AMP |
Aliansi Mahasiswa Papua
Komite Kota [AMP KK] Yogyakarta
“Hak
Menentukan Nasib Sendiri Sebagai Solusi Demokratis Bagi Rakyat Papua.”
“Mengutuk
Tindakan Klaim Wilayah West Papua oleh Ir. Soekarno (Indonesia) Pada 19
Desember 1961 secara illegal.”
Kronologis
Terkait dengan sejarah Papua Barat, 19 Desember 1961, Massa yang tergabung dalam AMP “Mengutuk Tindakan Klaim Wilayah West Papua oleh Ir. Soekarno (Indonesia) Pada 19 Desember 1961 secara illegal.”
Terkait dengan sejarah Papua Barat, 19 Desember 1961, Massa yang tergabung dalam AMP “Mengutuk Tindakan Klaim Wilayah West Papua oleh Ir. Soekarno (Indonesia) Pada 19 Desember 1961 secara illegal.”
Ratusan
massa yang tergabung, berasal dari Wilayah Jawa Tengah memulai kegiatan pada
Pukul 10:00 Waktu Yogyakata.
Massa
Long March dari titik Kumpul, Asrama Papua ke titik nol km, depan kantor Pos,
Malioboro, Yogyakarta.
Sepanjang
jalan Kesumanegara-Wates, Kordinator Lapangan (Korlap) menuturkan sejarah Papua
Barat dan Mengutuk Tindakan Klaim Wilayah West Papua oleh Ir. Soekarno
(Indonesia) Pada 19 Desember 1961 secara illegal.
Kekuatan
Polisi Indonesia di Yogyakarta; dua truk Polisi, satu mobil polisi Pariwisata,
mobil sabara depan titik kumpul, belasan motor sabara, dan beberapa Polisi di
tiap titik jalan.
Pada
pukul 11:30 Waktu Yogyakarta Massa aksi di titik nol kilometer, depan kantor
pos malioboro, Yogyakarta. Dalam tekanan Polisi, massa melangsungkan
Orasi-orasi politik terkait Sejarah bangsa Papua Barat, 19 Desember 1961 –
2014, 53 Tahun.
Pukul
11:35 – 12:00 Waktu Yogyakarta, massa aksi mengikuti tiap tuturan suara
kebenaran oleh beberapa perwakilan.
Orasi-orasi
Politik didengar juga oleh masyarakat luas Yogyakarta melalui lisan maupun
selebaran yang dibagi.
Selebaran
yang dibagi kepada masyarakat luas disambut baik oleh warga sekitar.
Pada
Pukul 12:10 Waktu Yogyakarta, Kordinator Umum, Andy Pigai mempertegas melalui
pembacaan pernyataan sikap Politik AMP.
Pembacaan
pernyataan sikap didampingi massa aksi berpakaian adat (Mee-Pago) sebagai
perwakilan dan massa aksi perempuan papua dengan memegang Bendera Bintang
Kejora.
Pukul
12:40 Waktu Yogyakarta, Massa aksi melakukan pesta adat sebagai wujud berteriak
pada leluhur alam yang dibawa oleh Indonesia dan ditanam di Yogyakarta.
Setelah
melakukan kegiatan mengetuk pintu leluhur, massa aksi tiba di titik awal dengan
selamat.
Pernyataan
Sikap:
Aliansi
Mahasiswa Papua
“TRIKORA 19 Desember 1961 Ilegal, Berikan Kebebasan dan Hak Menentukan Nasib Sendiri Bagi Rakyat Papua Sebagai Solusi Demokratis”
“TRIKORA 19 Desember 1961 Ilegal, Berikan Kebebasan dan Hak Menentukan Nasib Sendiri Bagi Rakyat Papua Sebagai Solusi Demokratis”
Pernyataan
Sikap
Salam Pembebasan...
Salam Pembebasan...
Tanggal
19 Desember 1961, Soekarno mengumandangkan TRIKORA di Alun-Alun Utara
Yogyakarta dengan tujuan untuk mengagalkan pembentukan Negara Papua Barat yang
telah dideklarasikan pada 1 Desember 1961. TRIKORA merupakan ekspresi awal
dilakukannya penjajahan Indonesia atas Negara Papua Barat yang faktanya bukan
bentukan Belanda.
Realisasi
dari isi Trikora, Soekarno sebagai Panglima Besar Komando Tertinggi Pembebasan
Irian Barat (Sekarang Papua) mengeluarkan Keputusan Presiden No. 1 Tahun 1962
yang memerintahkan kepada Panglima Komando Mandala, Mayor Jendral Soeharto
untuk melakukan operasi militer dengan nama Operasi Mandala ke wilayah Papua
Barat untuk merebut wilayah itu dari tangan Belanda.
Akhirnya
dilakukan beberapa gelombang Operasi Militer di Papua Barat dengan satuan
militer yang diturunkan untuk operasi lewat udara dalam fase infiltrasi seperti
Operasi Banten Kedaton, Operasi Garuda, Operasi Serigala, Operasi Kancil,
Operasi Naga, Operasi Rajawali, Operasi Lumbung, Operasi Jatayu. Operasi lewat
laut adalah Operasi Show of Rorce, Operasi Cakra, dan Operasi Lumba-lumba.
Sedangkan pada fase eksploitasi dilakukan Operasi Jayawijaya dan Operasi Khusus
(Opsus). Melalui operasi ini wilayah Papua Barat diduduki, dan dicurigai banyak
orang Papua yang telah dibantai pada waktu itu.
Hingga
kini, Militer (TNI-Polri) merupakan alat negara Indonesia yang paling ampuh
untuk menghalau gejolak perlawanan Rakyat Papua yang menghendaki kemerdekaan sepenuhnya
dari Indonesia. Berbagai kasus pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia (HAM)
Rakyat Papua terjadi akibat kebrutalan Militer Indonesia.
Berbagai
aksi kebrutalan Militer Indonesia terus berlanjut, pada dekade 1980an-1990an
terjadi pembunuhan terhadap tokoh Nasionalis Papua Arnold Clemens Ap pada 26
April 1984 disertai pengungsian besar-besaran ke Papua New Guinea (PNG),
kemudian pembunuhan terhadap DR. Thomas Wanggai pada 13 Maret 1996. Pada dekade
2000an terjadi pembunuhan oleh pasukan khusus Tentara Nasional Indonesia
(Kopassus) terhadap Ketua Dewan Presidium Papua (PDP) Theys Hiyo Eluay pada 10
November 2001. Dekade 2010 terjadi penembakan kilat terhadap Ketua I Komite
Nasional Papua Barat (KNPB), Mako Tabuni pada 14 Juni 2012.
Hingga
penangkapan terhadap aktivis KNPB Wamena dan penembakan kilat terhadap
Kordinator Komisariat Militan KNPB Pusat Hubertus Mabel pada tanggal 16
Desember 2012 di Wamena. Pada Tanggal 8 Desember 2014 terjadi pembunuhan Luar
biasa di paniai oleh TNI-Polri yang mengakibatkan 22 orang masyarakat sipil
diantanya 5 Orang siswa SMA meninggal dunia dan 17 lainya luka-luka kritis.
Dan
masih banyak lagi berbagai kasus kejahatan terhadap kemanusian yang dilakukan
Militer Indonesai terhadap Rakyat Papua lainnya yang tidak terhitung jumlahnya.
Kenyataan
ini membenarkan kehadiran Indonesia di Papua bertujuan untuk menguasai dan
menjajah, tidak untuk membangun Rakyat Papua.
Maka,
Aliansi Mahasiswa Papua menuntut dan mendesak rezim SBY-Boediono untuk segera;
1.
Berikan Kebebasan dan Hak Menentukan Nasib Sendiri Sebagai Solusi Demokratis
Bagi Rakyat Papua.
2.
Tarik Militer (TNI-Polri) Organik dan Non-Organik dari Seluruh Tanah Papua
Sebagai Syarat Damai.
3.
Tutup Freeport, BP, LNG Tangguh dan MNC lainnya Yang Merupakan Dalang Kejahatan
Kemanusiaan di Atas Tanah Papua.
Demikian
pernyataan sikap ini, kami menyerukan kepada seluruh Rakyat Papua untuk Bersatu
dan Berjuang merebut cita-cita Pembebasan Sejati Rakyat dan Bangsa Papua Barat.
Dan atas perhatian dan dukungan seluruh Rakyat Papua, kami ucap terima kasih.
Tuhan beserta kita.
Salam!
Yogyakarta, 19 Desember 2014
Yogyakarta, 19 Desember 2014
Kordinator
Umum
Andy Pigai
0 komentar:
Posting Komentar