Begitulah bangsa Papua saat ini. Kita melihat, tapi tra bisa berbuat apa-apa, terperangkap dalam diam yg diciptakan oleh mereka yg memegang pisau kekuasaan. Kita terbuai dalam mimpi penjajah, tidur dalam ketidakpedulian, dan meskipun mata terbuka, jiwa kita terbelenggu dalam mati rasa.
Bangsa terjajah berjalan tanpa arah, diselimuti kesadaran kolonial yg mengalir dalam darahnya, percaya bahwa segalanya akan baik-baik saja, sementara luka2 penindasan terus menganga. Dan tubuh kita diperlakukan seperti benda yg bisa dipotong-potong sesuai keinginan mereka.
Tanah kita yg dulunya penuh dengan kehidupan, kini menjadi medan operasi bagi mereka yg menganggap kita hanya sebagai subjek untuk dijarah. Setiap gerak, setiap keputusan, adalah bagian dari permainan mereka, dan kita hanya bisa mengamati, terikat dalam bisu. Tidak ada ruang untuk melawan, karena setiap perlawanan dibungkam dengan bius yg mereka tanamkan dalam pikiran kita.
Hari-hari kematian tiada henti, tanah hutan isinya dijarah, suara-suara dirampok dan dijual beli, dan semua kita anggap wajar, biasa, tanpa perlawanan. Mental tunduk dan pasrah meresap dalam tiap nadi, dan yg lain hanya bisa menangis dalam diam. Kami terperangkap dalam bayang-bayang, melangkah tanpa suara, menerima setiap luka tanpa tanya.
Cukup! Kita bukan objek bius dan operasi. Kita adalah penjaga tanah yg telah diwariskan, dan setiap inci tanah air ini bagian dari darah yg mengalir dalam tubuh kita. Mari kita goncang dinding kebisuan yg mereka bangun. Memecahkan rantai yg membelenggu pikiran kita. Kita bukan bagian dari cerita yg mereka tulis, kita bukan pion yg mereka gerakkan. Tanah ini, suara ini, tubuh kita, semuanya adalah milik kita, dan kita harus merebutnya kembali.
Gamei, awal 2025
Ditulis: Victor F Yeimo, Jubir Internasional KNPB
0 komentar:
Posting Komentar