Korban Luka-Luka (Selli Maiseni 17 Tahun) |
Sugapa, Intan Jaya--Kontak tembak antara gabungan militer Indonesia dan TPNPB OPM berlangsung di Titigi, Intan Jaya pada tanggal (28/02/2023).
Diiduga, militer Indonsia telah melakukan penembakan terhadap Selli Maiseni berusia 17 Tahun dan Mikalon Yoani berusia 26 tahun di Kampung Titigi, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua pada 28 Februari 2024.
Peristiwa itu terjadi saat penghitungan suara Pemilu Legislatif dan Presiden RI. Keadaan penembakan saat ini sedang diselidiki. Pengamat hak asasi manusia di Intan Jaya menyerukan tindakan segera, menuntut penarikan seluruh anggota TNI Yonif 330 yang beroperasi di sana.
Kontak tembak itu lebih banyak korban warga sipil termasuk anak-anak sekolah. Akibat saling serang dan menyerang mengakibatkan beberapa warga sipil korban meninggal dan ada pula yang mengalami korban luka-luka saat ini.
Dimana Nelson Sani yang masih berusia 15 tahun berstatus pelajar di SMP Negeri 1 Sugapa tertembak hingga meninggal dunia saat terjadi kontak senjata antara Militer Indonesia (TNI-POLRI) dengan pejuang kemerdekaan Papua (TPNPB OPM) dari Markas Komando Daerah Pertahanan VIII Intan Jaya.
Baku tembak yang terjadi sekitar pukul 12:00 siang Jumat, 01 Maret 2024 tersebut di Kampung Mamba, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua tersebut mengakibatkan Nelson Sani mengalami luka tembak pada bagian tangan dan perut korban. Sedangkan Prada David berstatus anggota TNI juga mengalami luka tembak di tubuh korban saat sedang terjadi kontak senjata.
Kedua korban pun dibawa ke Timika dengan sebuah Helikopter untuk menjalani perawatan medis namun sesampai di RSUD Timika, Nelson Sani telah ditolong oleh Tim Medis namun nyawa tak dapat tertolong akibat mengalami luka tembak yang serius dibagian perut korban.
Menurut sumber dilapangan mengatakan bahwa Almarhum Nelson Sani telah diterbangkan dengan pesawat ke Intan Jaya pada Sabtu, 02 Maret 2024 oleh pihak keluarga untuk melakukan prosesi pemakaman oleh pihak keluarga dan kerabat.
Kasus ini menyoroti pola kekerasan yang meresahkan yang dilakukan oleh TNI di Intan Jaya, dengan menyebutkan banyaknya kasus penembakan yang mengakibatkan pembunuhan di luar proses hukum atau cederanya warga sipil , termasuk anak-anak sekolah.
Konflik bersenjata di Papua Barat merupakan penyebab pengungsian internal dan tidak hanya berdampak pada penduduk asli. tetapi juga para guru dan petugas kesehatan untuk meninggalkan daerah konflik.
Oleh karena itu, anggota militer menjadi lebih terlibat dalam penyediaan layanan kesehatan dasar pemerintah, mengajar di sekolah, dan terlibat dalam kegiatan publik seperti penguburan dan pekerjaan berkebun bersama. Hal ini juga merupakan bagian dari strategi baru Pemerintah untuk mengatasi konflik bersenjata di Papua Barat dengan Smart Power, yang merupakan kombinasi pendekatan lunak dan keras.
Banyak masyarakat asli Papua yang trauma dengan kehadiran militer di komunitasnya. Banyak yang khawatir bahwa hal ini membuat masyarakat menghadapi peningkatan potensi risiko serangan bersenjata oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) di dekat pemukiman adat dan pelanggaran hak asasi manusia.
Dapat diserukan kepada seluruh komunitas yang peduli kemanusiaan bahwa konflik antara gabungan militer Indonesia maupun TPNPB korban banyak warga sipil di Intan Jaya dari tahun 2019 hingga 2024 ini. Kami menyerukan seluruh masyarakat peduli kemanusiaan mohon dipatau dan advokasi ke dunia Internasional.
Dilaporkan: Naftali Tipagau/Aktivis Kemanusiaan.
Berikut Photo Korban Meninggal Nelson Sani Berusia 15 Tahun di Intan Jaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar