Berdarah Karena Kebebasan dari Perbudakan |
SI MUNGIL BERKISAH
Kita disalibkan di atas tiang yang sejajar,
dipenjarakan di bawah penindasan
di letakan di bawah kaki penguasa.
dipenjarakan di bawah penindasan
di letakan di bawah kaki penguasa.
Melihat kaum ber-otak tunduk jadi budak
kapitalisme,
menjadi feodal yang siap menerkam,
meraung-raung mengikis rasa nasionalisme.
menjadi feodal yang siap menerkam,
meraung-raung mengikis rasa nasionalisme.
Di ujung pedalaman,
anak mungil berbisik pada pemerintahan,
inikah hidupku.
anak mungil berbisik pada pemerintahan,
inikah hidupku.
Membisu seribu kata,
walau mereka se-ras,
dan sama-sama manusia.
walau mereka se-ras,
dan sama-sama manusia.
Si mungil berkisah,
“aku melayang-layang dari samudra ke samudra,
membawa sepuluh juta obor mengejar kedamaian"
“aku melayang-layang dari samudra ke samudra,
membawa sepuluh juta obor mengejar kedamaian"
Tak ada sapa,
para pemerintahan negara,
diam membisu dalam penjara perbudakan kapitalisme.
para pemerintahan negara,
diam membisu dalam penjara perbudakan kapitalisme.
Melawan ombak yang menggulung deras,
terhanyut dalam kecemasan,
bahkan luluk lantak tubuh yang rapuh.
terhanyut dalam kecemasan,
bahkan luluk lantak tubuh yang rapuh.
Para kapitalis egois berjaya,
tanpa kepedulian,
membunuh pelawan-pelawan arus.
Puisi Papua - Honaratus Pigai
tanpa kepedulian,
membunuh pelawan-pelawan arus.
Puisi Papua - Honaratus Pigai
Papua - Abepura - Bukit Keheningan, 12 Februari 2013
0 komentar:
Posting Komentar