Mari kita lanjutkan. Kedepan kita tidak saja akan penuhi jalanan dengan kehendak politik kita, namun juga kehendak budaya, sosial, dan ekonomi sebagai bangsa yang harus merdeka.
Kita sudah di jalan perlawanan yang benar untuk mengakhiri
Kita yang berada di luar Papua, sambil terus mengikuti perkembangan ini, juga akan meneruskan pergerakan solidaritas kita sebagai sesama rakyat.
Yang kita kehendaki adalah tak ada lagi kematian oleh senjata yang dibeli dari pajak rakyat; tak ada lagi kematian oleh karena penyakit-penyakit yang sudah bisa disembuhkan; penyelidikan tuntas terhadap kematian ratusan ribu orang akibat puluhan operasi militer di Papua. Kita menginginkan rakyat tanah Papua bisa tegak di kakinya sendiri dalam damai dan martabat. Kita menginginkan negeri ini memulai pendekatan baru non keamanan dan non pembangunan-pro korporasi terhadap Papua. Kita menginginkan pendekatan dialog yang setara.
PAPUA Tidak Ada Masa Depan Di Bawah Indonesia
Bersatu kita teguh, Bercerai kita runtuh.!
Papua adalah gambaran paling buruk tentang apa yang merupakan cita-cita terbaik dari para pejuang dan pendiri bangsa Indonesia. Di Papua lah, seluruh ideal-ideal republik itu dibunuh tanpa berkedip dan dikubur tanpa upacara kehormatan. Yang sudah terjadi di Papua adalah genosida perlahan-lahan (slow genocide) dan pembantaian rakyat oleh aparat militer Indonesia.mari berjuang Imperialisme indonesia
Kawan, Jangan lupakan saudara-saudara kita di Papua dan Maluku, doakanlah mereka!
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Kami akan selalu dan terus memperjuangkan hak-hak demokratik rakyat papua barat, salut buat mereka yang telah megores catatan baru dalam sejarah gerakan pembebasan Nasional.
ALIANSI RAKYAT TIMOR-LESTE UNTUK KEMERDEKAAN PAPUA
A LUTA CONTINUA BERJUANG TERUS !!!
Disposkan oleh: A Luta Continua Terus Berjuang PAPUA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar