Jasad Korban Penembakan (Ist) |
Jayapura,
Jubi – Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia mendesak pemerintah
Indonesia memfasilitasi tim investigasi independen dan menyeluruh atas aksi
brutal penembakan kilat yang dilakukan aparat kemanana Indonesia terhadap lima
remaja Papua di Lapangan Karel Gobai, Enarotali, Kabupaten Paniai, Papua, Senin
(8/12).
Radio New Zealand (RNZ) melaporkan, seorang juru bicara untuk kantor
Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Rupert Colville mengatakan,
Komisaris Tinggi PBB telah menyatakan peringatan pada pembunuhan yang
dilaporkan lima remaja Papua oleh gabungan kekuatan polisi dan militer
Indonesia.
“Laporan (ini) memprihatinkan kekerasan berkala di Papua, desak
pemerintah untuk fasilitasi investigasi independen dan menyeluruh atas kasus
ini,” kata Colville seperti dikutip RNZ, Rabu (10/12). Ia mengatakan pihaknya
akan terus terlibat mendorong pemerintahan baru Indonesia terhadap isu Papua.
Sementara itu, Suara Papua.com melaporkan, Kepala Kepolisian Daerah
(Polda) Papua, Irjen Yotje Mende dan Panglima Komando (Pangdam)
XVII/Cenderawasih, Mayjen Fransen Siahaan, yang direncakan tiba di Paniai pada
Rabu (10/12), dikabarkan batal datang tanpa alasan yang jelas.
Salah satu warga Paniai, Tinus Pigai, dalam keterangan via telepon
menjelaskan, sejak kejadian penembakan pada 8 Desember 2014 lalu, warga Paniai
telah menuntut Kapolda dan Pangdam untuk datang langsung ke Paniai.
“Hari ini dari pagi sampai sore masyarakat tunggu, tapi Kapolda dan
Pangdam tidak kunjung datang, masyarakat benar-benar kecewa, artinya kedua
petinggi militer di Papua ini tidak mau bertanggung jawab,” kata Pigai.
Menurut Pigai, karena keempat jenazah telah berada di lapangan dua
hari lamanya, dan dalam kondisi yang rusak, maka warga bersama pemerintah
daerah bersepakat untuk memakamkan keempat jenazah di depan kantor Komando
Rayon Militer (Koramil) Paniai Timur, yang bersebelahan dengan lapangan Karel
Gobay.
“Masyarakat sudah gali empat kuburan, dan semuanya sudah dimakamkan
di depan kantor Koramil, tepat dibawah tiang bendera merah putih. Jenazah yang
satunya sudah dikuburkan oleh keluarga kemarin di kampung Ikeb. Kami intinya
menyesalkan tindakan Pangdam dan Kapolda yang tidak datang ke Paniai,” tegas
Pigai.
Pigai menyampaikan, keempat jenazah warga sipil yang dikuburkan di
depan kantor Koramil Paniai Timur adalah Apinus Goba, Simo Degei, Alpius You,
dan Yulianus Yeimo.
Dikatakan, masyarakat lebih memilih menguburkan keempat jenazah di
depan kantor Koramil agar ada pertanggung jawaban dari aparat keamanan
Indonesia, karena pelaku penembakan adalah aparat keamanan.
“Tidak benar kalau ditembak oleh TPN-OPM, apalagi karena warga
berkelahi, dalam foto sudah jelas-jelas ditembak oleh aparat keamanan dengan
peluru tajam yang mematikan, kita bisa lihat di foto-foto, bahwa pelakunya
memang aparat keamanan,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua Dewan Adat Pania (DAP), Jhon NR Gobay, yang
sedang berada di lapangan mengungkapkan, masyarakat Paniai benar-benar
menyesalkan keputusan kedua petinggi aparat keamanan yang tidak melakukan
kunjungan ke Paniai.
“Apa yang mereka takutkan disini, warga hanya minta mereka bertanggung
jawab dengan mencari pelaku penembakan, dan dihukum seberat-beratnya, kami
sangat menyesalkan keputusan mereka membatalkan kunjungan ini,” kata Gobay.
Gobay juga meminta aparat keamanan untuk tidak terus melakukan
pembohongan publik di media massa dengan mengatakan pelaku penembakan adalah
anggota TPN/OPM.
“Di berbagai media massa saya lihat Kapolda dan Pangdam takut
mengatakan kalau mereka yang bunuh, padahal sudah jelas-jelas, bukti-bukti
selongsong peluru juga telah kami kantongi,” tegas Jhon. (Yuliana Lantipo/SUARAPAPUA.com)
0 komentar:
Posting Komentar