DARAH ORANG PAPUA TERUS
MEMBARA DAN KEADILAN DI TANAH KIAN MAHAL
=====================================================================
Suara Wiyaimana Papua, Air Mata dan darah terus
mengalir seantero tanah Papua Barat, selama 54 Tahun Papua diitegerasikan ke
dalam NKRI kekerasan belum berakhir periode demi periode, masuk lagi reformasi
namun kekerasan dengan kekuatan militer belum juga memberikan sebuah keadilan
bagi Rakyat Papua Barat.
Keadilan
kedamaian di tanah Papua terlalu mahal untuk dinikmati oleh rakyat Papua Barat
seperti manusia lain di muka bumi ini. Negara tidak menjami keselamatan
rakyatnya, Rakyat Papua barat terus menyerit kesakitan darah dan air mata terus
mengalir.
Hukum Indonesia tidak Berpihak Kepada Rakyat Papua
Atas
nama penegakan Hukum rakyat Papua Barat terus di korbankan atas nama pembangunan
rakyat Papua terus menjadi minioritas di tanahnya sendiri. Pembangunan menjadi
topeng untuk merampas hak Tanah rakyat Papua Barat. Periode demi Periode terus
sili berganti belum memberikan dampak yang postif bagi rakyat Papua Barat,
Pemerintah indonesia terlihat bagus dari kulitnya namun didalamya penuh dengan
anjing galak, begitulah pemerintah dan TNI/POLRI terlihat baik dan di media
masa selalu mempublikkasikan tentang pembangunan dan kesejahtraan namun dalam
perakteknya pembangunan, kesejatraan, dan penegakan hukum hanya topeng
melegalkan pemerintah Indonesia melakukan penindasan dan pembantaian serta
perampasan tanah adat terus berjalan.
Kematian Rakyat Papua Terencana
Peraktek
pemusnahan Manusia Papua dilakukan oleh pemerintah dengan berbagai peraktek
secara sistematis dan terustruktur, melegalkan pengiriman minuman keras dari
luar Papua dengan lebel khusus, penualan Minuman keras secara bebas di berbagai
kota di Papua dengan alasan bahwa minuman keras menghasilkan pendapatan Daerah
PAD yang lebih besar bagi kabupaten kota di Papua. Pada hal minuman keras
berpengaru tingginya angkah HIV di Papua dan juga meningkatnya pembunuhan dan
hancurnya kasus moral manusia Papua.
Pembunuhan
melalui Pengobatan gratis dan Keluarga Berenca (KB) sebenarnya KB tidak layak
untuk di terapkan di Papua karena Jumlah Manusia Papua lebih kesil dibandingkan
manusia di Pulau luar Papua, dampak memperlakukanya KB terhadap usia masi
produksi anak dan memberikan kebebasan atau peluang untuk orang melakukan
hubungan seks bebas karena tidak mukin hamil, akhirnya angka HVI terhada
Ibu-ibu rumah tangga dan remaja sangat tinggi.
Pembunuhan
melalui tima panas dengan stikma separatis, Gerakan Pengacau Keamanan (GSB)
Kerakan Sipil Bersenjata (KSB), Kerombolan, Orang Tak Dikenal (OTK) dan lain
–lain Sitikma ini selalu dipakai oleh pemerintah dan TNI POLRI untuk melakukan
peraktek pemusnahan manusia Papua, Setiap orang asli Papua bebrbicara Demi
Keadilan dan Kebenaran serta berteriak atas Tanah mereka dirampas atau
menguasai oleh pemerintah selalu menistikmakan Separatis pada akhirnya mereka
harus ditembak mati dengan senjata, alat negara dengan alasan menghambat
pembangunan, selain itu selalu mengistikmakan separatis dan GPK, KSB, OTK dan
lain-lain
Papua jadikan Ladang bagi Proyek TNI Polri
Tidak
ada separatis dan teroris di Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat TPNPB dan
TNI/POLRI Aparat Indonesia, yang ada hanya itu saja. Rakyat Papua yang selalu
tuntu hak penentuan nasib sendiri yang secara legal dilindungi oleh hukum
internasional. Separatis dan Teroris diciptakan oleh NKRI untuk mengkelabui
perjuangan legal orang Papua Barat, juga diciptakan oleh Aparat Indonesia
TNI/POLRI yang memiliki nafsu teritori atau kekuasaan TNI/ POLRI bersama
perintahan Indonesia.
Pengalian
atau Stigmanisasi adalah langkah yang selalu dipake oleh Negara Republik
Indonesia untuk membungkam Perjuangan Papua Merdeka. Sebelumnya, sejak proses
aneksasi Papua oleh Indonesia, stigma “hitam, keriting dan bodoh” telah
dipasang sejak lama dan memasung pikiran dan ruang gerak Orang Papua sejak
operasi Trikora 19 desember 1961 hingga saat ini 2015, perjuangan Papua makin
mengkistal dan mendapat tempat di akui oleh regional dan di dunia
international.
Indonesia
gencar dengan promosi program sebagai bentuk keseriusan pemerintah membangun
orang Papua tapi dengan memasang berbagai stigma telah terjadi pemutarbalikan
fakta dan pembohongan yang dinilai. Indonesia dinilai gagal dalam membangun
manusia Papua. Indonesia dinilai tidak mampu bahkan tidak memiliki itikad baik
sedikitpun untuk membangun manusia Papua. Selain itu kini menerapkan OTSUS,
UP4B, OTSUS PLUS dan PROSPEK atau Pemerintahan Papua merupakan sebuh sitem yang
akan menghancurkan masa depan dan harapan hidup orang papua.
Ketidakmampuan
negara dalam mengatasi gejolak politik Papua Merdeka dengan memberikan stigma
kepada Orang Papua dinilai merupakan sebuah konspirasi licik bahwa Indonesia
menunjukan dirinya semakin tidak berdaya menghadapi Gerakan. Papua Merdeka.
# Mecky Medawogii Yeimo
Disposkan: Suara Wiyaimana Papua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar