Sudah beberapa kali saya menulis artikel
mengenai rencana pertemuan beberapa organisasi dari faksi politik OPM, yaitu
Komite Nasional Papua Barat (KNPB), Negara Republik Federal Papua Barat (NRFPB)
dan WPNCL (West Papua National Coalition For Liberation) di Vanuatu bulan
Oktober mendatang. Beberapa teman saya banyak yang mengkritik tulisan-tulisan
tersebut, mereka menganggap tidak berimbang karena terlalu membesarkan peran
organisasi tertentu dan mengecilkan dua organisasi lainnya. Akhirnya saya
membaca kembali beberapa artikel yang pernah saya buat tersebut untuk self
evaluation, setelah membaca dengan seksama saya putuskan untuk mencoba menulis
kembali mengenai rencana rekonsiliasi ketiga organisasi tersebut di Vanuatu
dengan lebih berimbang.
Here we go….
Sekedar review permasalahan ini, pemerintahan Vanuatu melalui Pastur
Alain Nafuki, anggota Dewan Gereja Vanuatu, akan memfasilitasi 3 faksi OPM
yaitu WNPCL, NRFPB dan KNPB untuk melaksanakan rekonsiliasi di Vanuatu. Rekonsiliasi
ini adalah buah dari tidak diterimanya aplikasi WPNCL untuk masuk dalam forum
MSG (Melanesia Sphered Group) yang disebabkan salah satunya karena WPNCL, yang
saat itu menjadi organisasi yang memperjuangkan masuknya Papua dalam
keanggotaan MSG, dianggap tidak mewakili rakyat Papua secara keseluruhan.
Masuknya WPNCL dalam MSG sendiri penting dalam upaya internasionalisasi
permasalahan Papua.
Pada perkembangannya, undangan pemerintah Vanuatu ini malah
menimbulkan polemik tersendiri diantara tokoh-tokoh politik Papua.
Pertanyaan-pertanyaan seperti kenapa hanya 3 organisasi saja yang diundang,
bagaimana dengan kelompok-kelompok dari faksi militer OPM yang sama sekali
tidak dianggap, atau seperti apa organisasi baru yang akan dibuat sehingga
dapat “dianggap” sebagai organisasi representative dari suara rakyat Papua dan
berbagai pertanyaan lainnya pun muncul. Sehingga akibat polemik-polemik
tersebut, pertemuan yang awalnya diadakan pada akhir Agustus diundur hingga
Oktober.
Memang, OPM terbagi dari belasan kelompok yang berasal dari faksi
politik ataupun faksi militer. Masing-masing kelompok punya pemimpin, corak dan
cara perjuangan yang berbeda. Dalam tulisan ini saya mencoba mengulas, secara
berimbang tentunya, mengenai perbedaan dari ketiga organisasi yang diundang
oleh pemerintah Vanuatu yaitu KNPB, WPNCL dan NRFPB dalam memandang pertemuan
di Vanuatu, sebagai berikut :
Negara Republik Federal Papua Barat (NRFPB)
Pembentukan organisasi berawal dari Kongres Rakyat Papua III yang
diadakan 19 Oktober 2011 di Lapangan Sakeus, Jayapura. Forkorus Yaboisembut
diangkat menjadi Presiden NRFPB melalui system perwalian bukan dengan sistem
one man one vote. Terkait pertemuan di Vanuatu, NRFPB menginginkan Papua
memajukan aplikasi dalam MSG dalam bentuk negara bukan organisasi. Alasannya
adalah dengan menggunakan nama negara, dalam hal ini NRFPB sebagai negara bukan
organisasi, maka diplomasi untuk kemerdekaan Papua lebih efektif karena
diplomasi dilakukan antara negara dengan negara, bukan negara dengan organisasi.
Oleh sebab itu, NRFPB menganggap usaha beberapa petinggi OPM di luar negeri
yang giat mencari dukungan organisasi-organisasi masyarakat luar negeri tidak
akan menghasilkan apa-apa.
NRFPB sebagai negara sendiri banyak dipertanyakan oleh tokoh-tokoh
OPM lainnya, salah satunya karena tidak adanya pengakuan kedaulatan oleh negara
lain mengenai keberadaan NRFPB. Terkait hal ini NRFPB berpendirian bahwa
pengakuan negara lain bukanlah merupakan syarat mutlak berdirinaya negara,
karena bukan merupakan unsur pembentuk negara melainkan hanyalah bersifat
menerangkan saja adanya negara baru. Contohnya adalah AS mendeklarasikan
kemerdekaannya tahun 1776 dan baru mendapat pengakuan kemerdekaan 7 tahun
kemudian. Oleh sebab itu, NRFPB sebagai bentuk negara adalah sah.
NRFPB menawarkan jalan lain menuju kemerdekaan Papua selain jalan
Referendum yang saat ini banyak didengungkan. Referendum yang menggunakan
sistem one man one vote dianggap dapat menimbulkan bentrokan antar rakyat Papua
yang mendukung integrasi dengan yang mendukung melepaskan diri. Selain itu,
referendum dianggap terlalu mahal dan dapat menghabiskan dana yang begitu
besar. Oleh sebab itu, jalan pintasnya adalah opsi pengakuan dari negara lain
dan PBB serta mengusahakan campur tangan Dewan Keamanan PBB untuk melepaskan
diri dari Indonesia.
West Papua National Coalition For Liberation (WPNCL)
WPNCL, tidak bisa dipungkiri merupakan organisasi yang paling
berjasa terkait pertemuan rekonsiliasi di Vanuatu. Kedekatan Andy Ayemiseba
dengan para petinggi Vanuatu, berperan penting dalam posisi Vanuatu menjadi
sponsor utama OPM dalam hal ini WPNCL. Dalam pertemuan di Vanuatu, WPNCL
cenderung menolak untuk memajukan aplikasi ke MSG dalam bentuk negara seperti
yang diajukan NRFPB. Hal itu disebabkan karena MSG meminta yang diajukan adalah
organisasi “representative”, bukan negara. Selain itu, pengajuan aplikasi dalam
bentuk negara, secara implisit berpeluang menjadikan NRFPB sebagai pemimpin
dalam aplikasi yang akan diajukan.
Terkait bentuk NRFPB sebagai negara pun tidak diakui oleh WPNCL,
karena konsep pemilihan Forkurus Yaboisembut sebagai presiden NRFPB bukan
menggunakan konsep one man one vote. Selain itu, demokrasi mayoritas di dunia
menggunakan sistem one man one vote, bila Papua tidak menggunakan sistem ini,
maka WPNCL mengkhawatirkan posisi tawar OPM di dunia internasional melemah.
Memang ada pemimpin dunia yang diangkat dengan “self proclaimed” seperti halnya
Forkorus, sebut saja Banimarama dari Fiji, salah satu negara anggota MSG, yang
mengangkat dirinya sendiri tanpa melalui proses one man one vote. Tetapi hal
itu tidak bisa disamakan dengan kasus Forkorus dengan NRFPB-nya, Banimarama
sudah mempersiapkan aparatur pemerintah sebelum mengangkat dirinya, sedangkan
Forkorus sama sekali tidak melakukan hal itu. Oleh sebab itu, WPNCL tidak
mendukung NRFPB sebagai negara.
Pengangkatan Forkorus yang tidak one man one vote juga dianggap
kontra produktif terhadap perjuangan OPM di dunia internasional yang
menggunakan isu Perpera yang tidak menggunakan one man one vote. Mana mungkin
pemimpin OPM menggugat sistem Perpera yang tidak sah karena tidak one man one
vote tapi dia sendiri diangkat tidak dengan sistem one man one vote?
Komite Nasional Papua Barat (KNPB)
Berbeda dengan WPNCL dan NRFPB, yang banyak berkutat dalam politik
diplomasi, KNPB merupakan organisasi yang banyak berkutat pada aksi masa.
Posisi KNPB yang merupakan organisasi dengan kemampuan menghimpun massa yang
banyak ini menjadikan KNPB sebagai alat yang efektif untuk mengkampanyekan
hasil-hasil kegiatan faksi-faksi OPM di luar negeri. Setiap ada faksi OPM di
luar negeri yang melaksanakan kegiatan, KNPB selalu mengkampanyekannya di dalam
negeri, tidak hanya WPNCL saja tapi juga IPWP (International Parliamentarians
Of West Papua) dan ILWP (International Lawyer Of West Papua) yang dipimpin oleh
Benny Wenda. Bahkan, Victor Yeimo, Ketua KNPB juga mendukung Freedom Flotilla
yang diprakarsai oleh petinggi WPNA (West Papua National Authority), Jacob Rumbiak.
Dalam pertemuan di Vanuatu nanti, KNPB juga akan menaungi PNWP
(Parlemen Nasional West Papua) yang diketuai oleh mantan ketua KNPB, Buchtar
Tabuni dan FWPC (Free West Papua Champaign) yang dimotori Benny Wenda. PNWP
sendiri mengklaim bahwa telah berhasil mendirikan lembaga legislative untuk
Papua berdasarkan kepada Konfresnsi West Papua April 2012. Didalam Parlemen
Nasional West Papua ada terdapat 7 kelompok atau semirip Fraksi. Fraksi-fraksi
itu adalah Fraksi Tabi, Fraksi Saireri, Fraksi Doberai, Fraksi Domberai, Fraksi
Mepago, Fraksi Lapago, Fraksi Ha-Anim. Pembentukan ini berdasarkan kepada Nieuw
- Guinea Raad (Dewan Perwakilan Rakyat Niew Guinea) bentukan Belanda tahun
1959, yang dianggap masih berlaku sampai sekarang. NRFPB sendiri menolak kehadiran
PNWP ini karena dianggap bukan produk asli Papua tapi produk asli Belanda.
Papua, One People One Soul
Slogan perjuangan OPM yang paling utama adalah One People One Soul.
Seperti halnya sebuah slogan lainnya, slogan ini juga lebih mudah dikatakan
tetapi begitu sulit untuk dilaksanakan. Pertemuan di Vanuatu Oktober mendatang
memang tidak akan mengundang semua kelompok dari faksi-faksi OPM, tetapi
perbedaan begitu terasa bila dilihat pandangan ketiga organisasi dalam
perjuangan masing-masing. Setiap organisasi memiliki kepentingan yang harus
diperjuangkan dalam pertemuan tersebut.
Dan
yang lebih penting adalah, bila menilik lebih lanjut kepada permintaan forum
MSG agar bisa dihadirkan organisasi yang merupakan organisasi “representative”
dari rakyat Papua, maka semestinya diadakan jejak pendapat atau paling tidak
survey kepada rakyat Papua, organisasi mana yang merupakan representative kami.
Tanpa ada jejak pendapat atau survey dari rakyat Papua, darimana bisa hadir
kata “representative”? SIDANG PARLEMEN NASIONAL WEST PAPUA KE I pada 3-5 April
2012 di Numbay yang telah memutuskan dan menetapkan agenda politik bangsa West
Papua.
Sumber: Ketua Umum PNWP ( Buchtar Tabuni )
0 komentar:
Posting Komentar