Peringatan Natal untuk mengenang 4 korban tewas dalam Tragedi Paniai di Komnas HAM (Foto: Ist) |
JAKARTA, SUARAPAPUA.com --- Masyarakat sipil, serta pegiat Hak Asasi
Manusia (HAM) yang tergabung dalam gerakan #PapuaItuKita, mendesak pemerintah
membentuk Komisi Penyelidikan Pelanggaran HAM (KPP-HAM), menyusul tragedi
penembakan lima warga di Kabupaten Paniai, Papua.
Desakan tersebut disampaikan di tengah peringatan
Hari Raya Natal di Komisi Nasional HAM, Jakarta, Rabu (24/12/2014), seperti
ditulis situs CNN Indonesia.
Peringatan tersebut turut dihadiri budayawan Franz
Magnis-Suseno, sutradara Nia Dinata, aktivis HAM Andreas Harsono, Ketua Komnas
HAM Farid Abbas, dan Komisioner Komnas HAM Sylvana Apituley.
Peserta yang datang menyalakan lilin sebagai
lambang belasungkawa kepada empat korban yang tewas, yaitu Simon Degey (18),
Apinus Gobay (18), Alfius Youw (17), dan Yulian Yeimo (17).
Ketua inisiator Gerakan #PapuaItuKita Zely Adriane
mengatakan, KPP HAM bisa lebih akurat dalam melakukan investigasi kasus penembakan
di Paniai karena tidak melibatkan TNI dan Polri. "Dibawah KPP HAM, kasus
diadili melalui Pengadilan HAM, sehingga rasa keadilan akan lebih terpenuhi,”
kata Zely.
Zely menginisiasi petisi di change.org bertajuk #PapuaItuKita
untuk mendesak pemerintah membentuk KPP HAM. "Saya buat semalam. Saya
ingin mengajak semua lapisan masyarakat untuk dapat lebih peduli terhadap
masalah yang menimpa saudara kita di Papua," kata dia.
Sementara itu, Romo Magnis mengatakan, saat ini
yang diperlukan masyarakat Papua bukan kata-kata simpati, melainkan tindakan
agar mereka mendapatkan hak dasar mereka. “Hak dasar asasi manusia mereka harus
dijamin,” kata Romo Magnis.
Senada dengan Romo Magnis, Nia Dinata menyayangkan
tidak adanya aksi solidaritas kaum muda bagi masyarakat Papua. Di Jakarta, ujar
Nia, anak muda seringkali berbicara tentang Papua tapi hanya sebatas keindahan
tempat wisata saja. Mereka tidak menyinggung persoalan mendasar di Papua yang
berkenaan dengan pelanggaran HAM.
"Ketika anak muda di Jakarta bicara tentang
Papua, yang mereka ketahui hanyalah menyelam di Raja Ampat," sindir
Nia.
Untuk mendesak pemerintah menuntaskan kasus
pelanggaran di Papua, Komnas HAM akan menyurati Presiden Joko Widodo.
Berdasarkan data Komnas HAM Papua, sepanjang 2014
terjadi beberapa kekerasan di Papua, antara lain insiden di Pasar Youtefa (2/7)
di mana lima mahasiswa tewas, peristiwa di Lani Jaya (28/7) di mana terjadi
baku tembak antara aparat polisi dengan warga, dan penembakan Videlis Jhon
Agapa di Jalan Trans Nabire-Ilaga (18/10).
STEFANUS YOGI
Sumber: Suara Papua
0 komentar:
Posting Komentar