Jayapura, 11/3 (Jubi)- Andy Ayamiseba, manajer Grup Band
Black Brothers, mengatakan Black Brothers bukan sekadar kelompok musisi
biasa. Mereka memiliki visi dan misi utama untuk mengangkat martabat bangsanya
yang selalu dibilang masih terbelakang.
“Misi dan visi yang kedua untuk
menciptakan masyarakat yang adil dan sejahterah serta yang ketiga dan maha
penting adalah untuk membebaskan bangsanya dari segala bentuk penindasan oleh
kaum penjajah,” katanya, melalui akun Facebooknya, belum lama ini.
Menurut Ayamiseba, misi itu bisa
dibuktikan dengan karya-karya mereka melalui syair lagu-lagu nya dan
keputusan-keputusan yang diambil untuk meninggalkan ketenaran mereka di tanah
airnya Indonesia. Bahkan, kemudian meninggalkan kontrak musik di EMI Holland
dan akhirnya hijrah ke Vanuatu untuk menjalankan lobi OPM di kawasan Pasifik
Selatan, termasuk PNG.
Para personel BB pun diseleksi
berdasarkan potensi-potensi mereka secara individu agar produksi bisa mencapai
hasil yang semaksimal mungkin. Jocky Phu, dijuluki si pena emas karena dia
adalah penyair besar yang berwatak cinta damai dan keadilan. Kemudian, Hengky
(alm) yang memiliki suara emas yang khas Black Brother dan sulit diganti oleh
suara lain.
Sijari emas August Rumaropen (alm)
dijuluki George Bensonnya Papua dengan watak halus dan rendah hati. Ada juga
Benny pada bass dan Stevie si penabuh drum. Keduanya adalah tulang punggung rythm
section-nya. Akhirnya David(Dullah) dan Amry yang menciptakan
dandanan rythem musik BB. Paduan musik dan vokal mereka yang harmonis sesuai
dengan melodi dan syair lagu-lagunya telah menembus nusantara dan Pasifik
Selatan. Hal ini membuat grup musik Black Brother melegenda di Pasifik
Selatan, Indonesia, dan Eropah dengan lagu Jalikoe.
“Saya selaku pendiri dan manajer
sekaligus produser eksekutif supergroup ini sulit untuk mendapatkan
musisi-musisi alam yang diberkati dengan talenta oleh Tuhan Yang Maha Kuasa
seperti mereka. Saya sangat berterima kasih dan bangga karena diberkati dengan
kesempatan untuk bekerja dengan group legendaris ini,”tulis Ayamiseba.
Lebih lanjut jelas Ayamiseba Black
Brothers adalah suatu persembahan yang berpaduan antarwatak kepribadian
talenta, seni, komitmen, dan inspirasi. “Semoga apa yang telah dirintis oleh
musisi-musisi alam ini dapat dilanjutkan oleh generasi penerus demi suksesnya
misi dan visi mereka,”harap pejuang Papua Merdeka di Vanuatu, Mr Andy
Ayamiseba.
Grup Black Brother pertama kali
tampil di Jayapura memakai nama Iriantos Primitive, menjelang persiapan show ke Papua New Guinea. Saat itu musisi
dan artis-artis Papua bergabung dan berlatih serius guna tampil prima merayakan
kemerdekaan Papua New Guinea(PNG)dirumah pribadi menejer Black Borthers Andy
Ayamiseba. Sayangnya upaya mengembangkan misi kesenian Papua dan show musik ke
negara tetangga PNG tak mendapat restu dari pemerintah pusat di Jakarta.
“Black Brothers pada awalnya bernama
Iriantos Primitive. Saya bentuk grup ini untuk tur keliling ke PNG dengan grup
tarian yang kemudian izinnya ditolak oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
di Pusat,”katanya kepada tabloidjubi.com via Facebook.com belum lama ini.
Manajer Black Brothers ini mengaku
pada usia yang ke 27 tahun, tepatnya pada 1974 sudah memimpin Group Band Black
Brothers. “Setahun setelah izin ke PNG ditolak, saya membuat rencana baru untuk
memenuhi visi dan misi tersebut lewat Jakarta. Demikianlah sejarah rekaman
Black Brothers dimulai,”tulis Andy Ayamiseba.
Putra seorang mantan pejabat Ketua
Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR GR) Provinsi Irian Barat, mendiang
Dirk Ayamiseba ini tampil sebagai pebisnis dan musisi di era 1960-1970 an. Andy
Ayamiseba sudah bergabung dengan Group Band Varunas salah satu group band milik
Angkatan Laut yang cukup terkenal saat itu.
Tim musisi kesenian Irian Jaya yang
tergabung dalam Iriantos Primitive mempunyai anggota-anggota awalnya terdiri
dari alm Mimi Fatahan mahir bermain musik Hawaian, Ricky Chaay vokalis, Corry
Rumbino vocalis dan Musa Fakdawer vocalis. “Latihan musik dan tarian mengambil
tempat latihan di garasi rumah milik Andy Ayamiseba di Angkasa Indah, Kota
Jayapura,”kata Andy Ayamiseba.
“Varunas Band adalah band milik
Angkatan Laut Daerah X dan saya sendiri adalah salah satu anggota dari Band
Varunas sebagai slide gitarist,Danny Kadmaer (lead gitrais/vocalis);Herman(basist);Ringgo
Kadmaer (drummer);Mulyadi (Keyboard/gitaris);brass
section adalah
anggota-anggota TNI A. Sedangkan penyanyi penyanyi adalah Bass Lanoh;Ricky
Chaay; Marcel Siante alias Honda;dan Dolf Raharusun,”kata Andy Ayamiseba.
Group Band Varunas selalu berlatih
di kediaman Panglima Daeral X, Commodore Indra Kusnaedi di Nirwana, Angkasa
Kota Jayapura.Saat itu ada musisi Nani kadmaer, saudara tertua dari Ringgo,
Nani tidak pernah menjadi anggota Grup Band Varunas.
“Sebelumnya Kadmaer bersaudara
bergabung dalam Group Band Aneka Ria yang dikenal sebagai Koes Bersudaranya
Papua. Dengan vocal harmonis yang luar biasa dari Danny dan Nany,”kenang Andy
Ayamiseba saat bermain band di Kota Jayapura.
Bermodal sebagai musisi dan
pengusaha yang memiliki usaha di bawah perusahaan bernama PT Bintuni Baru (BB).
Manajer Black Brothers ini mulai menancapkan tajinya dalam musik dan lagu di
blantika musik Indonesia. Rencana show ke Papua New Guinea bersama Iriantos
Primitive tak mendapat ijin membuatnya melanjutkan misi musik ke Jakarta.
Pada 1976 pertama kali Black
Brothers tampil di Senayan, sepanggung dengan SAS Group Rock Arthur Kaunang eks
personel AKA Group. Show ini mampu membuat seisi stadion
histeris dan group musik asal Papua ini berhasil menaklukan Jakarta. “Saat
Hengky MS membawakan lagu Soldier of Fortune dari Deep Purple. Kontan seluruh
penonton di Senayan histeris dan kagum kalau ada grop musik dari timur
Papua,”kata Musa Fakdawer, salah satu musisi Papua yang juga tergabung dalam
Iriantos Primitive.(Jubi/dominggus
a mampioper)
0 komentar:
Posting Komentar