![]() |
Ilustrasi (foto: ist.) |
Manado, Majalah Beko - - Seorang Mahasiswa asal Kabupaten Dogiyai Papua, Yulianus
Iyai (20) dipukul, diintimidasi, dan diteror Polresta Manado
melalui Tim Paniki yang dibentuk Polresta Manado, Selasa (5/7) malam di Kontrakan Mahasiswa Dogiyai Manado.
Sekitar pukul 23.30 WITA, setelah minum
kopi dari rumah duka di Kontrakan
Mahasiswa Dogiyai Manado, korban bersama pacarnya bergegas menuju Kontrakan Mahasiswa Deiyai Manado karena mengantuk.
Saat tiba di Kontrakan Mahasiswa Deiyai Manado, pacarnya ingin membeli
sabun cuci dan berbelanja di kios terdekat. Karena larut malam, korban menghampiri dan memanggil nama pacarnya. Saat itu juga, datang
seorang petugas dari Pos Kampling
yang letaknya tidak jauh dari
kontrakan. Petugas kamptimas itu
datang menghampiri korban dan tidak
bertanya terkait keberadaan korban,
tetapi petugas itu menanyakan
atribut Papua Merdeka, seperti perhiasan, kalung, gelang, dan Noken milik korban yang bermotif Bendera Papua. Tidak lama kemudian, dua mobil
patroli tim gabungan Paniki yang
beranggotakan 12 orang itu muncul di tempat tersebut. Serta merta, aparat keamanan tersebut
langsung memukul, merobek baju, dan menghancurkan
jam tangan korban. Seorang dari tim paniki mengambil samurai (parang panjang)
yang dibawanya dan
meneror korban sambil menggoreskan di
tangan. Mereka juga bertanya mengenai anggota Kontrakan Mahasiswa Deiyai yang lainnya (saat itu, semua anggota Kontrakan
Mahasiswa Deiyai sedang berada di rumah
duka di Kontrakan Mahasiswa Dogiyai
Manado). Setelah bertanya, dua
orang dari mereka menodong-nodong
pistol di kepala belakang dan depan korban
sambil
mengintimidasinya dengan kata, “Buktikan kalau anak-anak Papua itu jago!”. Tim paniki itu juga mengatakan, perhiasan dengan motif Bendera Papua adalah sesuatu yang
tidak enak dipandang dan itu adalah simbol-simbol
anti Pancasila.
Setelah itu, Tim paniki tersebut memasuki Kontrakan Mahasiswa Deiyai dan memeriksa
barang-barang bermotif Bendera Papua. Namun, mereka tidak menemukan apa-apa. Mereka juga menanyakan kepemilikan KTP Elektronik. Ketika korban menunjukan KTP Nasional yang diurus di
Nabire, mereka membuangnya. Seketika itu, korban mengatakan, dirinya belum mengurus KTP Elektronik yang dimaksud.
****
Hal
serupa pernah terjadi di beberapa asrama mahasiswa
Papua di Sulawesi Utara. Di Tomohon, mahasiswa
Papua penah didatangi polisi dan ditanya-tanya mengenai pergerakan
Papua Merdeka. Bahkan, mahasiswa
di
Asrama Papua pun sering diteror dan
diintimadasi.
Aksi
lain juga pernah dialami Emil Wakei dan Otis Butu (mahasiswa asal Kabupaten Dogiyai di Manado)
setahun sebelumnya saat mencari tugas di layanan WIFI Universitas Sam Ratulangi
Manado sekitar pukul 20.00 WITA. Saat itu, hanya
mereka berdua yang asyik mengerjakan tugas. Tiba-tiba, Otis Butu melihat ada
beberapa polisi dengan perlengkapan pistol dan samurai beserta sebuah karung
besar panjang menghampiri mereka.
Tetapi, keduanya berhasil melarikan diri.
Sumber: http://majalahbeko.blogspot.co.id/2016/07/ini-kronologis-pemukulan-dan-peneroran.html
0 komentar:
Posting Komentar