Mahasiswa Papua di Amerika bertemu dengan pemerintah Indonesia. (IST - SP) |
JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Keterlambatan pengiriman bantuan
beasiswa dari Pemerintah Provinsi Papua tidak hanya dialami anak-anak
Papua di Kanada dan Washington State, Amerika Serikat.
Dari data yang dihimpun suarapapua.com, pelajar dan mahasiswa Papua di berbagai negara mengalami hal sama.
Berikut
adalah tempat dan kasus-kasus yang dihadapi akibat beasiswa dari
Pemerintah Provinsi Papua dalam hal ini Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia (BPSDM), belum dikirim sampai hari ini tepat pada tanggal 7
Februari 2017.
Arizona
Sudah
7 bulan, 12 mahasiswa Papua di Arizona State University (ASU) Arizona,
Amerika Serikat, belum terima biaya studi dari Pemprov Papua.
Persoalan
yang dialami saat ini adalah sudah 7 bulan atau hingga Februari 2017
belum juga mendapat transfer pengiriman biaya studi tersebut agar bisa
mendaftar kuliah. Ini terhitung sejak mereka dikirim studi di Arizona
pada Juni 2016 lalu.
Untuk aplikasi pendaftaran online saja, per
orang harus membayar 85 dolar AS. Tetapi uang itu didapat dari mana,
karena mereka belum punya uang. Belum lagi untuk biaya lainnya ketika
sudah terdaftar dan siap untuk kuliah.
Texas
Akibat
tak bayar biaya kuliah dan asrama, empat mahasiswa terpaksa memilih
meninggalkan kampus dan asrama mereka di Texas untuk tinggal sementara
waktu bersama mahasiswa Papua lain di Reno, Nevada, Amerika Serikat.
Sedangkan barang-barang mereka tetap dibiarkan di asrama sambil menunggu
kejelasan pengiriman biaya dari Pemprov Provinsi Papua ke rekening
mereka.
Oregon dan California
Beberapa
mahasiswa Papua di Corban University (Oregon) dan San Bernadino
University (California), mereka sering mengalami keterlambatan
pengiriman biaya studi dari Pemda Provinsi Papua hingga tiga sampai
empat bulan. Keterlambatan ini kadang menyebabkan terjadinya tunggakan
pembayaran biaya di kampus dan asrama atau apartemen tempat mereka
tinggal.
Washington State
Akibat dari itu, beberapa mahasiswa yang tinggal bersama host family sudah dikeluarkan karena rent of due date habis. Sebelumnya, host family
diminta bersabar sekaligus beri kesempatan untuk memenuhi uang rentnya.
Tetapi, karena janji tersebut telah berlalu bahkan beberapa bulan tak
bayar, akibatnya dua siswa SMA kembali ke Papua.
“Kalau kamu tidak lagi bayar, kamu akan dideportasi ke negara asalmu,” ujar host family kepada dua siswi SMA yang telah kembali ke Papua.
Mendengar itu, mereka berdua memutuskan untuk pulang ke Papua sebelum barang-barangnya dikeluarkan secara kasar.
Pengakuan sama datang dari beberapa mahasiswa sekampus. (Baca juga: Dua Siswa Papua “Cabut” Dari Amerika, Lainnya Masih Merana
“Kami malu sekali hanya janji dan janji trus kepada host family. Apalagi mereka ini orang barat, bicaranya hanya to the point.
Kami bersyukur karena mereka beri kami beberapa bulan untuk tinggal
walaupun kami belum bayar rent,” kata seorang mahasiswa di Green River
Collage, Washington state.
Kanada
Situasi
sama dialami puluhan pelajar dan mahasiswa Papua di Kanada. Dari 35
orang yang dikirim pemerintah daerah, 15 anak SMA (Bronte College) dan
20 orang kuliah di University (Humber College).
“Kurang lebih tiga
bulan terakhir ini kami belum menerima biaya studi dan biaya hidup
kami,” seorang mahasiswa di Kanada. (Baca juga: Kisah Pilu Anak Papua di Kanada)
Tak
ada finansial berdampak pada kondisi belajar mereka di sekolah, kampus
maupun di tempat tinggal. Bahkan, sebagian besar dari pelajar dan
mahasiswa Papua yang ada di Kanada sudah tak melanjutkan kuliah lagi.
“Ada
juga yang membatalkan semester, lebih mirisnya ada yang dikeluarkan
dari kelas untuk tidak mengikuti pelajaran karena belum memperpanjang
izin tinggal atau Visa. Mau urus Visa tentu butuhkan uang,” tulisnya.
Alasan
lain beberapa orang sudah dikeluarkan oleh pihak pemilik rumah kos
karena yang bersangkutan terlambat membayar biaya sewa. Selain itu,
masih banyak persoalan lainnya.
“Ini keluhan yang sedang kami
alami saat ini, sejak tiga bulan lalu. Kami keluhkan bantuan beasiswa
yang masih belum dikirim,” lanjutnya.
New Zealand
Students
Papua tingkat SMA di New Zealand telah dipulangkan karena kabarnya
tunggakan mereka sudah mencapai Rp10 Miliar. Lanjut studi atau tidak,
saat ini mereka lagi sedang menunggu informasi dari Pemprov Papua.
Filipina
Students
di Filipina juga mengalami hal yang sama. Sering pemerintah kirim
sebagian saja, bahkan keterlambatan yang fatal sekali.
Akibatnya, instruktor mereka sudah tidak melihat dengan senyuman lantaran tak mencukupi tuitionnya.
Australia
Pemilik
rumah tinggal yang ditempati anak-anak Papua tidak senang lagi melihat
mereka seperti pada saat pertama datang di rumah tersebut.
Parahnya, beasiswa bagi mereka tidak diterima sejak tahun lalu.
Persoalan ini tidak termasuk students Papua yang sedang mengenyam ilmu di negara lain.
Tuntutan
Secara
umum, semua students Papua di luar negeri yang telah mendapatkan
beasiswa tersebut terancam dengan uang tuition dan akomodasi. Mereka
desak dana tersebut segera direalisasikan.
Jika karena kemungkinan
dananya masih belum atau lama dicairkan dan atau juga ada tetapi
dialihkan ke lain hal, Pemprov dalam hal ini BSDM Papua mencari tahu
celah ini agar dapat ditutupi supaya anak-anak Papuan di luar negeri
bisa belajar dengan baik.
Melalui komunikasi mereka sepakat
membuat suatu usulan bahwa orang tua mereka di Papua ambil satu
kesempatan untuk berdemo ke Pemprov Papua.
“Menyangkut kita punya
permasalahan beasiswa mulai dari tuition hingga uang akomodasi yang
sudah berbulan-bulan ini belum diterima sejak Juni-Juli 2016 karena
adanya solusi yang belum jelas dari pemerintah kita, dan adanya
informasi tentang pergantian pejabat di Pemda yang kemungkinan bisa
mengakibatkan penundaan lagi untuk memproses kita punya hak selanjutnya.
Maka, ada satu hal yang mungkin kita bisa lakukan untuk lebih tegas
lagi ke Pemprov yaitu meminta tolong ke orang tua kita semua untuk
berkumpul bersama-sama datang ke Kantor Gubernur Papua, untuk bertemu
Gubernur atau pejabat tinggi siapa yang bisa bertanggung jawab. Jika
teman-teman mau bekerja sama mari kitong set-up schedule yang pas untuk semua orang tua agar bisa hadir,” hasil diskusi melalui media internet.
Sikap
tegas ini diminta untuk direspons mengingat tanggungjawab pemerintah
daerah mengirim ke luar negeri. Sebab, anak-anak tersebut berasal dari
keluarga beda status sosial. Lebih parah itu anak-anak petani, hanya
bisa kirim hasil kebun. Jelas itu tidak mencukupi kehidupan di luar
negeri. Anak-anak pejabat pun demikian. Sebanyak uang yang orang tua
kirim, itu hanya sekejap, bagaikan sekam yang ditiup angin hilang lenyap
tanpa berbekas. Konsekuensinya, pendapatan level atas, menengah dan
atas mustahil disekolahkan di di luar negeri.
Tuntutan terakhir
dari mereka adalah minta segera ada penjelasan dari Pemprov terkait
beasiswa tersebut. Jika tetap tinggal di luar negei tanpa dompet kosong,
apa yang harus bisa dilakukan? Sementara beban kepada institusi dan
tempat tinggal mereka saat ini terhitung tak murah. Lantas, bagaimana
cara atasinya bila dana-dana tersebut ternyata difokuskan ke Pilkada dan
lain-lain?.
Pemerintah harus tepati janji dan komitmennya, sebab
bila itu tidak, maka sebenarnya hanya pembohongan publik dan dosa di
hadapan Tuhan.
“Harapan kami, beajar dari kesalahan ini, kedepannya dalam bekerja harus takut akan Tuhan,” tegasnya.
Pewarta: Arnold Belau
0 komentar:
Posting Komentar