Pdt. Socratez Sofyan Yoman – Jubi/Aprila |
Jayapura,
Jubi – Jelang 1 Desember, Socrates Sofyan Yoman, Ketua Badan Pelayan Pusat
Persekutuan Gereja-gereja Babtis Papua (PGBP) mengatakan, bersikap kasar dan
anarkis bukanlah karakter Orang Asli Papua (OAP).
“Jadi, saya imbau supaya masyarakat tenang tidak usah dengan demo
segala macam. Bukan saatnya lagi kita demo, sekarang kita harus berdiplomasi
berdialog dengan cara yang bermartabat dang terhormat dan cara yang diterima
oleh banyak orang,” kata Yoman kepada wartawan melalui seluler, Rabu (26/11).
Lanjut Yoman, OAP itu cinta damai, ramah, bersahabat terhadap sesama
dan lingkungan. Masa ada orang yang mau merusak rumahnya sendiri, tidak mungkin
kan?” katanya menanggapi 1 Desember yang kerap diisukan akan terjadi aksi
kekerasan oleh kelompok tertentu di Papua.
Masalah Papua, lanjut Yoman sudah mengglobal bahkan sudah menjadi
pembicaraan di tingkat nasional dan internasional sehingga 1 Desember tidak
perlu disikapi berlebihan oleh aparat keamanan TNI/Polri saat OAP merayakannya.
“Papua ini kan sudah dibicara di PBB sana, di beberapa negara.
Bahkan sudah menjadi buah bibir dunia. Di Papua, isu 1 Desember oleh aparat
keamanan dijadikan sebagai ajang mencari keuntungan dengan cara
membesar-besarkan hal tersebut di media. Mereka membuat situasi jadi tegang
seakan-akan di Papua tidak aman,” kata Yoman lagi.
Menurutnya, kalau suasana sudah tegang dan tidak nyaman akhirnya hal
itu dijadikan alasan untuk menambah dana keamanan dengan menambah pasukan ke
tengah masyarakat. Selanjutnya, mereka minta tambahan kepada gubernur, wali
kota ataupun para bupati. Mereka mempromosikan, mengkristalkan ideologi dan
nasionalisme Bangsa Papua.
“Satu Desember yang tadinya rakyat tidak tahu menjadi tahu justru
menjadi tahu. Oh betul, satu Desember itu hari ulang tahun kami, berarti secara
tidak langsung Pemerintahan Indonesia telah mencaplok ini, menganeksasi
kemerdekaan kami. Indonesia istilahnya membuat makar di negeri kami, macam
begini kan, ini kesadaran semakin dibangun,” tuturnya lagi.
Hal ini menurut Yoman, tidak perlu dilakukan oleh aparat keamanan
TNI/Polri ketika menyikapi satu Desember karena dengan cara yang berlebihan
pada akhirnya membuat masyarakat atau OAP tersadar akan makna 1 Desember yang
selalu diberitakan menjelang akhir tahun.
Terkait 1 Desember ini, Edward, warga Abepura yang ditemui Jubi
mengatakan Jayapura sebenarnya aman saja tetapi pemberitaan media dan sikap
aparat yang membuat Jayapura menjadi tegang.
“Saya kira ini pola lama yang selalu digunakan untuk meresahkan
masyarakat,” kata Edward kepada Jubi di Abepura, Jayapura, Rabu (26/11). (Aprila
Wayar)
Sumber: tabloidjubi.com
0 komentar:
Posting Komentar