![]()  | 
| Tim investigasi kasus Sugapa dari MRP, Fransiskus Waine, Ciska Abugau, Debora Mote dan Fransiska Okmonggop Mote, Selasa (06/09/2016) – Jubi/Abeth You | 
Jayapura, Jubi – Pemerintah Kabupaten Intan Jaya menyatakan kasus
 tewasnya salah satu pelajar di Sugapa Otianus Sondegau akibat tembakan 
yang diduga dilakukan oknum Brimob telah diselesaikan dengan 
dibayarkannya uang kepala. Adapun pembayaran itu nilainya  sebesar Rp850
 juta kepada keluarga duka yng ditanggung oleh Bupati Intan Jaya, 
Natalius Tabuni sebesar Rp750 juta dan Kapolda Papua, Irjen Pol. Pauus 
Waterpauw sebesar Rp. 100juta.
Hal itu diungkapkan tim investigasi dari Majelis Rakyat Papua (MRP) Fransiskus Waine yang belum lama ini  ke Sugapa.
“Kalau secara adat, sebenarnya kepala ganti kepala. Masyarakat 
meminta kuburan yang disiapkan itu dua kepala, yaitu penembak dan 
tertembak. Tetapi karena hukum di negeri ini harus ditegakkan, maka kami
 anggap uang itu bukan akhir dari penyelesaian kasus Sugapa,” kata 
Fransiskus Waine di kantor MRP, Kota Jayapura, Selasa (6/9/2016) 
didampingi Ciska Abugau, Debora Mote dan Fransiska Okmonggop Mote.
Dikatakan, pihaknya sebagai lembaga representatif kultur orang asli 
Papua (OAP) menyatakan Bupati Intan Jaya, Kapolres Paniai, Kapolsek 
Sugapa, Kapolda Papua dan DPRD Intan Jaya telah melindungi pelaku 
kekerasan. “Walaupun Bupati, Brimob dan Polisi sudah nyatakan masalah 
sudah selesai tapi MRP yang melindungi kultur orang asli Papua (MRP) 
belum selesai,” ujarnya.
“Bagaimanapun juga ini adalah nyawa manusia. Oleh sebab itu, pelaku 
harus diusut tuntas. Dan pelaku itu harus diserahkan kepada masyarakat 
supaya mereka menghukum dengan adat kalau pemerintah tidak mampu tegakan
 hukum pemerintah. Manusia tidak bisa dijual belikan walaupun sudah 
dibayar,” ungkapnya.
Ia menegaskan, Bupati Intan Jaya harus bertanggungjawab karena Brimob
 yang didatangkan atas inisiatif Bupati sendiri. Pihaknya juga 
mempertanyakan hal itu, apakah tidak ada kepolisian sehingga datangkan 
Brimob. Dengan biaya yang cukup tinggi datangkan Brimob, sementara di 
Kabupaten Intan Jaya aman tenteram.
“Di pegunungan tengah Papua ini rata-rata kita menolak kehadiran 
Brimob. Sudah dianiaya, dipukul-pukul sampai diakhiri dengan penembakan.
 Jadi kita semua tahu, bahwa di Intan Jaya orang Moni masih 
mempertahankan adatnya dengan suatu komitmen yang kuat, sehingga orang 
baru yang datang harus disesuaikan dengan lingkungan alam di sana” 
katanya.
“Dengan dibayarnya uang oleh Bupati Intan Jaya dan  Kapolda Papua 
dianggap bahwa nyawa orang Moni gampang dibeli. Apa yang nanti terjadi 
ke depan. MRP meminta kepada Brimob di Intan Jaya kembali ke tempatnya 
yang semula tidak boleh lagi ada di Intan Jaya,” tegasnya.
Ketua tim investigasi MRP, Ciska Abugau mengatakan, aparat keamanan 
dalam hal ini Brimob dan Polri jangan memusuhi antara masyarakat dan 
Bupati, di mana keharmonisan telah terjalin lama namun dengan penembakan
 ini masyarakat justru memusuhi pimpinan daerahnya padahal itu cara 
untuk menjauhkan pimpinan dan masyarakat setempat.
“Semua kejadian itu selalu terjadi saat pimpinan daerah tidak ada di 
tempat. Saya meminta kepada Brimob dan polisi jangan memusuhi antara 
masyarakat dan bupati. Dengan kejadian penembakan ini masyarakat jadi 
musuh sama bupati,” kata Ciska Abugau.
Namun, lebih jauh ditegaskan pihaknya melahirkan anak-anak Papua 
bukan untuk dibunuh ibarat binatang. “Sungguh kami sedih ketika 
anak-anak kami dibunuh oleh negara, kenapa kami punya anak-anak ini 
terus dibunuh. Kalau mereka nakal, kenapa tidak hanya dipukul saja 
sebagai bentuk pembelajaran. Tapi ini langsung dihabisi nyawa,” katanya.
Anggota MRP, Debora Mote mengatakan, pihaknya sangat sayangkan sikap 
premanisme yang dilakukan oleh Brimob yang selalu melakukan kekerasan di
 atas tanah Papua, terlebih di Intan Jaya.
“Kami tidak mau diselesaikan dengan diberikan sejumlah uang kepada 
keluarga korban. Ini cara lindungi pelaku. Pak Bupati harus harus bijak 
dalam mengambil tindakan. Tapi, harus memecat dan menghukum pelaku,” 
ujar Mote.
Selain itu, Fransiska Okmonggop Mote salah satu anggota MRP juga 
turut prihatin atas tragedi itu dan pihaknya meminta agar pengungkapan 
pelaku penembakan jangan ulur waktu.
“Terjadi penembakan oleh oknum Brimob itu kepada Otianus Sondegau 
pada siang hari. Jangan ulur waktu dan jangan alasan banyak. Segera 
sebutkan namanya siapa dan berikan sanksi yang sebesar-besarnya,” 
ujarnya. (*)




0 komentar:
Posting Komentar