KEGIATAN MIMBAR BEBAS
PARLEMEN NASIONAL WEST PAPUA
SEKERTARIAT PARLEMEN RAKYAT
WILAYAH BOMBERAY
DAERAH FAK-FAK, KAIMAN
DAN TIMIKA
Alamat: Jl. Sosial Kebun
Sirih, Timika-Papua
KEGIATAN MIMBAR BEBAS
DALAM RANGKA
PENOLAKAN HARI ANESASI PAPUA KE NKRI 1 MEI 2015
DAN DUKUNGAN PEMBENTUKAN ULMWP
1.
PENDAHULUAN
Dalam memperingati hari
aneksasi West Papua ke dalam penjajahan Indonesia ke-55, tanggal 1 Mei 2015,
rakyat West Papua mendesak Indonesia dan dunia internasional agar menghentikan
penjajahan Indonesia dan segera memediasi rakyat West Papua untuk menentukan
nasibnya sendiri melalui referendum yang damai, demokratis dan final.
Dalam upaya
mencapai hak penentuan nasib sendiri,
rakyat West Papua memberi kewenangan penuh kepada badan unifikasi yaitu United Liberation
Movement for West Papua (ULMWP) untuk mewakili menjadi anggota penuh dalam
Melanesian Spearhead Groups (MSG). Oleh sebab itu, kami menganggap upaya dari
kelompok lain yang berupaya menjadi anggota MSG adalah illegal dan tidak
mewakili rakyat West Papua.
Segala bentuk dan
siasat kolonial Indonesia untuk menghalangi perjuangan pembebasan West Papua
merupakan bagian dari memperkokoh pendudukan kolonial Indonesia dan sebagai
wujud dari praktek neo kolonialisme yang sedang berlangsung diatas tanah Papua.
Karena itu, kami mendesak Pemimpin-pemimpin Negara-negara Melanesia untuk tidak
terjebak dalam rayuan Negara Indonesia yang sedang menindas bangsa Melanesia di
West Papua.
Rakyat West Papua
menolak setiap tawaran kebijakan pembangunan Indonesia di West Papua yang penuh
dengan rekayasa. Bahwa tidak akan pernah ada keberhasilan pembangunan Indonesia
di West Papua selama hak penentuan nasib sendiri belum terlaksana. Sebab,
rakyat West Papua memiliki konsep ideologi pembangunan sendiri dalam perspektif
West Papua-Melanesia. Oleh sebab itu
rakyat West Papua mendesak Pemerintahan Joko Widodo untuk menghentikan
kebijakan kolonialisme dan kapitalisme di teritori West Papua.
Rakyat West Papua juga
mendesak aparat kolonial Indonesia untuk menghentikan upaya kriminalisasi
gerakan damai rakyat West Papua. Rakyat West Papua meminta ruang demokratis
yang damai dan mendesak Pemerintah Indonesia untuk tidak menggunakan cara-cara
militeristik dalam penyelesaian konflik politik teritori West Papua. Hentikan
penangkapan, penyiksaan, pembunuhan terhadap rakyat dan aktivis damai, dan
segera bertanggung jawab atas kasus-kasus pembunuhan rakyat sipil West Papua.
1 Mei 1963 adalah awal pemusnahan Manusia Melanesia di
Papua Barat, dimana UNTEA menyerahkan Administrasi West Papua Kepada Indonesia
secara sepihak tanpa diketahui oleh orang Papua Barat sebagai pemilik dan
pewaris wilayah west Papua. Hal ini dilakukan atas kongkalinggong Amereika
Serikat, Belanda, Indonesia dan PBB, untuk kepentingan ekonomi di Papua Barat,
maka rakyat Papua jadi korban samapai dengan saat ini.
Aneksasi Bangsa Papua ke dalam NKRI
melalui UNTEA 1 Mei 1963 merupakan
kejahatan atas Hak Politik dan hak hidup serta Hak ekonomi orang Papua
dilanggar. PBB sampai dengan saat ini tidak Pernah merasa bersalah atas nasib
bangsa Papua.
01 Mei 1963 merupakan awal pendudukan Indonesia di Tanah
Papua. Terjadinya penyerahan kekuasaan dari pemerintahan sementara PBB (UNTEA)
kepada Indonesia melegitimasi Indonesia untuk menempatkan militernya dalam
jumlah besar di Papua Barat. Sesuai perjanjian New York atau New York
Agreement 15 Agustus 1962, Indonesia ditugaskan untuk membangun sambil
mempersiapkan pelaksanaan Act of Free Choice (Tindakan Pilih
Bebas) atau Self Determination (Penentuan Nasib Sendiri).
Kenyataannya, upaya
pengkondisian Papua mulai dilakukan militer Indonesia sejak 1963 hingga 1969.
Terbukti hasil Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera)
tahun 1969 dimenangkan
oleh Indonesia, dengan keterlibatan 1.025 orang pemilih dari 800.000 orang
Papua yang punya hak untuk memilih. Dua tahun sebelum Pepera 1969, pada
tahun 1967 terjadi
Kontrak Karya 1 PT Freeport Mc Moran Gold and Copper
perusahaan tambang emas dan tembaga milik
negara Imperialis
Amerika dengan rezim Orba Soeharto. Kontrak ini dilakukan karena Indonesia yakin
akan memenangkan Pepera walaupun dengan cara keji sekalipun,
seperti teror, intimidasi dan bahkan pembunuhan sekalipun.
Kehadiran
Indonesia tidak serta merta diterima oleh menghendaki kemerdekaan sebagai
sebuah negara. Kenyataan ini dibalas oleh Indonesia dengan berbagai operasi
militer baik di daerah pesisir Papua maupun daerah pegunungan Papua. Ratusan
ribu rakyat Papua tewas akibat kekejaman militer (TNI-Polri) Indonesia. Apalagi
paska pemberlakuan Daerah Operasi Militer (DOM) sejak 1977-1998.
Kejahatan
Negara Indonesia melalui kaki tanganya militer (TNI-Polri) terus berlanjut
hingga dewasa ini. tanggal 08 Desember 2014
Rakyat Papua dikejutkan dengan kebrutalan Aparat Keamanan Indonesia di Kabupaten Paniai, yang menewaskan 4 Orang siswa SMA Negeri 1 Paniai
dan belasan lainnya kritis. Kebrutalan berlanjut Pada 06 Januari 2015 di Timika, aparat gabungan TNI
dan Polri melakukan penyisiran kampung Utikini dan mengamankan setidaknya 200
orang, termasuk 48 perempuan dan tiga anak-anak.
Pada tanggal 21
Maret 2015, polisi membubarkan paksa kegiatan
penggalangan dana kemanusiaan KNPB Yahukimo untuk Bencana Badai Pam Vanuatu, yang menewaskan Obagma Senegil dan 4 orang
luka-luka akibat tertembak dalam insiden tersebut.
Ironisnya
kejahatan kemanusian di tanah papua secara terus menerus terjadi, namun Negara
melalui Brirokrasinya masih dengan keras kepala mendorong agar Mako Brimob di
Kabupaten Jayawijaya, Wamena untuk tetap di
bangun. Situasi ini membenarkan bahwa, kehadiran
Indonesia atas Tanah Papua sejak 01 mei 1963
hingga saat ini, dengan jelas hanya untuk memusnahkan Orang Asli Papua (OAP), dengan tujuan untuk menguasai Teritori dan Sumber Daya Alam (SDA) Papua.
Maka Parlemen Rakyat
Wilayah (PRW) Bomberay yang meliputi Fak-Fak, Kaimana dan Timika melakukan Aksi
Ibadah Mengenang atas Ribuan Rakyat Papua yang di bunuh secara langsung dan
tidak langsung selama 55 tahun bersama Indonesia dari sejak Papua di Anesasi ke
dalam Republik Indonesia.
Kegiatan Ibadah ini
dilaksanakan di halaman Kantor Pusat Parlemen Rakyat Wilayah Bomberay di
Timika, Papua Barat.
2.
NAMA KEGIATAN
Nama Kegiatan adalah:Mimbar Bebas dengan isu tunggal ULMWP IS OUR
LEGAL & REPRESENTATIVE BODY FOR MSG!
3.
THEMA
KEGIATAN
Thema dan Sub Thema adalah:
Thema : SAYA BUKAN BANGSA INDONESIA TAPI SAYABANGSA MALANESIA
Sub Thema: BERSAMA ULMWP BANGSA PAPUA
MENUJU MAMA KANDUNGMALANESIA, SETELAH 55 TAHUN BERSAMA MAMA TIRI INDONESIA YANG
TIDAK URUS DARI SEGALA-GALANYA
4.
TUJUAN KEGIATAN
Tujuan Kegiatan adalah:
1. Mendukung
Dan Memberikan Mandat Penuh Kepada
Pimpinan United
Liberation Movement For West Papua
(ULMWP) Untuk Melobi Masuk Ke Malanesian Spearhead Group (MSG).
2. Memohon
Kepada Pimpinan Malanesian
Spearhead Group (MSG) Untuk Menerima Wadah Refrentatif Bangsa Papua Yaitu
United Liberation Movement For West Papua
(ULMWP) Untuk Masuk Sebagai Anggota Tetap Di Malanesian Spearhead Group
(MSG).
3. Menyatakan
Kepada Pemerintah Republik Indonesia, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Belanda
Dan Amerika Serikat Bahwa 1 Mei 1963 Adalah
Hari Anesasi Papua Ke Dalam Republik Indonesia, Awal Pemusnahan Manusia
Malanesia Di Papua Barat Dan Ingin Kembali Ke Rumah Malanesia.
5.
AGENDA KEGIATAN
1.
Ibadah
Ibadah di Pimpin oleh Pdt. Daniel
Bagau, dalam khotbanya Pdt. Daniel Bagau mengajak untuk rakyat Papua melihat
kembali jati dirinya sebagai manusia Malanesia yang ada di daerah adat
Malanesia di tanah Papua Barat, Tuhan menciptakan Bangsa Malanesia di tanah
Papua Barat agar Manusia Papua Barat yang harus tinggal di tanah ini.
Lanjutnya, Orang Papua, Manusia Malanesia mulai hari ini
kita sadar bahwa:
a.
Saya diciptakan dan ditempat tanah
ini.
b.
Orang Papua mengikuti Jalan Tuhan,
yaitu jalan lewat wadah koordinatif ULMWP ini untuk menuju ke rumah Malanesia.
c.
Orang Papua berdoa Pulau Malanesia
ini.
2.
Doa
Doa pemutusan dan pelepasan bersama dengan Bangsa Indonesia
dengan Bangsa Malanesia di tanah Papua di doakan oleh Pdt. Deserius Adii,
menurut Adii semua hubungan dengan segala ikatan-ikatan, kubu-kubu dan
pertahanan yang dibangun di atas territorial West Papua pada hari ini kami
putuskan dan basmikan dalam nama Tuhan Yesus dan Bangsa Papua tahun ini pun
masuk dalam forum MSG.
3.
Pernyataan
Pernyataan dibacakan oleh Sekertaris Parlemen Rakyat Wilaya
(PRW) Bomberay di Timika, Pdt. Deserius Adii, dan pernyataannya adalah:
a.
Mendukung
Dan Memberikan Mandat Penuh Kepada
Pimpinan United
Liberation Movement For West Papua
(ULMWP) Untuk Melobi Masuk Ke Malanesian Spearhead Group (MSG).
b. Memohon
Kepada Pimpinan Malanesian
Spearhead Group (MSG) Untuk Menerima Wadah Refrentatif Bangsa Papua Yaitu
United Liberation Movement For West Papua
(ULMWP) Untuk Masuk Sebagai Anggota Tetap Di Malanesian Spearhead Group
(MSG).
c.
Menyatakan
Kepada Pemerintah Republik Indonesia, Perserikatan Bangsa-Bangsa (Pbb), Belanda
Dan Amerika Serikat Bahwa 1 Mei 1963 Adalah
Hari Anesasi Papua Ke Dalam Republik Indonesia, Awal Pemusnahan Manusia
Malanesia Di Papua Barat Dan Ingin Kembali Ke Rumah Malanesia.
Demikianlah Kronologis Singkat Kegiatan
tadi.
Timika, 1 Mei
2015
PARLEMEN
NASIONAL WEST PAPUA (PNWP)
SEKERTARIAT
PARLEMEN RAKYAT WILAYAH BOMBERAY
(FAK-FAK,
KAIMANA DAN TIMIKA)
PDT. DESERIUS
ADII, S.TH.
(SEKERTARIS PRW
BOMBERAY)
0 komentar:
Posting Komentar