SHNet, Jayapura – Oworuk Esema, pria 40 tahun dari
kampung Ison, distrik Samenage, Kabupaten Yahukimo menambah daftar warga
yang meninggal “secara misterius” karena sakit yang belum jelas
penyebabnya. Nama almarhum Oworuk terdaftar pada urutan ke-16 dalam
daftar nama warga yang meninggal dengan ciri-ciri fisik yang tidak wajar
itu.
“Tanggal 18 (Oktober) kemarin, ada satu orang lagi yang meninggal,
namanya Oworuk Esema. Jadi total warga di Samenage yang meninggal
menjadi 16 orang terhitung sejak 2 September hingga Oktober ini,” kata
Pastor Paroki Hepuba, John Djonga Pr kepada SHNet via seluler dari Wamena, Sabtu (21/10/2017).
Menurut Pastor John, setidaknya tiga yang meninggal dunia mengalami
ciri-ciri yang sama yaitu Nalianus Lokon (18) dari kampung Muke dan Anis
Esema (40) dari kampung Samenage yang meninggal pada hari yang sama
yakni 5 Oktober 2017. Dan, Erina Hugi (29) dari kampung Muke, yang
meninggal pada 16 September. “Mereka tiga orang yang sama sakitnya,
rambut rontok, badan bengkak baru luka. Yang lain beda-beda gejalanya,”
katanya.
Kematian misterius ini juga menimpa tujuh anak dibawah lima tahun.
Mereka adalah Mince Lokon (1 bulan), Sarles Giban (1 bulan), Rosah Esema
(2 bulan), Ekoh Lokon (1 tahun), Ince Giban (1 tahun), Istalitice Esema
(2 tahun), dan Napenius Wetapo (3 tahun).
Obat dan tenaga medis.
Obat dan tenaga medis.
Saat ini, masyarakat menantikan bantuan dari semua pihak terlebih
pemerintah yang diharapkan memberikan respon cepat terutama dalam
memberikan bantuan penanggulanan kematian tersebut. Diantaranya tim
laboratorium untuk mencari tahu penyebab kematian dan cara
penanggulangannya.
Petugas Tak Ditempat
Pekan ini, Pastor mengatakan telah ada bantuan oba-obatan yang
dikirimkan langsung dari RSUD Dekai dan seorang dokter beserta seorang
tenaga medis. Dihubungi terpisah, Bupati Yahukimo Abock Busup menyatakan
turut berbelasungkawa bagi masyarakat khususnya keluarga yang
ditinggalkan.
Ia pun menyatakan telah memerintahkan instansi terkait untuk
menyalurkan obat serta menurunkan tim medis dan dinas kesehatan untuk
turun langsung ke Samenage.
“Saya sudah perintahkan tim turun langsung, harus data secara baik. Obat-obatan sudah dikirim duluan jadi sekarang ini memang kami tunggu hasil uji di lapangan apa yang sebenarnya buat masyarakat kami ini mati,” kata Bupati Abock kepada Jubi via seluler, Kamis (19/10).
Salah satu yang disoroti Bupati Abock adalah petugas kesehatan di
Pustu dan Puskesmas yang sering dilaporkan tidak berada ditempat. Ia
bahkan mengaku dilematis dalam mengontrol ASNnya yang ditugaskan seperti
di pustu dan puskesmas.
“Dulu masyarakat minta supaya kepala puskesmas atau pustu harus orang
asli dari kampong yang bersangkutan. Dan, kami sudah lakukan itu.
Kepala Puskesmas di Samenage itu putra asli dari situ, tapi saya memang
dapat laporan orang itu tidak pernah di tempat…ini juga masalah karena
kami ingin orang kerja dengan hati dan tenang di tempat tugas,” ujarnya.
Bupati berjanji akan memikirkan langkah-langkah yang tepat untuk
menertibkan petugas ASN baik di bidang kesehatan maupun pendidikan. (Yuliana Lantipo)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar