Diskrininator |
PANIAI, SUARA WIYAIMANA :di Bumi Cendrawasih-Papua. Penulis sangat menarik
dengan judul “ Kita orang papua masih butuh Pemimpin yang membuat Perubahan
” Kabar opini ini, dilaporkan kepada: suarawiyaimana.bogspot.com. Mengapa katakan demikian, karena tidak semua pemimpin di berbagai belahan
dunia mempunyai gaya kepemimpinan yang tidak sama pula, sesuai berbeda kekuasaannya
negara itu sendiri. Setiap pemimipin biasanya memerintah suatu negara ataupun
wilayah dengan gaya kepemimpinannya tersendiri. Baik pemimpin yang bergayanya,
otoriter, militeristik atau pun demokrasi.
Kita masih butuh pemimpin,
sekalipun pemimpin itu pernah memerintah kita secara otoriter, dan militeristik.
Di dalam demokras, mungkin hal itu kurang relevan, mengigatkan otoritariarisme
telah dijawab dengan sistem. Tetapi jangan lupa, sifat otoriter pemimpin itu
kerap tidak berhubungan dengan sistem politik, apakah refresif atau otoriter. Pemimpin
otoriter memerintah suatu wilayah dengan tindakan refresif merupakan merosotnya
penduduk yang mendiami suatu wilayah tersebut.
Terjadinya kemerosotan
penduduk suatu bangsa atau rumpun, kerena selalu berhadapan dengan kekuatan
militer yang berusaha untuk mendominasi negeri negara lain secara ilegal. Kehilangan
bangsa atau pun rumpun adalah bagian dari penjajahan dari negara yang
berpendududuk mayoritas. Penduduk pribumi yang berdomisili suatu wilayah
merupakan tempat kediamannya, sementara
masih bernyawa. Setiap manusia mempunyai akal budi yang dianugrahkan oleh yang
Maha Pencipta untuk saling mengasih, mengayomi tanpa diperlakukan diskriminasi
rasial.
TUHAN “Ugatame ” menempatkan dan memosisikan setiap
bangsa diatas tanah yang berlimpah dengan susu dan madu adalah anugrah buat
anaknya yang dianggap penghuni atau pribumi. Namun situasi saat ini, pemimpin otoriter
selalu berupaya keras untuk aneksasi secara sewenang-wenang, karena demi
kepentingan ekonomi, politik dan kapitalisme. Untuk itu, Manusia sebagai
makhluk yang mulia terhadap sesama perlu ada pengakuan terhadap rakyatnya, atas
tindakan-tindakan yang dilakukan. Tidak selamanya pemimpin otoriter berkuasa
dinegeri ini, tidak perlu lagi, setiap manusia hidup dalam penjajahan.
Banyak pemimpin yang
bermain-main dengan kesalahan. Memberi ruang toleransi yang begitu besar
terhadap penyelewengan bahkan membiarkan komunitas atau rakyatnya hidup dalam
penyimpangan. Tidak tertutup kemungkinan bahwa dia juga melakukan penyelewengan
dalam kekuasaannya. Kompromi dengan kesalahaan adalah manifestasi komitmen
kepemimpinan yang buruk.
Sebagai contoh, bagaimana
mungkin pemimpin menegur bawahannya agar disiplin dalam menjalankan tugas dan
tanggungjawab, jika dia sendiri sering mangkir dan tidak disiplin. Hal lain,
bagaimana mungkin pemimpin berani memperingatkan bawahannya agar tidak
melakukan korupsi, jikalau dia sendiri sebagai pemimipin melakukan tindakan
korupsi dan tidak jujur dalam penggunaan dana otonomi khusus.
Konflik yang sedang membara
di Bumi Cendrawasih adalah akar permasalahan utama konflik komunal, sosial, dan
indvidu terjadi di “ West Papua ” dipicu oleh kesalahan pemerintah pusat yang salah
urus terhadap daerah Papua. Monopoli kekuasaan, jabatan dan kekayaan oleh
orang-orang non-Papua termasuk juga kaum kapitalis dari berbagai negara
diantaranya: Amerika Serika, China, dan pedangan- pengan migran dari Makasar,
jawa dan kepulauaan Indonesia lainnya.
Isi yang terjemahan sebagai
Jawanisasi dan Islamisasi juga dianggap sebagai kebijakan yang memarjinalkan
orang Papua. Dan masuknya perusahaan-perusahaan ilegal tanpa pamit menguras dan
mengambil kekayaan secara liar. Pengrusakan kekayaan sumber alam tanah Papua juga
dianggap sebagai faktor pemicu tumbuhnya kesadaraan nasionalisme orang Papua untuk
memisahkan diri dari NKRI.
Untuk menyelesaikan
kasus-kasus tersebut diatas perlu bernegosiasi dengan rakyat papua agar
permasalahan ini, dapat terselesaikan secara radikal tanpa mengabaikan
pelanggaran Hak Sasi Manusia (HAM). Serta sekaligus membuka ruang untuk
perundingan secara demokratis untuk menyelesaikan persoalan-persoalan dengan
bermartabat.
Yang di butuhkan oleh rakyat
adalah pemimpin yang arif, adil dan berjiwa sosial tanpa diskriminasi rasial.
Oleh sebab itu, yang mengandung pesan bahwa rakyatlah yang arif untuk menaikkan
kembali sang singa yang otoriter, tetapi telah di lengserkannya karena tak
mampu menciptakan Kedamaian dan ketentraman. Seharusnya sebagai manusia saling
menghargai dan menghormati atas tuntutan yang disuarakan oleh bangsa lain agar
semuanya mendapatkan hak yang sama.
Oleh: Kopakaa, Awimee G*(MS )
Oleh: Kopakaa, Awimee G*(MS )
Demi kemanusiaan dan ketentraman
di Bumi Cendrawasih
0 komentar:
Posting Komentar