"SERIGALA BERBURU DOMBA DI TANAH PAPUA
SWP-NEWS: Saat
ini, rakyat sipil papua dipandang sebagai separatis atau kelompok kriminal oleh
Pemerintah Indonesia bersama para pejabat atau penghianat orang asli papua.
Serigala adalah salah satu binatang yang sering memakan daging sesama binatang.
Dan serigala berburu untuk mencari daging sesama binatang setiap saat karena
kerakusan yang berlebihan untuk menghabiskan binatang lainnya, yang ada
disekitar wilayah itu.
Serigala
sering mencari makanan daging sesema jenis binatang setiap hari karena merasa
diri harus terpenuhi kebutuhan hidupannya. Dan untuk mendapatkan makanan, pada
awalnya dilakukan dengan berbagai strategi. Strategi-strategi tersebut dapat
dimanfaatkan selama serigala itu berada di wilayah itu.
Manusia
mempunyai naluri kolektif, bukan seperti binatang serigala yang sering mencari
daging sejenisnya. Jika manusia juga dilakukan seperti binatang serigala, maka
dapat dikatakan manusia sekelompok kanibalisme karena manusia bukan binatang buruan. Dan
manusia mempunyai akal budi untuk berfikir dan bertidak secara bermartabat
karena mereka juga membutuhkan kebebasan dari pembantaian dan penjajahan
selama ini.
Rakyat
papua diintimidasi, diteror, disiksa, dibunuh dan diburu seperti binatang
buruan karena kerakusan untuk memusnahkan bangsa Melanesia, Papua barat selama
perjuangan ini. Tindakan dan kekerasan TNI/POLRI itu, dianggap sebagai pagar
makan tanaman. Dia bertindak tanpa melandasi ideologinya yang berbunyi
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Seharusnya
domba-doma juga hendak mendapatkan kehidupan yang aman dan damai dalam
kehidupan didunia ini. Namun rakyat papua dibunuh tanpa ada proses penegahkan
hukum yang berlaku dinegara yang disebut negara demokrasi ini. Pengakuan
kejahatan negara terhadap bangsa papua barat adalah kewajiban negara diatas
negeri negara mereka. Karena mereka telah menghabiskan energi dan waktu yang
cukup lama atas persoalan ideologi kemerdekaan Papua Barat.
Senjata
rampasan dari TPN-PB/OPM itu dituduhkan dengan penyebutan kelompok kriminal
bersenjata. Pada hal dia sendiri yang sering memperalatkan rakyatnya demi
memanfaatkan kepentingan kekuasaan. Kemungkinan orangtua atau rakyat sipil kami
yang dipergunakan senjata selama ini, dapat difasilitasi oleh kaum elit politik
dari penguasa negara kolonial Indonesia dengan memanfaatkan kepentingan politk,
ekonomi dan kapitalisme secara sistematis. Jika kita diperbuat dengan cara-cara
seperti itu, tentu rakyat sipil akan habis diatas tanah kami sendiri.
Oleh
karenanya, manusia diciptakan untuk saling mengayomi dan menjaga dari
kekejaman militer. Tetapi setiap saat, mendengarkan kabar duka atas
tertembaknya rakyat sipil papua masih terus terjadi. Rakyat sipil sebelumnya
berpegang anak panah, tetapi sekarang sudah berubah dengan alat modern seperti
senjata bermodel pada masa kekinian. Itulah yang membuatnya kepunahan etnis,
bangsa papua barat secara trastis. Maka dapat dikatakan tindakan dan kekejaman
brutal itu menandakan bahwa, proses pemusnahan etnis sudah mulai nampak dari
kehidupan sosial, rakyat sipil. Suatu saat, kita akan habis melalui alat-alat
yang difasilitasi itu. Seharusnya kita bisa melihat dan membedakan alat itu
datang darimana dan siapa yang membantunya?
Otangtua
kami TPN-PB/OPM masih berjuang eksis demi mempertahankan jati dirinya sebagai
satu bangsa pilihan yakni, bangsa Melanesia (Papua Barat) sepanjang perjungan
mulai dari papua berintegrasi kedalam negara kolonial Indonesia sampai saat
ini. Kemungkinan TPN-PB/OPM tak akan pernah menyerah dengan perjuangan
ideologi. Maka kaum penjajah wajib mengakui kedaulatan Negara West Papua.
Semoga
kita sebagai manusia yang paling mulia dan berharga, perlunya dipertimbangkan
atas kepunahan etnis papua barat selama ini. Karena manusia adalah makluk yang
mulia dan berharga terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Maka diharapkan tidak
sepantasnya diperlakukan seperti tindakan binatang serigala yang selalu memburu
terus binatang lainnya yang ada wilayah tersebut. Kondisi dan situasinya tak
pernah kondusif atas persoalan ideologi kemerdekaan papua barat, tetapi apapun
resikonya diterima dengan senyuman yang tulus hingga menentukan nasib sendiri
adalah harapan kita bersama. (Awimee G / Aktivis)
Redaksi :SWP-NEWS
0 komentar:
Posting Komentar