Musa Mempin Bangsanya, Israel |
Gereja seringkali kurang mengakomodasi teologi pembebasan yang relevan dalam konteks umat yang terjajah. Teologi pembebasan menekankan pada pentingnya perjuangan melawan penindasan dan ketidakadilan sebagai bagian dari iman Kristen. Gereja perlu mengintegrasikan nilai-nilai ini dalam setiap khotbah dan pengajaran agar umat merasa didukung dan diberdayakan untuk memperjuangkan kebebasan mereka dari penjajah.
Gereja perlu lebih proaktif dalam mendorong tindakan nyata, seperti advokasi, pendidikan, dan pemberdayaan komunitas, agar umat dapat mengorganisir diri dan memperjuangkan hak-hak mereka. Keterlibatan yang lebih kuat dan konsisten dalam isu-isu seperti hak asasi manusia, keadilan ekonomi, dan kebebasan politik sangat diperlukan. Gereja perlu berdiri di garis depan perjuangan ini, menunjukkan solidaritas dengan umat yang tertindas. Gereja mesti menjadikan ini bagian integral dari pelayanannya.
Yesus sendiri memberi panggilan kepada kita untuk bertindak secara nyata dalam memperjuangkan keadilan dan kebaikan bagi mereka yang terpinggirkan. Yesus mengajarkan bahwa berjuang dan melayani mereka yang membutuhkan adalah sama dengan melayani Dia. Firman Tuhan Yesus dalam Matius 25:35-40:
"Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.'... Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.
Gereja yang mengabaikan panggilan ini tidak hidup sesuai dengan Firman Tuhan dan gagal memenuhi mandatnya sebagai pembawa kabar baik bagi yang tertindas. Gereja, sebagai lembaga yang mengajarkan Firman Tuhan, dengan peran profetiknya, harus memimpin dengan teladan dalam memperjuangkan pembebasan. Jika tidak, Gereja hanya akan menjadi institusi yang hampa, tidak relevan dengan perjuangan nyata umat melawan penindasan.
Gereja tidak boleh tunduk di bawah penguasa penjajah. Menyenangkan penguasa yang menindas bertentangan dengan perintah Tuhan, karena Gereja dipanggil untuk mengendalikan penindas, bukan melayani mereka. Yesaya 1:17: "Belajarlah berbuat baik, usahakan keadilan, kendalikan penindas, belalah hak anak-anak yatim, perjuangkan perkara janda-janda!
Tugas Gereja adalah membela yang lemah dan tertindas, bukan mengabaikan mereka demi kepentingan penguasa. Gereja harus menjadi suara bagi mereka yang tidak dapat memperjuangkan haknya sendiri, menunjukkan solidaritas dengan mereka yang tertindas. Amsal 31:8-9: "Bukalah mulutmu untuk orang yang bisu, untuk hak semua orang yang merana. Bukalah mulutmu, aminkan keadilan, belalah orang yang tertindas dan orang miskin."
Gereja harus mengikuti teladan Yesus dengan menolak kolaborasi dengan penguasa yang menindas dan berfokus pada misi pembebasan dan keadilan. Lukas 4:18-19: "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang."
Gereja tidak dapat melayani dua tuan: Allah dan penguasa dunia yang menindas. Integritas moral dan spiritual Gereja terancam jika ia mencoba menyenangkan penguasa yang tidak adil. Gereja harus memilih untuk setia kepada Tuhan dan misinya yang adil dan benar. Matius 6:24: "Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."
Gereja harus menjadi perwujudan kasih Tuhan dengan mengutamakan pelayanan kepada yatim-piatu, janda, dan mereka yang mengalami kesusahan, bukan hanya berfokus pada struktur organisasi dan materi. Yakobus 1:27: "Ibadah yang murni dan tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim-piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia."
Tuhan menginginkan Gereja untuk fokus pada tindakan keadilan dan belas kasih, seperti memberi makan orang lapar, memberi tempat tinggal bagi yang miskin, dan berpakaian bagi yang telanjang. Gereja harus mengutamakan pelayanan sosial dan keadilan daripada fokus pada kekayaan materi atau bangunan megah.
Yesaya 58:6-7: "Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang-orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah; apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!"
Gereja adalah tubuh Kristus yang terdiri dari orang-orang percaya yang menjalankan peran masing-masing untuk kebaikan bersama. Fokus utama Gereja seharusnya adalah membangun komunitas iman yang kuat dan melayani satu sama lain sesuai dengan karunia yang diberikan Tuhan, bukan terfokus pada lembaga dan aset material. 1 Korintus 12:27: "Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya."
Gereja dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam membangun dunia yang lebih adil, berlandaskan kasih dan kebenaran. Gereja harus tetap teguh dalam prinsip-prinsip keadilan dan kebenaran, meskipun menghadapi tekanan dari penguasa. Kisah Para Rasul 5:29: "Jawab Petrus dan rasul-rasul lain: 'Kita harus lebih mendengarkan Allah daripada manusia.'
Gereja harus bisa memperjuangkan kemerdekaan fisik, sosial, dan spiritual bagi semua orang. Kekristenan harus berani mengambil sikap untuk memperjuangkan keadilan, kebebasan, dan martabat manusia. Ini adalah bagian dari ekspresi iman Kristen yang sejati, yang tidak hanya dinyatakan dalam ibadah dan doktrin tetapi juga dalam tindakan nyata yang mendukung hak-hak asasi manusia dan memerdekakan mereka yang tertindas.
Sebagai anggota tubuh Kristus dalam Gereja, setiap pribadi kita adalah gereja yang harua patuh pada Firman Tuhan. Kepatuhan kepada Firman Tuhan mencakup tanggung jawab untuk bertindak sesuai dengan nilai-nilai Kristus dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita hanya mendengar Firman tetapi tidak melaksanakannya dalam tindakan nyata, kita tidak memenuhi panggilan kita sebagai anggota Gereja Kristus. Yakobus 1:22: "Sebab jika seseorang hanya mendengar firman itu saja, tetapi tidak melakukannya, ia adalah seperti orang yang menilik muka dirinya di cermin.
"Sebagai anggota Gereja Kristus, kita memiliki panggilan yang jelas untuk memperjuangkan keadilan dan memerdekakan yang tertindas. Identitas Gereja bukanlah hanya sebuah institusi, melainkan komunitas iman yang dipanggil untuk menyatakan nilai-nilai Kerajaan Allah di dunia ini. Dengan mengambil peran pribadi dalam mewujudkan nilai-nilai Kristus, kita turut serta dalam membangun masyarakat tanpa penindasan, serta menjadi saksi hidup akan kasih dan kebenaran Kristus bagi dunia.
Ditulis oleh: Tuan Viktor F Yeimo /Jubir Internasional KNPB
0 komentar:
Posting Komentar