Wakil-wakil Parlemen Selandia Baru berpose dengan Benny Wenda setelah menandatangani Deklarasi International Parliamentarians for West Papua-RNZI/Koroi Hawkins |
Jayapura, Jubi - Wakil-wakil parlemen dari beberapa
partai politik di Selandia Baru telah ikut menandatangani sebuah
deklarasi yang diprakarsai oleh International Parliamentarians for West
Papua.
Hal ini menyusul pidato dihadapan parlemen oleh tokoh pejuang Papua
Merdeka Benny Wenda yang berada di Selandia Baru belum lama ini, untuk
menambah kepedulian atas wilayah tanah airnya itu.
Sebelas anggota parlemen dikatakan sudah menandatangani deklarasi
Internasional para anggota parlemen yang menyerukan penentukan nasib
sendiri di Papua.
Wenda mengatakan dukungan lintas partai tersebut adalah pertanda bertumbuhnya solidaritas global.
"In bukan saja satu partai politik melainkan empat, yakni Partai
Buruh, Partai Hijau, Nasional (dan Partai Maori), mereka semua
tandatangani deklarasi tersebut. Melalui cara ini mereka tunjukkan pada
dunia bahwa perjuangan ini adalah soal kemanusiaan. Orang-orang itu
percaya keadilan dan kemerdekaan," kata Wenda.
Sensitivitas isu Papua
Selama di Wellington, kali ini Benny Wenda bahkan tidak diminta untuk
membeberkan latar belakangnya dihadapan panitia terpilih parlemen
terkait petisi yang menuntut pemerintah Selandia Baru bertindak atas
pelanggaran HAM di Papua.
Malah, dia sempat melakukan pertemuan singkat dengan beberepa pejabat
Kementerian Luar Negeri yang mendengarkan penyampaiannya dengan seksama
untuk meminta lebih tindakan lebih terhadap Papua. Mereka bahkan
mengantarnya saat pamitan.
Selama ini pemerintah NZ tampak sungkan mendorong Jakarta lebih keras
terkait Papua, meskipun mereka tunjukkan perhatiannya pada tinjauan HAM
periodik Indonesia di PBB bulan ini.
Namun, sensitivitas isu terkait West Papua memang terbukti selama masa kunjungan Wenda di Wellington.
Dia sempat berpartisipasi dalam demonstrasi (11/5) ke kedutaan
Indonesian di Kelburn, Wellington dan berkumpul bersama para pemrotes
yang menyerukan kemerdekaan West Papua.
Protes tersebut berlangsung agak sengit setelah kedutaan Indonesia
membuka pintu dan pejabat kedutaan keluar bertemu para pemrotes.
Firdauzie Dwiandika, Konselor Menteri untuk urusan politik, berdiri
di dekat Wenda dan Catherine Delahunty anggota parlemen dari Partai
Hijau Selandia Baru yang bicara di hadapan massa.
Dwiandika menyatakan bahwa mereka salah terkait HAM di Papua, dan bahwa rakyat Papua tahu mana yang benar.
Namun Delahunty menjawab, "Anda tidak bisa lagi menganggap kami akan
percaya cerita itu, anda sudah memarginalisasi masyarakat asli Papua,
mencoba ‘memenjarakan’ mereka dalam batas negara, mengabaikan krisis
kesehatan mereka, dan mengambil sumber daya alamnya.”
Dwiandika membalas Delahunty dengan pernyataan, “Papua sudah berubah,” kata dia.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar