Ketika korban dibariskan di lapangan sepak bola Karel Gobai, Enarotali.. Foto: Abeth. |
Paniai, MAJALAH
SELANGKAH -- Sekitar pukul 20.00 WIT malam (07/12) di sebuah posko natal
di Kampung Ipakiyee, Distrik Paniai Timur, Kabupaten Paniai, Papua terjadi
sebuah kejadian yang aneh. Di mana kejadian tersebut membawa nyawa manusia
melayang.
Kronologisnya,
pada malam hari, posko natal yang didirikan oleh warga di pinggir jalan yang
melintasi jalan raya Enartotali-Madi saat itu hanya dijaga oleh seorang anak
laki-laki.
Sebuah mobil
patroli milik Polres Paniai dari arah Enarotali menuju Madi lewat tanpa
menyalahkan lampu. Sontak saja anak laki-laki menegur sebagai tanda peringatan.
kata dia, "Woee, kalau jalan malam itu harus nyalahkan lampu".
Polisi yang sedang
berpetroli tak menerima ungkapan tersebut, mereka menuruni mobil dan
mengejeknya dengan bahasa yang tak sedap didengar, bahkan anak tersebut diancam
dengan popor senjata mengakibatkan anak itu pingsan.
Tak terima
kejadian tersebut, keesokan harinya, tepat hari ini, senin (08/12/14)
warga Ipakiyee melakukan aksi menuju ke kantor Polres Paniai di Madi. Dalam
perjalanan itu mereka dihadang oleh aparat keamanan Polri dan Brimob kemudian
terjadi serang-menyerang antara warga dan aparat.
Salah satu warga
yang enggan menyebutkan namanya mengatakan sebelumnya pada pagi hari aparat
gabungan sempat mengepung warga dengan menggunakan senjata serta pos natal juga
ikut dirusak.
"Tadi pagi
TNI/Polri melakukan penembakan terhadap warga, memalangan jalan raya,
menghancurkan semua kendaraan yang dikendarai oleh putra daerah Paniai,"
tuturnya kepada majalahselangkah.com di halaman RSUD Paniai di Madi, Senin
(08/12/2014) siang.
Data yang dihimpun
majalahselangkah.com di tempat kejadian, 4 orang yang meninggal 3 diantaranya
pelajar SMA serta satu diantaranya adalah pemuda.
BerikutNama-nama korban:
BerikutNama-nama korban:
a.
Meninggal dunia,
1) Alpius Youw (17) seorang pemuda berdomisili di
kampung Nunubado.
2) Alpius Gobai
(17) seorang siswa di SMA Negeri 1 Paniai Timur, Enarotali.
3) Simon
Degei (18) seorang siswa SMA Negeri 1 Paniai
4) Yulian
yeimo (17) siswa SMA.Timur, Enarotali.
b.
Luka berat (kena timah panas)
1. Yulianus
Tobai (33) seorang Satpam RSUD Paniai.
2. Selpi
Dogopia (34)
3. Jermias
Kayame (48) seorang kepala Kampung Awabutu.
4. Marci Yogi
(52) Ibu Rumah Tangga.
5. Yulianus
Mote (25)
6. Agusta Degei (28).
Dr. Yosua Purba,
dokter yang menangani enam pasien yang dirawat di ruang IGD RSUD Paniai
menjelaskan, pihaknya melayani korban sejak pukul 09.00 WIT dengan pasien yang
berlumuran darah.
"Ada tujuh
pasien yang kami ada rawat. Lukanya adalah luka tembakan peluru senjata,"
kata dokter Yosua yang juga adalah kepala ruang IGD RSUD Paniai didampingi dr.
Hendra Salmen Menda selaku dokter umum.
Menurutnya, semua
pasien mengalami luka berat. "Semua pasien memang luka berat,"
ucapnya.
Sementara, tiga mayat
yang mati karena timah panas dibariskan di lapangan sepak bola Karel Gobai
Enarotali. sedangkan salah satunya Yulian Yeimo meninggal dari rumah sakit saat
menjalani perawatan medis.
"Keempat
korban ini ditembak saat sedang berkumpul di lapangan sepak bola Karel Gobay,
Enarotali Paniai. Mereka ditembak secara brutal aparat menyerang mereka di
lapangan, dan menembak mati empat orang," kata tokoh Pemuda Paniai, Yan
Pigai.
Ia mengatakan empat
warga sipil yang ditembak ini tiga diantaranya murni anak sekolah tingkat SMA.
Sementara yang satu adalah pemuda.
"Mereka yang
ditembak ini bukan anggota TPN/OPM, tapi ini anak sekolah. Yang satu ini adalah
pemuda yang biasa jaga rumah kakaknya di Nunubado," katanya.
Warga lainnya,
Tinus Pigai menjelaskan pembunuhan terhadap warga sipil ini adalah murni
tindakan kejahatan dari TNI/Polri di Paniai.
"Ini murni
dilakukan oleh Polisi dan tentara. Mereka tembak anak sekolah ini saat
melarikan diri dengan memanjat pagar. Begitu mereka memanjat pagar, peluru
senjata menghentikan lajunya untuk menghidarkan diri dan akhirnya tewaslah di
tempat," ungkap Tinus Pigai di lapangan Karel Gobai Enarotali.
Ia mengaku, pihak
keluarga korban telah bersepakat untuk tidak mengubur cepat, tapi akan menunggu
kedatangan Kapolda dan Kodam Papua mendatangi Paniai untuk
mempertanggungjawabkan tindakan anggotanya.
"Kami
semua sudah sepakat. Tidak akan makamkan tapi tunggu Kapolda dan Kodam Papua
datang ke Paniai dulu. Mereka harus melihat dari dekat tindakan brutal dari
anak buanya dan harus pertanggung jawabkan karena ini murni pelanggaran
HAM," lanjutnya.
Sementara itu,
Kapolres Paniai, Daniel T. Prionggo tidak menjawab telepon dari
majalahselangkah.com.
Situasi di Paniai,
khususnya di Enarotali dan Madi saat ini sangat sepi. Warga pada ketakutan dan
aktifitas hari ini lumpuh total.
Sumber: Majalah Selangkah
0 komentar:
Posting Komentar