Paniai, Suara Wiyaimana, di Bumi Cenderawasih- Papua: Pada Jumat, (06/12/2013). Kepunahan budaya rumpun melanesia west Papua karena lebih dominannya, Kontaminasi Budaya Melayu dari jawa, Sulawesi, sumatra, Kalimantan, Nusa Tenggara dan Maluku adalah ketidakadilan yang diperlakukan secara sistematis dengan berbagai tindakan yang sewenang-wenang selama ini. Dalam kehidupan sosial pada suatu wilayah atau pun daerah tentunya, menghadapi berbagai problematika sebagai tantangan, halangan bagi umat manusia yang sedang berjuang untuk mencapai tujuan kebebasan. Setiap manusia mempunyai akal budi, kebijaksanaan, dan karunia yang telah diberikan oleh Sang Pencipta kepada setiap orang untuk berfikir logis, serta membangun hubungan kekerabatan yang harmonis. |
Pada dunia
perkembangan moderen saat ini, ada banyak kaum intelektual dan para politisi
berupaya untuk merubahkan suatu wilayah ataupun daerah dengan berbagai alasan
yang irasional hanya demi kepentingan dirinya. Bila kita sebagai manusia yang
berakal budi, bahkan disebut sebagai pengganti para leluhur yang berjasa, harus
berfikir dan melihat situasi saat ini. Kondisi dan situasi saat ini, sangat
disayangkan bagi rumpun Melanesia di Bumi Cenderawasih.
Kita sudah
berpendidikan dan punya pengalaman yang cukup untuk menciptakan kesejahteraan,
namun yang menjadi persoalan adalah apakah potensi dan kapabilitas yang kita
miliki saat ini, akan menentukan nasib sendiri ataukah mampu melawan imperealisme
dan kolonialisme dari pembantaian Indonesia? Untuk menjawab tuntutan dari rakyat yang masih
membutuhkan kemerdekaan terkadang tidak di indahkan.
Jangan terjebak
dengan berbagai rayuan yang mempengaruhi kepada masyarakat dengan alasan untuk
menciptakan kesejahteraan, itu adalah omong kosong belaka demi mendominasi
kapitalisme dan hegomoni dalam bentuk sistematis. Orang papua sebagai identitas
rumpun melanesia bukan memerlukan kesejahteraan dan
pemekaran Provinsi maupun kabupaten, melainkan “Penentuan Nasib Sendiri”.
Namun rakyat
rumpun melanesia hanya membutuhkan pengakuan dari NKRI sebagaimana dikatakan
oleh para pejuang diluar negeri maupun didalam negeri terutama para pejuang
yang berada di Tanah papua. Orangtua atau TPN-OPM masih mampu berjuang dengan
tindakan yang bermartabat, sesuai pernyataan dari “Tuan: Goliat
Tabuni bersama seluruh Panglima Kodam setiap Daerah”. Bahkan logika berfikir mereka jauh lebih baik dibandingkan orang
berpendidikan. Orang berpendidikan hanya mengarah pada demi kepentingan tanpa
rasa kasih sayang kepada orangtuNya.
Dengan adanya
pendekatan kabupaten seluruh wilayah tanah papua seakan-akan perjuangan tidak
ada lagi, karena tempat persembunyian bagi orangtua atau TPN-OPM sudah diketahui melalui pendekatan pemekaran
kabupaten itu, katanya.
Tanah papua adalah
wilayah yang diperjuangkan untuk menentukan nasib sendiri melalui perundingan
secara demokratis berdasarkan pelanggaran hak asasi manusia yang telah terjadi
di Bumi Cenderawasih. Siapapun yang merasa dirinya, saya sebagai rumpum Melanesia
kita harus mengahakhiri diatas tanah kami, hingga menuju pada tujuan kebebasan
menjadi ideologi bersama. Tanahku, Alamku dengarkanlah seruan dan tangisan yang
hampir mencabut NyawaKu. Lenyapkanlah mereka yang melakukan ketidakadilan demi
kepentingan sesaat, tanpa memikirkan rakyat yang masih membutuhkan kebebasan.
Oleh: [ Kopakaa Wiyaipai ]
Oleh: [ Kopakaa Wiyaipai ]
Demi Kemanusian dan Kemerdekaan di Bumi
Cenderawasih
0 komentar:
Posting Komentar