Foto : Ilus |
TP Mengungkap, Pada bulan
Agustus 2014 lalu, pemerintah Paniai memerintahkan dan melakukan pemeriksaan
darah masal, guna pementasan angka kematian, dan memberantas berbagai penyakit
bagi warga Paniai melalui kesejateraan di bidang kesehatan jauh terusik dari
harapan dan sebuah slogan belaka.
Ini 100 hari kerja pemerintahan
baru periode 2013 - 2018. Sejak 1 Agustus lalu, pemerintah melakukan launching
pemeriksaan masal guna memberantas virus HIV/AIDS di wajibakn kepada lapisan
rakyat, para PNS dan pejabat setempat.
Pertanyaan : Apakah lebih banyak
pasien meninggal dunia dari RSUD Madi – Paniai akibat terjangkitnya penyakit
HIV/AIDS ?.
Sebuah kasus dibalik pasien
meninggal akibat konsumsi obat kadaluarsa di RSUD Madi -Paniai.
Selama empat bulan para pasien di
rumah sakit umum daerah (RSUD) Madi- Paniai mengonsumsi obat – obatan
kadaluarsa. Obat kadaluarsa kadar dan potensi zat aktif yang di kandung tidak
aktif ini dibenarkan oleh banyak pasien dan mahasiswa keperawatan yang hendak
berkunjung di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Madi.
Crew TP dihubungi sala-satu
intelektual lulusan kesehatan Berta Gobai yang juga sebagai saksi mengatakan
saya jadi kaget, para pasien mengonsumsi obat – obat kadaluarsa.
Lanjut ia, obat – obatan produksi
tahun 2012, 2013 dan 2014 diberikan kepada pasien. Saya sendiri melihat sejak
keluarga pasien membuang bingkisan tablet dalam kotak sampah di RSUD Madi.
Bayangkan di rumah sakit besar RSUD Abepura Jayapura (misalnya), biasanya obat – obatan produksi tahun 2014 di habiskan dalam tahun itu.
Bayangkan di rumah sakit besar RSUD Abepura Jayapura (misalnya), biasanya obat – obatan produksi tahun 2014 di habiskan dalam tahun itu.
Tahun telah lewat maka obat –
obatan akan di gantikan yang baru. Aneh saya melihat di Paniai (ungkapnya).
Kata dia “ setelah melihat kasus ini, menyimpulkan bahwa pantaslah lebih banyak
pasien telah meninggal dunia dari RSUD Paniai dan lebih banyak warga selalu
memilih berobat di Timika, dan Jayapura. ( tuturnya).
Selain ini, YMD kepala pelayan
kesehatan pustu di sala - satu kampung di Paniai mengatakan “Pustu kami tidak
ada obat–obatan selama 4 bulan, November 2014, Desember 2014, Januari dan
Februari 2015. Hingga saat ini saya tidak pergi melayani pasien” di kampung,
ungkapnya (Enarotali, 3/3/2015).
Dia juga membenarkan adanya
pemberian obat – obat kadaluarsa. Kata dia, kepala bidang Farmasi di Kab.
Paniai tidak sediakan obat maka, apa boleh buat, obat-obatan kadaluarsa menjadi
sala – satu pilihan untuk melayaninya.
Ia berkarya di bidang kesehatan
lebih dari 10 tahun dan diangkat menjadi kepala Pustu juga keprihatinan dengan
keadaan ini. Kami melanggar janji sebagai pelayan kemanusiaan. Setiap tahun
selalu saja mengalami hal yang sama. Stok obat habis diduga karena
keterlambatan pengurusan obat ?. Pasien menerima obatan – obatan yang tidak
layak dikonsumsi, (tutunya).
Crew TP menghubungi pihak RSUD
Paniai namun tidak memberikan komentar apapun terkait kasus besar ini.
Warga Paniai yang rata – rata
penduduknya lebih banyak petani tidak sekolah “selalu menipu dengan obat-
obatan kadaluarsa ini, karena belum bisa memastikan, keadaan obat. Seharusnya
obat – obatan yang sudah kadaluarsa harus segera di buang untuk mencegah
penggunaan yang tidak di sengaja.
Oleh : TP
0 komentar:
Posting Komentar