Sabtu, 26 April 2025

IYOKTOGI TELENGGEN KORBAN SALAH TANGKAP DI BANDAR UDARA DEKAI-YAHUKIMO, PAPUA.


IYOKTOGI TELENGGEN KORBAN  SALAH TANGKAP DI BANDAR UDARA DEKAI-YAHUKIMO, PAPUA. 

[Dalam artikel ini, kami gunakan "Telenggen" bukan untuk korban salah tangkap, Iyotogi  Telenggen yang ada dalam tahanan" tetapi teman Iyotogi yang juga marga Telenggen yang telah kami wawancarai. Demi menjaga keamanan, kami tidak gunakan nama beliau.]

Iyoktogi Telenggen, seorang warga sipil asal puncak,Papua. Dua tahun yang lalu, (2023) Telenggen bersama teman-temannya berangkat ke Dekai, ibukota kabupaten Yahukimo. 

Di Dekai, mereka disambut kerabatnya yang sejak lama menetap di sana. Setelah beberapa hari kemudian, mereka melanjutkan perjalanan ke Seradala tempat tambang rakyat beroperasi.

Telenggen dan kerabatnya tiba di sana setelah menghabiskan 10 jam dalam perjalanan dari ibu kota Dekai ke Seradala. Menariknya, keluarga Telenggen (Orang Lani) di kawasan Seradala, telah lama beli tanah beberapa hektar kemudian bangun rumah dan bikin kebun. Sehingga, sewaktu-waktu kehabisan bahan makanan (Bama) mereka tidak perlu pulang balik Dekai untuk belanja bahan makanan.

Di Seradala, banyak pendulang emas di sana baik orang Yahukimo maupun Orang Papua dan non-Papua bebas mendulang di beberapa titik yang sudah mereka tentukan.

Setelah tiba disana, hari esoknya Telenggen dan teman-temannya mulai mendulang sampai hampir 2 tahun di sana. Selama mereka disana, Telenggen dan teman-temannya dicurigai pendulang Non- Papua yang ada disana. Menurut Telenggen, "pendulang asal Non-Papua yang memantau kami ini curigai kami sebagai OPM karena muka baru disana." 

Selama mereka di Seradala, Telenggen mengatakan kami telah kenal teman-teman dari Yahukimo. Saling berbagi rokok dan kalau ada teman yang bawa naik (Dekai-Seradala) pinang juga sering baku bagi. Makan sama-sama sambil tarik anggur kupu (Rokok Gulung Papua) dan kunyah pinang. Tidak hanya teman-teman dari Yahukimo saja tapi juga saudara kami dari luar Papua pun sama. 

Pada Januari 2025, Telenggen bersama kerabatnya balik ke Dekai. Telenggen dan teman-temannya hendak menjual emas di luar Yahukimo entah di Jayapura atau Wamena sehingga akhirnya memutuskan untuk akan segera tinggalkan Dekai.

Namun, selama dalam perjalanan pulang dari Seradala ke Dekai, penampang Non-Papua yang ada di sana yang Telenggen dkk menduganya sebagai "intelijen" telah memantau mereka dari belakang. Mereka juga turun ke Dekai. 

Dalam perjalanannya, tujuan mereka adalah bawa informasi tentang perjalanan Telenggen dkk dari tempat pendulangan sampai ke Dekai tempat Satgas Operasi Damai cartenz (ODC) bermarkas. Padahal fakta sesungguhnya kami (Telenggen dkk) sama sekali tidak pernah terlibat dalam TPNPB Puncak, Papua dan tidak punya link dengan TPNPB Yahukimo. Menurutnya, "Kami murni warga sipil biasa."

Di sisi lain, warga Yahukimo yang ada di lokasi telah mengetahui bahwa setelah Telenggen dkk berangkat dari Seradala diikuti oleh beberapa orang pendulang emas asal Non-Papua. 

Setelah kami (Telenggen dkk) tiba di Dekai. Diikuti oleh Pendulang Non-Papua. Pihak ODC telah memperoleh informasi tentang kami. Buktinya, keberadaan kami terus dipantau selama kami di Dekai. Rumah keluarga kami di sekitar pinggiran Kali Braza didatangi dan terus terpantau dari jauh namun bagi kami tidak kepikiran jauh karena  kami tidak ada hubungan dengan TPNPB/OPM.

Lalu, Pada 3 Februari 2025, Telenggen telah beli tiket pesawat dan mau berangkat jadi Telenggen bebas masuk ruang keberangkatan namun disitu terjadi penangkapan.

Telenggen ditangkap di Bandar Udara Nop Goliat Dekai. Lalu, dia dituduh sebagai TPNPB. Satgas Operasi Damai Cartenz mengklaim bahwa dia adalah salah satu yang telah ditetapkan sebagai Daftar Pencarian orang (DPO) "alasan klasik militer lndonesia" di tanah Papua yang mengarah pada korban salah tangkap. 

Akhirnya, Satgas membatalkan keberangkatan Telenggen. Dia diamankan di Polres Dekai setelah mengalami berbagai interogasi hingga pemukulan dan penyiksaan, sampai sekarang Telenggen masih mendekam di kurungan, penjara. 

Di sisi lain, Tentara pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) Komando Daerah Pertahanan (Kodap) XVI Yahukimo Brigjen Elkius Kobak dan pasukannya dikagetkan dengan informasi penangkapan Telenggen dan menuduh bahwa itu kelompoknya. 

Bagi TPNPB, Telenggen bukanlah bagian dari pasukan aktif, pasif atau link Kodap XVI Yahukimo. Fakta menunjukkan bahwa TPNPB Kodap XVI Yahukimo hanya bekerja sama dengan TPNPB Kodap lll Nduga.Kowip Sintanaya Batalyon Wosem. Karena itu, selama ini anggota TPNPB Kodap lll dari Batalyon Wosem tidak pernah masuk Bandara Dekai untuk berangkat keluar Dekai. 

Oleh karena itu, sehari setelah Telenggen ditangkap TPNPB Kodap XVI Yahukimo dan Komnas TPNPB telah menolak dengan tegas bahwa Telenggen bukan bagian dari anggota TPNPB Kodap XVI Yahukimo. 

Selanjutnya, Setelah hampir seminggu kemudian masyarakat yang ada di Seradala telah terima informasi kalau Telenggen telah ditangkap satgas Operasi Damai Cartenz di Bandar udara Dekai. Di sana, mereka tidak berpikir panjang lebar. Mereka mengatakan, Telenggen ditangkap atas kontribusi Non-Papua yang baru saja beberapa waktu lalu turun ke Dekai. 

Di Dekai, TPNPB mulai bangun komunikasi dengan masyarakat  yang ada di Seradala hingga Korowai untuk "pembersihan penambang ilegal" di Seradala-Korowai karena ada banyak kecurigaan. Terutama kasus terbaru tadi. 

Akhirnya, pada 6-9 April 2025 telah terjadi operasi pembersihan penambang Ilegal di wilayah Seradala sampai Korowai dan masuk wilayah perbatasan kabupaten Pegunungan Bintang-Yahukimo. Operasi ini dilakukan oleh TPNPB Kodap XVI Yahukimo dan Kodap lll Nduga (Batalyon Wosem). 

Jadi, Korban salah tangkap menjadi pemicu (trigger) utama pembantaian 17 pendulang emas ilegal di Seradala-Korowai, Yahukimo, Papua. 

Sumber: Papua Intelijen Service (PIS).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar