Sabtu, 25 Februari 2017

Umat Katolik didorong membangun budaya cinta

Uskup Agung Leopoldo Girelli, wakil Vatikan untuk Vietnam non-residen bersama para imam lokal mengunjungi gua Maria di Keuskupan Vinh pada 16 Februari.
Seorang utusan Vatikan telah mendorong umat Katolik di Vietnam bagian tengah membangun budaya cinta dan persaudaraan pada Misa khusus untuk merayakan seorang misionaris Prancis yang baru-baru ini dibeatifikasi di Laos.

Uskup Agung Leopoldo Girelli, perwakilan Vatikan untuk Vietnam non-residen, menulis surat yang dibacakan dalam Misa syukur untuk Beato Yohanes Pembaptis Malo (1899-1954) dari Serikat Misi Asing Paris di Provinsi Ha Tinh.

Uskup Agung Girelli berada di Vietnam pada saat Misa, tapi pemerintah lokal tidak mengizinkan dia untuk menghadiri upacara itu yang dipimpin oleh Mgr Paul Nguyen Thai Hop, Uskup Vinh pada 16 Februari.
Uskup Auksiler Peter Nguyen Van Vien dari Keuskupan Vinh membacakan surat uskup agung itu selama perayaan itu yang diadakan di kompleks Gereja Vinh Hoi, Distrik Huong Khe.

Dalam suratnya, Uskup Agung Girelli mengatakan Beato Malo menghabiskan 18 tahun menginjili dan melayani orang miskin di Tiongkok. Setelah ia meninggalkan Tiongkok, ia pergi ke Laos dan bekerja di sana selama 16 bulan dalam situasi sulit dan kemudian ia menjadi martir.

“Pastor Malo mencintai Asia dan Indocina. Ia menjadi orang Cina antara warga Cina dan menjadi orang Laos antara warga Laos. Dia benar-benar mati tidak hanya untuk Tuhan, tapi untuk orang-orang yang dicintai,” tulis Uskup Agung Girelli.

Uskup agung itu meminta umat mengikuti teladan Beato Malo dalam memberikan kesaksian tentang Yesus Kristus dan nilai-nilai Kristen dalam situasi sulit, seperti tantangan yang dihadapi di negara sekularisme dan pembatasan untuk kebebasan beragama dalam mempraktekkan iman mereka sehari-hari.

Uskup agung juga mengatakan: “Saya dilarang ke Gereja Vinh Hoi meskipun saya sudah berada di Vinh.” Kata-katanya bisa dipahami menjadi acuan bahwa ia tidak diizinkan menghadiri acara tersebut.
“Tuhan memiliki rencana bagi Gereja Katolik di Vietnam dan Dia membutuhkan kerjasama Anda. Masa depan Gereja lokal tergantung pada Anda dan iman Anda,” kata utusan Vatikan.

Akhirnya, ia mendesak mereka “untuk mencintai Tuhan, mencintai Asia dan mencintai negara Anda.”

Para martir Katolik di Laos

Beato Malo termasuk 17 martir Katolik – imam, katekis dan orang awam, yang dibeatifikasi pada 11 Desember 2016 di Vientiane, ibukota Laos.

Menurut dokumen Gereja, Beato Malo ditangkap tahun 1954 di Thakhek oleh gerilyawan komunis yang didukung oleh komunis Vietnam Utara. Ia diserahkan kepada komunis Vietnam yang kemudian memenjarakan dia di Provinsi Do Luong.

Uskup Hop mengatakan Beato Malo meninggal pada 28 Maret 1954 dalam perahu yang sedang berlayar dari Ngan Sau Sungai ke kamp penjara Do Luong di Vietnam bagian utara. Dia meninggal akibat kelelahan dan penyiksaan dan dimakamkan di tepi sungai. Tahun 1990, ia dimakamkan kembali di kompleks Gereja Vinh Hoi.

“Hari ini kita berkumpul di sini untuk menyampaikan terima kasih kepada Beato Malo dan misionaris lainnya yang mengorbankan hidup mereka menjadi saksi Kabar Baik di Laos dan Vietnam,” kata Uskup Hop.
Dalam homilinya, Mgr Michael Hoang Duc Oanh, Uskup Emeritus Keuskupan Kontum meminta umat mengikuti teladan Beato Malo dengan membangun persaudaraan, solidaritas, perdamaian dan saling menghormati.

Uskup Oanh mendesak mereka berdoa bagi pengunjuk rasa dari Paroki Song Ngoc yang telah dipukuli dan ditahan oleh polisi saat mereka melakukan pawai menuntut pabrik baja milik Taiwan  pada 14 Februari.
“Cinta kepada Kristus mengharuskan Anda mencari keadilan, kebebasan, dan hak asasi manusia sebagai anak-anak Allah,” kata Uskup Oanh.

Lebih dari 80 imam termasuk Serikat Misi Asing Paris dan Laos juga bergabung dalam acara itu dihadiri oleh lebih dari 7.000 orang.

Keuskupan Vinh meliputi tiga Provinsi Nghe An, Provinsi Ha Tinh dan Provinsi Quang Binh dengan 550.000 umat Katolik yang menderita penganiayaan agama dan pencemaran lingkungan. Mereka telah memprotes penganiayaan yang mengakibatkan penindasan lebih lanjut oleh pemerintah.

Sumber: ucanews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar