Wakil Dubes AS untuk Indonesia, Brian McFeeters (tengah),bersama para tokoh agama Papua seusai melakukan pertemuan di SwissBell Hotel Jayapura – IST |
Jayapura, Jubi – Ketua
Umum Badan Pelayan Pusat Persekutuan Gereja-gereja Baptis Papua
(BPP-PGBP), Pendeta Socratez Sofyan Yoman dalam pertemuan antara
tokoh-tokoh agama di Papua dengan Wakil Duta Besar (Wadubes) Amerika
Serikat untuk Indonesia, Brian McFeeters, di Jayapura, pada Rabu
(16/11/2016) malam mengatakan, gereja-gereja di Papua mendukungdan
meminta agar pemerintah Indonesia harus berdialog dengan rakyat Papua
melalui United Liberation Movement for West Papua (ULMWP).
Dialog tersebut, lanjut Socratez, harus
dimediasi pula oleh pihak ketiga yang netral sebab ULMWP merupakan
lembaga resmi yang dibentuk dan didukung oleh seluruh rakyat Papua .
Apalagi kata dia lembaga ini telah diakui oleh masyarakat internasional.
“Kami menyampaikan pendirian
gereja-gereja di Papua kepada wakil dubes Amerika Serikat. Supaya beliau
meminta pemerintah Indonesia berdialog dengan ULMWP. Karena wadah ini
(ULMWP) resmi diakui rakyat Papua diakui oleh masyarakat internasional,”
jelas Pendeta Socratez Sofyan Yoman kepada Jubi, Minggu, (20/11/2016)
di Jayapura.
Ia menyebutkan gereja-gereja di Papua
yang mendorong pemerintah Indonesia berunding dengan ULMWP yang
dimediasi pihak ketiga yang lebih netral yakni GKI di Tanah Papua,
Gereja Kingmi, GIDI dan Baptis.
Menurut dia, permohonan keanggotaan ULMWP
telah menjadi batu pengganjal di dalam tubuh MSG karena dua negara,
Papua Nugini dan Fiji, condong untuk menolak keanggotaan ULMWP, seperti
halnya Indonesia.
“Bagi ULMWP keanggotaan di MSG sangat
penting karena dengan keanggotaan tersebut, mereka dapat berdialog
dengan Indonesia dalam kerangka sesama anggota MSG,” papar dia.
“Selama pertemuan itu, Wakil Dubes AS
lebih memilih mendengarkan penjelasan dari kami. Beliau tidak
melontarkan pertanyaan, beliau banyak mendengar dan menyampaikan ucapan
terimakasih saja,” ungkapnya.
Sekretaris Klasis GKI Jayapura, Pdt. Hein
C. Mano mengatakan, jika Pemerintah Indonesia terus melakukan berbagai
kekerasan di atas tanah Papua terhadap orang asli Papua (OAP), maka
mungkin bukan hanya tujuh negara Pasifik yang sedang membela rakyat
Papua.
“Kalau ini (kekerasan) terus terjadi,
bisa sampai 10 negara juga yang membela Papua keluar dari Negara
Indonesia. Jadi, kalau Indonesia melalui kaki tangannya janji harus
tepati,” kata Mano. (*)
Sumber : www.tabloidjubi.com
0 komentar:
Posting Komentar