![]() |
Kantor Polsek Sugapa yang dibakar sebagai akibat dari penembakan terhadap Otius Sondegau (16) di Sugapa oleh Brimob, 27/8/2016. (Foto: Yoakim Mujizau) |
JAYAPURA, SUARAPAPUA.com—
Melianus Duwitau, aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Papua mengatakan,
semenjak pemerintah meminta Brimob ke Sugapa tidak memberikan jaminan
keamanan yang baik bagi masyarakat di Sugapa, kabupaten Intan Jaya,
Papua.
Hal itu dikatakan
Duwitau bukan tanpa alasan, namun Duwitau mengatkaan demikian karena
dengan melihat rekam jejeka Brimob sejak ditugaskan di Intan Jaya terus
memberikan catatan buruk dengan tindakan tak berkemanusiaan yang
dilakuan terhadap masyarakat di Sugapa, Papua.
“Kehidupan
masyarakat saat tidak ada brimob, jauh lebih aman dan jarang ada
penembakan terhadap masyarakat yang dilakukan oleh aparat. Rata-rata
polisi yang bertugas di Polsek Sugapa dan TNI yang bertugas di Koramil
Sugapa terus membangun komunikasi yang baik dengan masyarakat. Dan saat
Brimob datang barulah terjadi beberapa tindakan yang tidak manusiawi,”
jelas Duwitau kepada suarapapua.com di Jayapura, Senin (29/8/2016).
Tindakan-tindakan brimob di Sugapa, jelas Duwitau, antara lain sebagai berikut:
Pada
tanggal 29 September 2014 pada pukul 17.00 WIT brimob tembak Seprianus
Japugau (22) kena luka tembak di perut dan Benyamin Agimbau (30) luka
parah karena dipukul popor senjata oleh anggota Brimob Polda Papua.
Peristiwa ini terjadi di lapangan Sepak Bola Yokatapa. Peristiwa ini
juga menyebabkan dua anggota Brimob terluka.
Terkait
kasus ini, kata Melianus, bupati hanya berikan uang dua ratus juta
sebagai uang berobat untuk keluarga Seprianus Japugau. Dan kepada oknum
brimob yang tembak Siprianus Japugau, tidak pernah ditindaklanjuti
proses hukumnya.
Pada tanggal 15
Agustus 2015 siang, Brimob yang sedang menjaga kediaman bupati kabupaten
Intan Jaya mendatanagi mahasiswa yang hendak melakukan aksi damai
mengkritisi kebijakan pemerintah daerah yang berjalan lamban, dan
menyiksa serta mengintimidasi mahasiswa di bandara Sugapa.
Pada
tanggal 16 Agustus 2015 siang pagi menjelang siang sekitar pukul 10:40
WIT, Brimob hadang mahasiswa di depan kediaman bupati di Tigamajigi dan
melakukan intimidasi terhadap mahasiswa yang saat itu hendak melakukan
demo damai. Akibatnya, 14 mahasiswa mengalami luka di badan. Brimob
sempat keluarkan tembakan, namun tidak ada mahasiswa yang kena tembakan.
Pada
Selasa 7 Maret 2015 sekitar pukul 21.25 WIT, dua anggta Brimob komsumsi
miras di rumah pensip di bandara Sugapa. Kedua anggota Brimob ini
menuju ke arah Yokatapa mengendarai motor tanpa menggunakan lampu motor.
Melihat itu, tiga pemuda menegur kedua anggota Brimob itu. Tak terima
ditegur, kedua anggota Brimob ini menganiaya ketiga pemuda tersebut.
Akibatnya, Martinus Sondegau mata dan bibir pecah. Wilem Duwitau gigi
patah dan bibir pecah dan John Sondegau alis mata pecah.
Pada
tanggal 1 Juli 2015, Missael Maisini dipukul oleh angota Brimob.
Akibatnya Missael mengalami bibir pecah. Dan pada pertengahan tahun
2015, Maksimus Hagizimijau disiksa oleh Brimob di Sugapa. Akibatnya,
mengalami memar di bagian muka dan bibirnya pecah akibat dipukul pake
popor senjata.
Pada tanggal 25
Agustus 2016 pada pukul 10.00 pagi, Nope Sani dan Nolo Duwitau membawa
kayu bakar ke PT. Tigi Jaya Permai yang saat itu mengerjakan pengaspalan
kayu, namun kayu yang dibawa oleh Nolo dan Nope tidak diterima.
Akibatnya terjadi adu mulut antara pekerja jalan denan Nolo dan Nopr.
Pada saat terjadi adu mulut, pekerja telepon Brimob. Setibanya anggota
Brimob di tempat pengerjaan, langsung tembak Nope Sani dan Nolo Duwitau
di jalan raya Trans Papua sebanyak tiga kali. Namun keduanya tidak kena
tembakan.
Pada tanggal 27 Agustus
2016 pukul 11.30 lima anak muda yang saat itu sempat palang-palang di
dekan bank Papua, lalu Brimob datang dan sempat terjadi adu mulut antara
lima pemuda itu dan brimob. Setelahnya Brimob tembak mati Otinus
Sondegau di depan rumahnya yang terletak di Zogasiga. Otinus meninggal
setelah dua peluru bersarang di dalam tubuhnya. Sedangkan keempat teman
korban melarikan diri.
Akibatnya
mama-mama yang membawa jenasah Otinus Sondegau ke kediaman bupati sempat
membakar kantor Kapolsek. Dan kantor Polsek terbakar hingga tinggal
puing-puing.
Dengan melihat beberapa
kasus yang melibatkan Brimob di Intan Jaya, Duwitau meminta agar Brimob
yang bertugas di Intan Jaya segera dicabut dan dikembalikan ke Polda
Papua.
“Kehadiaran
Brimob di Intan Jaya tidak memberikan dampak apa-apa. Kehadiran Brimob
di Intan Jaya menjadi pembawa malapetakan untuk masyarakat. Cukup dengan
anggota Polisi yang ada di Polsek Sugapa dan anggota TNI yang bertugas
di Koramil Sugapa,” tegasnya.
Sementara
itu, Oten Tipagau, mahasiswa Intan Jaya asal Intan Jaya mengatakan,
karena Brimob terus melakukan teror kepada masyarakat dan terus buat
kasus di Intan Jaya, mahasiswa pernah mendesak bupati untuk tarik
kembali pasukan Brimob yang ada di Intan Jaya.
“Kami
pernah meminta untuk tarik kembali Brimob ke Polda Papua. Bupati
bersama tokoh agama dan tokoh masyarakat sempat buat kesepakatan untuk
tarik Brimob. Setelah ditarik, faktanya Brimob bawa lagi Brimob ke
Sugapa dan kemudian buat ulah lagi,” tambah Tipagau.
Baca: Kadepa: Orang Papua Banyak Ditembak Saat Pimpinan Daerah Tidak di Tempat
Pewarta: Arnold Belau
0 komentar:
Posting Komentar