![]() |
Oktovianus Sondegau (duduk di pagar paling kanan), ayah kandung Otianus Sondegau (16) saat menunjukkan lokasi anaknya ditempat mati oleh Brimob di Sugapa. (Foto: Yoakim Mujizau) |
JAYAPURA, SUARAPAPUA.com—
Keluarga korban Otianus Sondegau (16) yang ditembak mati oleh anggota
Brimob di Sugapa mengatakan, Otianus ditembak dengan menggunakan senjata
jenis Sniper dari jarak 50 meter di depan halaman rumanya pada 27
Agustus 2016 pukul 10.30 WIT.
Dalam
pernyataan sikap yang diterima suarapapua.com, keluarga korban
menjelaskan, semenjak Brimob datang ke Sugapa, banyak kasus
sewenang-wenang yang dilakukan oleh anggota Brimob di Sugapa, Intan
Jaya.
Selama
Brimob berada di Intan Jaya sudah beberapa kasus yang dilakukan. Antara
lain, penembakan terhadap Seprianus Japugau di lapangan sepakbola
Sugapa pada September 2014, pengeroyokan terhadap enam pemuda pada 7
Maret 2016, penembakan terhadap Malon Sondegau pada 25 Agustus 2016 dan
masih banyak kasus pemukulan yang dilakukan aparat Brimob.
“Terakhir,
brimob tembak mati Otianus di depan rumahnya pada 27 Agustus 2016 pada
pukul 10.30. mereka (Brimob) tembak dengan Sniper dari jarak 50 meter
dan kemudian dua peluru bersarang di dalam tubuh Otianus dan meninggal
dunia,” ungkapnya dalam pernyataan sikap tersebut.
Sementara
itu , mahasiswa Intan Jaya di Jayapura mempertanyakan keberadaan
aparat Briomob Intan Jaya, Papua. Menurut mahasiswa, pasca penembakan
terhadap Seprianus Japugau di lapangan sepak bola pada tahun 2014, semua
pihak termasuk Pemkab Intan Jaya telah sepakat untuk tarik Brimob ke
Polda Papua.
“Masyarakat sudah
menyatakan sikap untuk tarik kembali Brimob dari Intan Jaya. Tetapi ini
masih ada di Intan Jaya dan buat ulah lagi. Maka itu kami minta supaya
pemerintah daerah dan Polda Papua harus bertanggungjawab. Intan Jaya
bukan tempat berburu manusia untuk Brimo. Harus tarik kembali dan Pemkab
Intan Jaya harus bertanggung jawab,” tegas Oten Tipagau kepada wartawan
di Jayapura.
Kata Tipagau, masyarakat intan jaya sudah biasa hidup damai dengan anggota polisi di Polsek Sugapa dan TNI di Koramil Sugapa.
“Masyarakat
sudah tinggal baik dengan polisi dan TNI yang ada. Tapi kenapa bupati
datangkan lagi Brimob. Ini untuk mengamankan bisnis atau untuk apa?
Karena Brimob ini bikin ulah terus. Intan Jaya bukan daerah konflik,”
tegasnya lagi.
Sebelumnya, Komisioner
Komnas HAM RI, Natalius Pigai mendesak kepolisian mengusut tuntas kasus
penembakan terhadap seorang warga Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya,
Papua yang dilakukan oleh Brimob, Sabtu (27/8).
“Terkait
peristiwa penembakan yang menewaskan satu orang oleh kesatuan anggota
Brmob di Intan Jaya, kami telah menyampaikan secara langsung kepada
Kapolri dan Kapolda Papua supaya turunkan tim untuk proses penegakan
hukum, baik displin, pidana, maupun kode etik,” tegas Natalius dalam
keterangannya kepada Media Indonesia, Senin (29/8/2016) seperti dikutip
suarapapua.com dari mediaindonesia.com.
Selain itu, ia juga meminta pihak keamanan agar mampu memberikan jaminan kedamaian pascaperistiwa tersebut.
“Demikian pula pemerintah daerah agar dapat menyelesaikan persoalan ini bersama keluarga korban,” sambung Natalius.
Hal
lain yang tidak kalah penting, kata dia, adalah penertiban ojek-ojek
dan peredaran minuman keras yang seringkali memicu konflik.
“Kejadian
yang melibatkan tukang ojek atau akibat miras memang banyak di Papua
sehingga kami minta agar ini betul-betul ditertibkan,” tegasnya.
Pewarta: Arnold Belau dan Harun Rumbarar
0 komentar:
Posting Komentar