Dari kiri ke kanan, Marthen Iyai (28), Martinus Pigai (17), dan Anton Pigome (24) saat berada di Tahanan Polres Nabire, Selasa (28/4/15). Foto: MS |
Nabire,
MAJALAH SELANGKAH -- Brigade
Mobil (Brimob), Kepolisian Daerah (Polda) Papua di Nabire menangkap tiga pemuda
Papua, Martinus Pigai (17), Anton Pigome (24), dan Marthen Iyai (28) saat
membersihkan "Taman Bunga Bangsa Papua" Oyehe,
pusat kota Nabire, Provinsi Papua, Selasa (28/4/15).
"Pagi,
kami bersama orang-orang tua bersihkan "Taman Bunga Bangsa Papua" di
Oyehe. Kami bersihkan untuk ibadah 100 hari meninggalnya Pater Nato Gobay
(baca: Wakil Uskup Timika, Pastor Nato Gobay, Pr Wafat)
sekalian sosialisasi hasil Mubes Meepago (baca: Mubes Miras dan HIV Wilayah Meepago) pada
tanggal 9 atau 10 Mei 2015. Sekitar jam 08:00 pagi, Brimob datang pakai mobil
dan suruh kami naik dan dibawa ke Polres Nabire," kata Anton Pigome saat
ditemui majalahselangkah.com di tahanan Polres Nabire, siang ini.
Anton
Pigome mengatakan, "Saat kami ditangkap, kami tidak dipukul. Tetapi, kami
kaget, kenapa kami ditangkap. Kami bersihkan taman kok ditangkap?"
Aktivis
Hak Asasi Manusia Papua, Yones Douw mengatakan, pihaknya telah menghadap pihak
kepolisian untuk segera membebaskan tiga pemuda tersebut.
"Setelah
dapat informasi, kami langsung ke Polres dan sudah sampaikan untuk membebaskan
tiga pemuda ini karena meraka tidak salah. Mereka hanya bersihkan tempat untuk
ibadah 100 hari Pater Nato Gobay," kata Yones.
Yones
menjelaskan, pihak telah bertemu Wakapolres Nabire, Kompol Albertus Andreana
dan sudah dijanjikan untuk pembebasan tiga pemuda ini.
"Tadi,
saat ketemu sepintas dengan Kapolres saya sudah sampaikan untuk tiga pemuda
dibebaskan. Kapolres ada keluar saat itu dan disarankan bicarakan dengan
Wakapolres dan kami sudah sampaikan. Mereka sudah janjikan untuk dibebaskan
sore ini," kata Yones.
Yones
menjelaskan, Kepolisian menduga "Taman Bunga Bangsa Papua"
dibersihkan terkait 1 Mei, hari penggabungan Papua ke dalam Indonesia. Karena,
belum lama ini Komite Nasional Papua Barat (KNPB) telah mengeluarkan seruan
untuk melakukan demonstrasi serentak di seluruh tanah Papua untuk penolakan
pendudukkan Indonesia di tanah Papua (baca: Seruan KNPB
Menuju 1 Mei 2015).
Diketahui,
"Taman Bunga Bangsa Papua" adalah eks kantor Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD). Setelah kantor DPRD terbakar dan dipindahkan ke Kelurahan Bumi
Wonorejo, rakyat Papua menggunakan tempat itu sebagai pusat ekspresi politik.
Majalahselanghkah.com mencatat,
di lapangan "Taman Bunga Bangsa Papua" ini pada 1 Desember tahun 1999
pernah dilakukan Upacara Kenegaraan Papua Barat.Ppada saat itu, rakyat Papua
menaikkan dua buah bendera di atas sebuah tiang besi besar dan tinggi, bagian
kanan berkibar Bendera Papua "Bintang Kejora" dan bagian kiri Bendera
Indonesia "Merah Putih".
Dua
bendera ini dipertahankan selama 8 bulan. Namun, aparat gabungan Polri dan TNI
menurunkan dua bendera itu dalam sebuah peristiwa yang dikenal dengan
"Nabire Berdarah" yang terjadi selama 28 Februari sampai 4 Maret 2000
(baca: IRIAN JAYA (WEST PAPUA, NEW GUINEA): THE QUEST FOR
INDEPENDENCE--THE RECORD: REPORT ON THE NABIRE SHOOTING SITUATION- 28 February
2000 to 4 March 2000).
Ketika
itu, tiga orang ditembak mati dan belasan lainnya luka-luka. Mereka yang
ditembak mati adalah Menase Erari, Maximus Bunai, dan Wellem Maniwarba. Tiga
orang tersebut dikuburkan di "Taman Bunga Bangsa Papua" dan tiang
besi hingga saat ini ada di taman ini.
Selasa,
13 Agustus 2013 lalu, "Taman Bunga Bangsa Papua" sempat dipalang
aparat gabungan TNI/Polri (baca: Taman Bunga
Nabire Dipalang, Sejumlah Tokoh Mengadu ke DPRD). Namun, aktivis HAM, tokoh gereja, tokoh
masyarakat, kepala suku, dan tokoh adat memdesak DPRD menggelar rapat bersama
Pemerintah Daerah (Pemda), Dandim, dan Kapolres untuk mengembalikan taman
tersebut kepada masyarakat.
Akhirnya,
pemalangan taman dibuka dan hingga saat ini, rakyat Papua masih menggunakan
tempat tersebut sebagai arena ekspresi politik. (Yohanes
Kuayo/Yermias Degei/Putri Papua/MS)
Sumber: majalahselangkah.com
0 komentar:
Posting Komentar