Add caption |
Oleh: Kelompok Belajar Perempuan Papua di Semarang )*
Persoalan
poligami masih hangat diperbincangkan masyarakat, tak terkecuali anak
muda di jaman kini. Meski banyak alasan dan pandangan, suara keras
bernada penolakan terus disampaikan aktivis perempuan menentang adanya
poligami karena dianggap sebagai cara lain bagi laki-laki menindas kaum
perempuan.
Pendapat ini mengemuka dalam diskusi lepas yang
diselenggarakan mahasiswi Papua di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu
(28/1/2017) petang. Diskusi diadakan di Kontrakan Moge, Semarang,
dihadiri 14 orang, dipandu Alfrida Kedeikoto, mahasiswi Universitas PGRI
Semarang, dengan notulis Shelly Tekege, mahasiswi Universitas PGRI
Semarang.
Merry Nawipa, mahasiswi Universitas 17 Agustus (Untag)
Semarang, sebagai pemantik materi, mengungkapkan, poligami pada dasarnya
datang dengan beribu alasan yang menghasilkan berbagai argumen yang
menjadi pemicu berbagai pendapat terus mengalir menambah perdebatan
mengenai poligami di tengah masyarakat.
Dalam pembahasan materi
yang diawali dengan penjelasan singkat mengenai poligami dan dilanjutkan
diskusi lepas hingga menghasilkan sejumlah kesimpulan, mengerucut pada
beberapa hal penting baik dari aspek agama, budaya, dan kecenderungan
kaum laki-laki di era modern dewasa ini.
Hasil Diskusi
Berbicara
mengenai poligami seperti tak akan ada ujungnya karena laki-laki
cenderung berpoligami dengan beribu alasan untuk meyakinkan istri maupun
masyarakat sekitarnya. Alasan-alasan tersebut dengan pandangannya
masing-masing tanpa memikirkan akibat yang akan terjadi kemudian.
Poligami juga ternyata menjadi salah satu topik paling hangat dibicarakan saat ini di kalangan anak muda.
Perlu
dipahami bahwa poligami adalah salah satu kebiasaan memiliki istri
lebih dari satu dalam kurun waktu bersamaan. Itu sering terjadi karena
berbagai alasan dan pandangan. Seringkali orang menganggap poligami itu
hal biasa yang terjadi kapan saja pihak laki-laki mau tanpa ada
pemikiran akan dampaknya.
Dari aspek Agama Islam, poligamai itu
hal biasa, namun tak terlepas dari ketentuan-ketentuan tertentu.
Laki-laki boleh menikah jika ada persetujuan dari perempuan.
Menurut
Agama Kristen sebelum Perjanjian Baru, orang berpoligami itu biasa.
Karena dalam Alkitab memuat akan bunyi yang maknanya seakan mengijinkan
seorang lelaki boleh berpoligami. Namun, poligami menurut Agama Kristen
setelah Perjanjian Baru, poligami itu sesuatu yang bertentangan dengan
ajaran Agama. Sesuai Perjanjian Baru, satu orang perempuan diciptakan
untuk satu orang lelaki. Ini berdasarkan kisah awal penciptaan manusia
pertama. Tuhan menciptakan perempuan dari tulang rusuk laki-laki hanya
satu orang.
Ini artinya, Yesus datang untuk menggenapi yang kurang baik, menambahkan yang kurang dan mengurangi yang lebih.
Jika dipelajari lebih dalam lagi, orang berpoligami karena belum memahami penuh tentang ajaran agama itu sepenuhnya.
Dalam
adat, poligami itu terjadi pada orang-orang tertentu. Orang-orang
tersebut punya kekayaan, harta, uang, ternak peliharaan, yang dalam suku
Mee biasa disebut “Tonawi”. Hal seperti itu terjadi setelah
adanya kesepakatan bersama antara pihak perempuan dan pihak istri. Juga
kepada keluarga yang tidak memiliki anak, karena perlunya anak sebagai
penerus marga, pewaris harta kekayaan orang tua.
Seiring
berjalannya waktu, poligami itu disalahgunakan oleh orang di jaman
sekarang. Kaum lelaki menikah dua atau lebih istri dengan alasan yang
kurang tepat. Alasan paling mendasar yang sering terungkap dasarnya
hanya karena ikut-ikutan. Terpengaruhnya laki-laki dengan omongan teman
sejawat.
Secara umum, alasan-alasan seorang lelaki berpoligami dapat dirincikan sebagai berikut:
- Membutuhkan penerus keturunan: Kebanyakan laki-laki menikah istri kedua dengan alasan ingin punya ketururan yang banyak. Karena sebagai seorang ibu atau ayah pasti punya anak untuk mewariskan apa yang dipunyai. Dilihat dari perfektif adat, keturunan ini sangat penting untuk penerus marga.
- Kurangnya pelayanan dari perempuan: Poligami itu kadang terjadi karena kurangnya pelayanan yang terjadi dalam kehidupan rumah tangga. Poligami adalah perkawinan dua atau lebih istri. Lelaki ingin menikah lagi jika dalam rumah tangga kurang cinta kasih, pelayanan dan kenyamanan.
- Pengaruh lingkungan: Banyak orang ingin menikah istri kedua hanya untuk mencari nama. Yang namanya laki-laki selalu ingin punya yang lebih dan tidak ingin disaingi orang lain. Hal seperti itu terjadi pada saat penghasutan dari teman sejawat muncul.
Dampak Poligami
Poligami
tentunya memiliki dampak yang mungkin merugikan. Sesuai kesimpulan yang
didapat dari diskusi kali ini, kebanyakan dampak yang terungkap dari
pendapat teman-teman berdasarkan realita, intinya merugikan.
Dampak-dampak tersebut dapat dirincikan sebagai berikut:
- Psikologis
Perempuan
adalah manusia paling lemah yang sering mengalah dan mengutamakan
perasaan. Kondisi seperti ini membuat perempuan itu terkadang susah
untuk mengatasi. Dari sisi psikologis, dengan adanya poligami, psikis
perempuan tentunya sering terganggu
- Kasih Sayang
Poligami itu menghancurkan kasih sayang. Dengan adanya poligami, kasih sayang ayah terhadap anak dan istri akan terbagi.
- Kesenjangan Ekonomi
Sudah
tentu dengan bertambahnya anggota keluarga, semakin banyak punya
tanggung jawab yang harus ditanggung oleh kepala rumah tangga.
- Hancurnya Rumah Tangga
Dengan
adanya poligami, kehidupan dalam rumah tangga tidak akan aman. Akan
selalu merasakan kurang atas semua yang diberikan, dari kasih sayang
sampai ekonomi rumah tangga. Tentunya hal seperti itu akan mendatangkan
banyak hal yang sebenarnya tidak diinginkan ada.
- Ketidakadilan
Seperti
yang sering terjadi, istri pertama dan anak-anaknya akan tersisih.
Meskipun poligami berangkat dari kesepakatan, perasaan seseorang hanya
bisa dilihat oleh Tuhan. Sudah pasti ketersisihan akan ada di dalam.
Korban Penindasaan
Sebenarnya
poligami itu merupakan salah satu penindasan terhadap perempuan. Dengan
adanya poligami, perempuan semakin tersisih. Kasih sayang yang berhak
didapatkan oleh perempuan dapat terbagi dengan adanya istri kedua.
Bukan
hanya kasih sayang, poligami itu membuat perempuan semakin tersiksa
karena laki-laki sesungguhnya dalam mengambil tindakan seperti itu
kebanyakan memikirkan perasaan.
Dari dulu sampai sekarang tidak
pernah ada titik ujungya dalam membicarakan poligami. Untuk
mengatasinya, tidak ada solusi yang pas karena setiap orang memiliki
kepribadian yang berbeda. Sudah tentu cara untuk mengatasi hal poligami
berbeda jika terjadi dalam hidupnya.
Ada satu pendapat yang
menurut kami menarik untuk jadikan pelajaran untuk perempuan adalah
mengetahui lebih jauh akan pasangannya sebelum terlanjur lebih jauh dari
semua sisi agar tidak terjadi hal tersebut.
Banyak solusi yang
akan kita tahu dari banyak mulut, tetapi akan lebih indah jika untuk
mengatasinya kembali ke pribadi masing-masing.
Kami sebagai
perempuan terpelajar yang mengerti akan poligami, jangan jadi korban
poligami. Laki-laki datang dengan beribu alasan untuk merayu demi
memuaskan kepentingan sendiri. Itu biasa. Maka, pilihan ada pada pribadi
perempuan masing-masing. Berpikir terlebih dahulu, lalu memilih hal
yang menurutmu baik dengan beribu pertimbangan yang harus dipikirkan
lebih matang.
Hal yang perlu diingat oleh laki-laki, menyakiti
perasaan perempaun sama halnya dengan menyakiti hati mama yang
melahirkan dengan susah payah. Berpoligami itu baik dan tidak, boleh dan
tidak kembali ke pribadi masing-masing pria.
Satu hal yang
menjadi catatan buat para lelaki: betapa sakitnya mama jika istrimu atau
pasanganmu sakit hati karena hal tersebut mau atau tidak mau akan
dirasakan juga oleh mama.
“Tuhan memberi pasangan dalam hidupmu
untuk menggantikan ibumu. Perlakukan mereka seperti ibu kandungmu yang
tidak tergantikan oleh siapapun.”
)* Artikel ini merupakan hasil diskusi Kelompok Belajar Perempuan Papua di Semarang.
0 komentar:
Posting Komentar