Pembakaran kios dan rumah di Karubaga Tolikara Papua (Istimewa) |
Jayapura – Peristiwa penyerangan sekelompok orang terhadap warga yang melaksanakan Salat Idul Fitri di distrik Karubaga, Tolikara, Papua pada Jumat (17/7) disebut tidak berdampak besar. Pasca kejadian, situasi langsung kondusif.
“Kasus ini kalau kita lihat di TKP, tidak berdampak besar. Tapi di luar dampaknya besar. Setelah kejadian situasi langsung cair, tidak ada persoalan,” kata Wakapolda Papua Brigjen Rudolf Alberth Rodja Rodja dalam pertemuan sejumlah pihak dengan Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, di Jayapura, Senin (20/1) malam.
Dia mengungkapkan, jemaah Salat Idul Fitri dalam keadaan aman. Pasalnya, pelaksanaan Salat Idul Fitri dilaksanakan di Markas Koramil 1702-11/Karubaga. “Saat diserang langsung jemaah dilindungi aparat. Tidak satu pun jemaah yang luka,” ungkapnya.
Dia kembali menegaskan bahwa tidak ada musala yang sengaja dibakar saat kejadian. “Yang disampaikan masjid dibakar, sebenarnya bukan masjid dibakar. Ini dampak dari kios-kios yang terbakar,” tegasnya.
Pada bagian lain, dia menuturkan, pada 11 Juli 2015 terdapat surat edaran dari badan pekerja Gereja Injili di Indonesia (GIDI). “Isinya lebaran 17 Juli tidak diizinkan di Tolikara. Dapat dilaksanakan di Wamena dan Jayapura. Dilarang umat Islam menggunakan jilbab. Kami sudah pegang surat itu sebagai bukti,” katanya.
Pada 11 Juli itu juga, dia menjelaskan, Kapolres Tolikara langsung menghubungi bupati Tolikara terkait adanya surat tersebut. “Kebetulan 11 Juli dilaksanakan KKR yang dihadiri perwakilan GIDI seluruh Indonesia. Ada enam WNA (warga negara asing). Tanggal 15 Juli, Kapolres bertemu Presiden GIDI. Presiden GIDI akan hubungi ketua GIDI Tolikara dan bersedia mencabut surat edaran. Presiden GIDI menyetujui dilaksanakan Salat Id di Tolikara,” ujarnya.
“Saat salat dilaksanakan 17 Juli, sekitar 200 orang datang menyerang dan melempar batu. Ada provokator yang terekam. Ini sudah kami jadikan bukti,” imbuhnya.
Dia menambahkan, ketika peristiwa pelemparan batu terjadi, Polres dan TNI berhasil menghalau massa dengan tembakan peringatan. “Setelah dengar tembakan, mulai kios-kios dibakar. Ada kios-kios kelontong yang jual bensin. Ini yang menimbulkan kios-kios lain terbakar termasuk musala,” ucapnya.
“Sampai hari ini pihak Polri telah memeriksa 32 saksi. Dari 32 ini ada calon-calon tersangka. Belum ada yang ditahan. Sesuai perintah Bapak Presiden (Joko Widodo) dan Wakil Presiden (Jusuf Kalla), kita harus bertindak supaya tidak berdampak luas,” ujarnya.
Mendagri sempat bertanya mengenai dugaan adanya peraturan daerah (perda) Tolikara yang mengatur tata cara beribadah. “Waktu ditanyakan Pangdam dengan Kapolda, jawabannya (bupati) ragu-ragu,” Wakapolda.
“Kita cek diarsip Jakarta juga enggak ada (perda). Memang kami sudah batalkan 139 perda,” kata Tjahjo.
Wakapolda kembali menegaskan bahwa peristiwa di Tolikara baru kali ini terjadi. “Tahun lalu (saat Salat Idul Fitri) tidak ada masalah,” tukasnya.
Carlos KY Paath/JAS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar