RUSSELS, KOMPAS.com, Hal tersebut, seperti dilaporkan Reuters pada Rabu ini, dilakukan untuk bersiap menghadapi perselisihan yang berlarut-larut dengan Rusia.
Rusia di bawah kepemimpinan Presiden Vladimir Putin dinilai sebagai ancaman yang berbahaya bagi Barat.
Kapal induk Rusia telah berlayar menuju Suriah sebagai upaya memamerkan kekuatan di sepanjang pantai Eropa.
Di saat itu pula para menteri pertahanan NATO bermaksud menunjukkan
kesan baik dalam perjanjian pada Juli lalu, yang dibuat oleh pimpinan
aliansi untuk mengirim pasukan ke kawasan Baltik dan Polandia Timur pada
awal 2017.
AS mengharapkan perjanjian yang mengikat dari Eropa untuk menyediakan empat gugus tempur berkekuatan sekitar 4.000 tentara.
Hal itu sebagai bagian dari respon NATO terhadap aneksasi Rusia
terhadap wilayah Crimea pada tahun 2014 dan menganggap taktik serupa
akan dilancarkan Rusia pada negara-negara Eropa bekas Uni Soviet.
Empat gugus
Perancis, Denmark, Italia, dan sekutu lainnya diharapkan bergabung ke dalam empat gugus tersebut.
Nantinya mereka akan dipimpin AS, Jerman, Inggris dan Kanada menuju
Polandia, Lithuania, Estonia dan Latvia, bersama pasukan yang terdiri
dari pasukan infantri mekanis hingga pesawat tanpa awak.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan, perjanjian
tersebut akan menjadi sebuah kejelasan bagi demonstrasi ikatan
trans-Atlantik.
Para diplomat juga menilai hal tersebut akan memberikan pesan kepada kandidat presiden dari Partai Republik, Donald Trump, yang telah mengeluhkan sekutu Eropa yang tidak menjalankan perannya dalam persekutan tersebut.
Gugus tempur tersebut akan didukung 40.000 anggota pasukan reaksi cepat NATO.
Jika dibutuhkan, mereka akan ditambah pasukan untuk menghadapi
potensi konflik lainnya, yang bisa dimobilisasi ke kawasan Baltik dan
Polandia secara bergiliran.
Strategi ini merupakan bagian dari pengembangan daya gentar baru yang
dapat dikombinasikan dengan pertahanan peluru kendali, patroli udara,
dan pertahanan lainnya melawan serangan siber.
Meskipun demikian, NATO masih berjuang untuk menyusun strategi serupa
di wilayah Laut Hitam, dimana Presiden Turki Tayyip Erdogan telah
menyatakan wilayah itu sebagai "Danau Rusia" karena militer Moskwa telah
menduduki wilayah tersebut.
Romania, Bulgaria, dan Turki diharapkan segera bergabung untuk
meningkatkan patroli laut dan udara di wilayah tersebut, sebagai brigade
NATO antarnegara di Rumania.
Untuk cegah konflik
Bagi Moskwa, rencana aliansi yang dipimpin AS, sering dikeluhkan oleh Rusia dalam langkah ekspansi NATO ke wilayah timur.
Stoltenber membantah jika mereka melewati batas.
"Apa yang kita lakukan merupakan tindakan pencegahan yang kredible,
bukan untuk menyulut konflik tapi mencegah konflik," katanyanya kepada
wartawan, Selasa (25/10/2016).
Penempatan pasukan di tahun depan merupakan
simbolisme besar sejak Rusia menarik diri dari berbagai kesepakatan
pelucutan senjata nuklir dalam dua bulan terakhir ini saat memasang
rudal balistik di Kaliningrad.
Rudal jelajah bernama Iskander-M itu dapat mencapai target
menyeberangi Polandia dan wilayah Baltic, walaupun NATO secara resmi
menolak mengatakan jika Rusia sudah memindahkan rudalnya ke Kaliningrad.
"Penempatan pasukan ini, jika dilakukan secara permanen, jika
keberadaan senjata nuklir terbukti, akan mengubah sikap pertahanan di
Rusia," ujar utusan AS untuk NATO, Douglas Lute.
Ketegangan telah muncul sejak Crimea dan negara-negara Barat memutuskan untuk menjatuhkan sanksi balasan.
Namun, rincian dari genjatan senjata AS -Rusia di Suriah pada 3
Oktober, yang diikuti dengan tuduhan AS bahwa Rusia menggunakan serangan
siber untuk mengganggu proses Pilpres AS, menjadi isyarat pertikaian
tajam yang makin memburuk antara negara Barat dan Timur.
Pimpinan Uni Eropa bertemu pekan lalu untuk mempertimbangkan sanksi baru atas pengeboman Rusia di wilayah sipil Aleppo.
Stoltenberg berkata bahwa dirinya khawatir jika kapal perang Rusia
yang menuju Laut Mediterania berpotensi meluncurkan serangan baru
terhadap kota-kota di Suriah.
Bahkan sebelum gagalnya genjatan senjata di Suriah, Presiden Rusia
Vladimir Putin menangguhkan perjanjiannya dengan Washington tentang
pembersihan senjata berbahan Plutonium.
Hal itu menunjukkan keinginan Putin untuk menggunakan kesepakatan
pelucutan senjata nuklir sebagai alat tawar menawar baru dengan AS
mengenai Ukraina dan Suriah.
|
0 komentar:
Posting Komentar