PAPUAN, Jayapura — Peringati hari
aneksasi Papua ke dalam negara Indonesia, puluhan mahasiswa Universitas
Cenderawasih (Uncen) Jayapura, Kamis (1//2014) kemarin, melakukan aksi mimbar
bebas di depan Kampus Uncen Lama, Abepura, Papua.
Sejak pagi hari, mahasiswa
memajang dua buah baliho di depan pintu utama Kampus Uncen. Tulisan dalam
baliho tersebut bernada kecaman dan hujatan terhadap Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) yang telah mencaplok wilayah Papua secara ilegal.
Tidak
terima dengan isi tulisan di dalam baliho tersebut, sejumlah aparat masuk dan
mengambil secara paksa baliho yang dipajang mahasiswa.
“Baliho
yang mereka ambil ada dua, dimana baliho tersebut tercantum tulisan terkait
hari aneksasi Papua,” ungkap Pelipus Robaha, dalam orasinya di depan Gapura
Uncen.
Pilipus
mengatakan, aksi protes yang dilakukan mahasiswa terkait Aneksasi Papua yang
dilakukan oleh NKRI pada tahun 1963 hingga saat ini. “Negara Indonesia
telah membunuh dan menindas moyang dan masyarakat Papua saat pencaplokan Papua
hingga saat ini.”
“Selama
ini pemerintah pusat dan aparat salah berfikir. Kalau Pemerintah Pusat
mengatakan orang Papua menjadi tuan diatas negeri sendiri itu kalau Gubernur,
Bupati/Walikota itu orang Papua. Tapi maksud kami orang Papua, menjadi tuan
diatas negeri sendiri adalah pisah dari NKRI,” tuturnya. Dikatakan, tanah Papua
merupakan wilayah terabaikan di negara Indonesia, padahal Provinsi Papua
merupakan Provinsi terkaya dari semua Provinsi di negera Indonesia.
“Papua
miskin, bodoh, terbelakang dan hal ini akan terus terjadi. Aparat keamanan
harus sadar, kenapa orang Papua, apalagi mahasiswa ketika hendak melakukan aksi
demontrasi selalu dipalang, tetapi jika mahasiswa Jakarta selalu saja
dibiarkan.”
“Kami
mahasiswa akan selalu melakukan aksi protes terhadap tindakan aparat yang
selalu melakukan pelanggaran HAM di atas tanah ini,”imbuhnya.
Sementara itu, Benny Hisage, salah satu massa aksi meminta aparat segera mengembalikan baliho milik mahasiswa yang telah diambil secara paksa.
“Kami tidak punya biaya operasional, jadi jangan ambil baliho kami. Baliho itu kami cetak dengan menggunakan dana patungan kami, aparat harus tahu itu,” ujarnya.
Sementara itu, Benny Hisage, salah satu massa aksi meminta aparat segera mengembalikan baliho milik mahasiswa yang telah diambil secara paksa.
“Kami tidak punya biaya operasional, jadi jangan ambil baliho kami. Baliho itu kami cetak dengan menggunakan dana patungan kami, aparat harus tahu itu,” ujarnya.
“Kami
melihat tindakan ini telah membuktikan bahwa ruang demokrasi benar-benar telah
dibungkam oleh aparat keamanan. Semua gerakan ditutup rapat oleh aparat
keamanan,” katanya.
Pantauan
suarapapua.com, puluhan aparat keamanan telah disiagakan di lokasi demonstrasi
mahasiswa sejak pagi hari. Satu buah truk Dalmas, satu buah mobil Baracuda, dan
beberapa mobil avanza milik Polisi diparkir tepat di depan tempat aksi
mahasiswa.
0 komentar:
Posting Komentar