Ilustrasi dari Google |
Tahukah anda sebuah novel yang berjudul
"The Lost World" atau Dunia Yang Hilang, cerita ekspedisi karangan
penulis detektif Sir Arthur Conan Doyle Inggris. Novel itu menceritakan sebuah
regu penjelajah dengan tidak disangka memasuki suatu dunia yang tingkat
evolusinya masih berada pada masa ratusan juta tahun silam. Belum lama
berselang, suatu tim survei yang terdiri dari penjelajah Amerika, Indonesia dan
Australia mengadakan peninjauan di sebagian daerah pegunungan Foja Propinsi
Papua Indonesia. Di sana mereka menemukan suatu tempat ajaib yang mereka
namakan "dunia yang hilang",dan "Taman Firdaus di bumi",
dengan menyaksikan puluhan jenis burung, kupu-kupu, katak dan tumbuhan yang
belum pernah tercatat dalam sejarah.
Tanah Suci Terakhir
Propisni Papua terletak di bagian barat Pulau Nugini, adalah
propinsi paling jauh terpencil di Indonesia. Sedangkan "dunia yang
hilang" itu terletak di ujung timur Propinsi Papua, di sebuah lereng
Gunung Foja, merupakan daerah hutan hujan tropis yang jarang dijamah manusia. Luas
daerah itu sekitar 3.000 kilometer persegi. Gunung Foja tingginya 2.200 meter
di atas permukaan laut, sangat curam, bahkan warga setempat pun tak berani
masuk ke wilayah itu, ditambah ekosistem yang sangat kaya, maka daerah itu tak
diragukan merupakan tanah suci terakhir di dunia bagi survei ilmiah. Penemuan
kali ini membuktikan lebih lanjut bahwa Pulau Nugini merupakan salah satu
daerah yang paling kaya keanekaragaman hayatinya di dunia, dan tidak kalah
dibandingkan dengan Kepulauan Galapagos yang pernah disinggahi Darwin pada masa
lalu.
Organisator tim survei itu, anggota Konservasi Internasional, sebuah
organisasi internasional yang melindungi keanekaragaman hayati global, Doktor
Buchler Bruce, menceritakan hasil temuan mereka: "Seolah melalui pelengkungan
waktu, kami telah memasuki dunia yang belum pernah didatangi manusia. Kami
seperti anak kecil berada di toko kembang gula, di setiap tempat menyaksikan
barang-barang aneh yang belum pernah dilihat sebelumnya. Sebenarnya apa saja
yang telah disaksikan oleh para ilmuwan itu dalam survei selama satu bulan
tersebut?
Surga Burung
Kalau dihitung berdasarkan luas rata-rata, jenis burung di Pulau
Nugini adalah yang paling banyak di dunia. Di surga burung itu, tim survei
telah menyaksikan lebih 200 jenis burung. Begitu para ilmuwan tiba di daerah
survei, mereka disambut oleh seekor burung yang aneh. Bulunya hitam, tapi
mukanya berjengger warna kuning tua, seperti ayam. Buchler yang ornitolog
akhirnya memastikan bahwa burung itu adalah honeyeater, atau burung pengisap
madu jenis baru. Burung itu menjadi spesies jenis burung baru yang pertama
ditemukan ilmuwan di Pulau Nugini sejak tahun 1939. Buchler menceritakan
perasaannya waktu itu seolah jantungnya berhenti berdegup.
Namun saat yang lebih menggetarkan hati segera menyusul: sepasang
burung yang belum pernah dikenal sebelumnya mempertunjukkan upacara pencarian
jodoh di depan perkemahan mereka. Burung jantan berwarna hitam, di bagian
tenggorokan terdapat bulu warna emas, dan yang paling menarik perhatian ialah enam
batang bulu kepala sepanjang 10 sentimeter yang mirip kawat logam. Burung
jantan menegakkan bulu-bulu itu dan terus menggetarkannya, sambil mengeluarkan
bunyi yang merdu, nyata sekali ia sedang merayu burung betina. Sepasang burung
itu adalah jenis Parotia berlepschi von Berlepsch, semacam burung cenderawasih
enam bulu yang mengambil nama ilmuwan Jerman Von Berlepsch, dan dianggap sudah
punah bertahun-tahun lalu.
Taman Binatang Menyusui
Kali ini para ilmuwan telah mencatat lebih 40 jenis binatang menyusui,
di antaranya termasuk 6 jenis kanguru pohon yang sangat langka di daerah lain
Pulau Nugini, khususnya sejenis kanguru pohon warna emas yang pertama kali
ditemukan di Indonesia, dianggap sebagai kanguru yang paling cantik di dunia,
juga adalah binatang berkantung (marsupial) paling berharga yang hidup di
daerah hutan rimba.
Katak "Mini"
Ahli binatang melata tim survei telah menkonfirmasi 60 jenis katak,
termasuk 20 jenis baru yang belum pernah tercatat sebelumnya. Penemuan yang
paling menggembirakan ialah sejenis katak yang pajang tubuhnya tidak lebih dari
14 milimeter. Katak itu dapat ditemukan hanya dengan meneliti suara sangat
ringan di antara daun pohon. Begitu banyak jenis katak dan begitu besar
perbedaannya, belum pernah ditemukan oleh para ilmuwan sebelumnya, sekaligus
juga menunjukkan bahwa masunia masih sangat sedikit mengetahui kelompok jenis
katak di daerah pegunungan Foja bahkan Pulau Nugini.
Dalam survei selama satu bulan, para peneliti berbagai bidang telah
memperoleh hasil-hasil tertentu. Selain penemuan yang tersebut tadi, ahli
serangga telah menemukan lebih 150 jenis serangga termasuk 4 spesies baru,
khususnya jenis kupu-kupu langka yang jarang ditemukan di bagian lain dunia.
Misalnya kupu-kupu sayap burung, diangkap sebagai kupu-kupu yang terbesar di
muka bumi, rentangan sayapnya mencapai 18 sentimeter. Survei kali ini hanya
menjelajah sebagian kecil daerah hutan hujan tersebut, dan masih terdapat
daerah yang sangat luas untuk diselidiki lebih jauh oleh para ilmuwan. Kini
mereka sedang siap melakukan survei ilmiah lagi pada akhir tahun ini untuk
mendapatkan penemuan-penemuan yang lebih banyak. Selain itu, mereka juga
mengarahkan pandangan kepada benua Afrika dan Amerika Selatan, siapa tahu
barangkali di sana juga ada "dunia yang hilang" seperti itu.
Saudara pendengar, demikian tadi telah kami perkenalkan "dunia
hilang" yang baru ditemukan di Indonesia.Mencari Dunia Yang Hilang
Tahukah anda sebuah novel yang berjudul "The Lost World"
atau Dunia Yang Hilang, cerita ekspedisi karangan penulis detektif Sir Arthur
Conan Doyle Inggris. Novel itu menceritakan sebuah regu penjelajah dengan tidak
disangka memasuki suatu dunia yang tingkat evolusinya masih berada pada masa
ratusan juta tahun silam. Belum lama berselang, suatu tim survei yang terdiri
dari penjelajah Amerika, Indonesia dan Australia mengadakan peninjauan di
sebagian daerah pegunungan Foja Propinsi Papua Indonesia. Di sana mereka
menemukan suatu tempat ajaib yang mereka namakan "dunia yang
hilang",dan "Taman Firdaus di bumi", dengan menyaksikan puluhan
jenis burung, kupu-kupu, katak dan tumbuhan yang belum pernah tercatat dalam
sejarah.
Tanah Suci Terakhir
Propisni Papua terletak di bagian barat Pulau Nugini, adalah
propinsi paling jauh terpencil di Indonesia. Sedangkan "dunia yang
hilang" itu terletak di ujung timur Propinsi Papua, di sebuah lereng
Gunung Foja, merupakan daerah hutan hujan tropis yang jarang dijamah manusia.
Luas daerah itu sekitar 3.000 kilometer persegi. Gunung Foja tingginya 2.200
meter di atas permukaan laut, sangat curam, bahkan warga setempat pun tak
berani masuk ke wilayah itu, ditambah ekosistem yang sangat kaya, maka daerah
itu tak diragukan merupakan tanah suci terakhir di dunia bagi survei ilmiah.
Penemuan kali ini membuktikan lebih lanjut bahwa Pulau Nugini merupakan salah
satu daerah yang paling kaya keanekaragaman hayatinya di dunia, dan tidak kalah
dibandingkan dengan Kepulauan Galapagos yang pernah disinggahi Darwin pada masa
lalu.
Organisator tim survei itu, anggota Konservasi Internasional, sebuah
organisasi internasional yang melindungi keanekaragaman hayati global, Doktor
Buchler Bruce, menceritakan hasil temuan mereka: "Seolah melalui
pelengkungan waktu, kami telah memasuki dunia yang belum pernah didatangi
manusia. Kami seperti anak kecil berada di toko kembang gula, di setiap tempat
menyaksikan barang-barang aneh yang belum pernah dilihat sebelumnya. Sebenarnya
apa saja yang telah disaksikan oleh para ilmuwan itu dalam survei selama satu
bulan tersebut?
Surga Burung
Kalau dihitung berdasarkan luas rata-rata, jenis burung di Pulau
Nugini adalah yang paling banyak di dunia. Di surga burung itu, tim survei
telah menyaksikan lebih 200 jenis burung. Begitu para ilmuwan tiba di daerah
survei, mereka disambut oleh seekor burung yang aneh. Bulunya hitam, tapi mukanya
berjengger warna kuning tua, seperti ayam. Buchler yang ornitolog akhirnya
memastikan bahwa burung itu adalah honeyeater, atau burung pengisap madu jenis
baru. Burung itu menjadi spesies jenis burung baru yang pertama ditemukan
ilmuwan di Pulau Nugini sejak tahun 1939. Buchler menceritakan perasaannya
waktu itu seolah jantungnya berhenti berdegup.
Namun saat yang lebih menggetarkan hati segera menyusul: sepasang
burung yang belum pernah dikenal sebelumnya mempertunjukkan upacara pencarian
jodoh di depan perkemahan mereka. Burung jantan berwarna hitam, di bagian
tenggorokan terdapat bulu warna emas, dan yang paling menarik perhatian ialah
enam batang bulu kepala sepanjang 10 sentimeter yang mirip kawat logam. Burung
jantan menegakkan bulu-bulu itu dan terus menggetarkannya, sambil mengeluarkan
bunyi yang merdu, nyata sekali ia sedang merayu burung betina. Sepasang burung
itu adalah jenis Parotia berlepschi von Berlepsch, semacam burung cenderawasih
enam bulu yang mengambil nama ilmuwan Jerman Von Berlepsch, dan dianggap sudah
punah bertahun-tahun lalu.
Taman Binatang Menyusui
Kali ini para ilmuwan telah mencatat lebih 40 jenis binatang
menyusui, di antaranya termasuk 6 jenis kanguru pohon yang sangat langka di
daerah lain Pulau Nugini, khususnya sejenis kanguru pohon warna emas yang
pertama kali ditemukan di Indonesia, dianggap sebagai kanguru yang paling
cantik di dunia, juga adalah binatang berkantung (marsupial) paling berharga
yang hidup di daerah hutan rimba.
Katak "Mini"
Ahli binatang melata tim survei telah menkonfirmasi 60 jenis katak,
termasuk 20 jenis baru yang belum pernah tercatat sebelumnya. Penemuan yang
paling menggembirakan ialah sejenis katak yang pajang tubuhnya tidak lebih dari
14 milimeter. Katak itu dapat ditemukan hanya dengan meneliti suara sangat
ringan di antara daun pohon. Begitu banyak jenis katak dan begitu besar
perbedaannya, belum pernah ditemukan oleh para ilmuwan sebelumnya, sekaligus
juga menunjukkan bahwa masunia masih sangat sedikit mengetahui kelompok jenis
katak di daerah pegunungan Foja bahkan Pulau Nugini.
Dalam survei selama satu bulan, para peneliti berbagai bidang telah
memperoleh hasil-hasil tertentu. Selain penemuan yang tersebut tadi, ahli
serangga telah menemukan lebih 150 jenis serangga termasuk 4 spesies baru,
khususnya jenis kupu-kupu langka yang jarang ditemukan di bagian lain dunia.
Misalnya kupu-kupu sayap burung, diangkap sebagai kupu-kupu yang terbesar di
muka bumi, rentangan sayapnya mencapai 18 sentimeter. Survei kali ini hanya
menjelajah sebagian kecil daerah hutan hujan tersebut, dan masih terdapat
daerah yang sangat luas untuk diselidiki lebih jauh oleh para ilmuwan. Kini
mereka sedang siap melakukan survei ilmiah lagi pada akhir tahun ini untuk
mendapatkan penemuan-penemuan yang lebih banyak. Selain itu, mereka juga
mengarahkan pandangan kepada benua Afrika dan Amerika Selatan, siapa tahu
barangkali di sana juga ada "dunia yang hilang" seperti itu.
Saudara
pendengar, demikian tadi telah kami perkenalkan "dunia hilang" yang
baru ditemukan di Indonesia. Terima kasih atas perhatian anda, sampai jumpa
lagi minggu depan. Inilah penyiar anda Lily.
Sumber: Fb / Pince Pigay
0 komentar:
Posting Komentar