Kronologis Penembakan Terhadap Hamba Tuhan Almarhum Pendeta YERMIAS ZANAMBANI, S.Th Di Kampung Hitadipa, Distrik Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya Dari Pihak Keluarga.
Pada tanggal 19 September 2020 Pukul 17.00, Bapak Pendeta Yermias Zanambani dan Istri kekasihnya Ibu Miriam Zoani dari Rumah mereka Hitadipa ke Bomba (Kandang Ternak Babi, Jaraknya sekitar 700 meter) untuk kasih makan ternak Babi.
Setelah sampai di Kandang Babi. Ibu Miriam Kembali ke rumah Hitadipa untuk mengambil makanan ternak babi, dalam perjalanan tanjakan turun 100 meter dari kandan babi bertemu 4 (Empat) Orang TNI bersenjata lengkap di sepanjang jalan.
Salah satunya Alpius (Nama Samaran dari Anggotra TNI). Lalu Bapak Alpius bertanya kepada saksi pertama Ibu Almahrum (Ibu Miriam Zoani) bahwa Bapa ada dimana? Lalu jawabnya “ Bapa ada di Kandang Ternak Babi” Lalu kata tentara “ O… Iya”.
Selanjutnya Aparata TNI naik menuju ke kandang Babi, ketemu saksi kedua Bapak Pendeta Damianus Wandagau lalu menyapaikan salam kepada Bapak Pendeta Damianus.
Lalu jawab Pak pendeta sampaikan hanya hormat... Hormat kepada Aparat TNI.
Sekitar pukul 17.40, ada bunyi tembakan dan suara meminta tolong di sekitar ternak babi maka saksi ke Tiga Ibu Maria dan Ibu Yohana Bagubau melihat kearah dimana ada tembakan, mereka melihat anggota TNI mengepung di kandang babi lalu kedua Ibu tersebut merasa takut dan sembunyikan diri di rumput-rumput.
Setelah anggota TNI membunuh Bapak Pendeta lalu aparat kembali ke Hitadipa, lalu keluarlah dari rumput kedua saksi (Ibu Maria dan Ibu Yohana Bagubau). Ibu Maria dan Yohana Bagubau ke kandang babi. Sampai di kandang Babi, mereka melihat Bapak Pendeta Almahrum dalam kondisi kritis. Lalu beberapa menit kemudian Ibu Miriam Zoani (Istri almahrum) datang dari Hitadipa bergabung dengan Bapa Almarum dan kedua ibu.
Pukul 18.00 WIT, Bapak Pendeta Yermias Zanambani (Almahrum) menceritakan semua kejadian perlakuan Anggota TNI terhadap dirinya kepada ketiga saksi bahwa: ada 4 anggota TNI datang tanya kepada saya (Almahrum) “ Makanan ini untuk siapa?” lalu jawab Bapak Pendeta:
“Makanan untuk ternak” lanjut TNI Tanya kepada Pendeta: “ ahhh…. Ini makanan unutk OPM” lalu jawab pendeta lagi:”Bukan untuk OPM, ini makanan tidak baik untuk dimakan oleh manusia.
Lalu anggota TNI marah dan langsung menembak Bapak Pendeta dengan tempakan pertama melumpukan di Paha, tikam di leher dengan pisau sangkur dan memotong lengan tangannya lalu aparat.
Selanjutnya mereka berempat (3 saksi dan 1 korban) tinggal disitu sampai Bapak Almahrum meninggal dunia pukul 24.00 WIT (Jam 12 malam).
Sebenarnya masyarakat setempat mau evakuasi korban ke Puskesmas Hitadipa, namun Anggota TNI melarang keras untuk beraktivitas di malam hari dan melarang juga masyarakat ke kampung Bomba untuk evakuasi.
Selanjutnya Jenazah di semayamkan di kandang Babi selama 12 jam mulai hari sabtu 18.00 s/d hari minggu jam 6.00. Mulai evakuasi jenazah pada hari minggu pukul 07.00 pagi dari Bomba ke kantor klasis Hitadipa oleh Bapak Enos Bagubau (Kepala Puskesmas Hitadipa), Bapak Yusak Zanambani (ASN), Bapak Thom Kobogau (ASN), Bapak Karel Nulini (Ketua Klasis Hitadipa), Bapak Yonatan Sani (Guru STP Alkitab), Ham Sani (Guru SD), Pilemon Wandagau (Masyarakat), Daniel Bilambani (Masyarakat), Yusak Sani (Masyarakat), Bapak Pendeta Ajadiel Kobogau, Ibu Naomi Maisini (Ketua Perkawan Hitadipa), dan beberapa masyarakat yang ada disitu.
Lalu Jenazah disemayamkan dirumah duka selama 5 jam dan karena dipaksakan oleh anggota TNI maka pemakaman dilakukan pada hari itu juga di halaman kantor klasis Hitadipa.
Kami Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) tidak pernah atau tidak biasa melakukan acara pemakan di Hari Minggu tetapi karena dipaksakan dari Aparat TNI dengan alasan dan maksud tertentu. Ungkap pihak keluarga korban.
Nama-nama Saksi:
1. Ibu Miriam Zoani (Isri Almahrum)
2. Pdt. Damianus Wandagau
3. Ibu Yohana Bagubau
4. Ibu Maria Maisini
Laporan ini dibuat resmi oleh Keluarga Korban almahrum Pdt. Yermias Zanambani S.Th
Bomba, 21 September 2020.
TTD
Keluarga Korban
Sumber : Aktivis Naftali Tipagau
0 komentar:
Posting Komentar