MAHA KARYA SENIMAN MUDA PAPUA DI WAMENA.
Dua Maha Karya dibawah mencoba mengambarkan kondisi Papua Pasca Perubahan UU Otonomi Khusus Papua yang terkesan memberikan Pisau kepada Jakarta untuk membelah Papua menjadi beberapa Daerah Otonomi Baru (DOB) dalam bentuk Propinsi yang melaluinya melahirkan Darah dan Air disemua Tanah Air Papua.
Darah dan Air mata Masyarakat Adat Papua itu jelas terlihat di Papua Selatan dibawah bayang-banyang ambisi Ekonomi yang dikemas dalam Paket Proyek Strategis Nasional yang membongkat Wilayah Adat Marind dan membongkar Lumbung Kehidupan Masyarakat Adat Marind hanya untuk membangun Lahan Sawah, Kebun Tebu dan Pabrik Bio Etanol milik Negara yang dikembangkan Oleh Perusahaan Jonlin Grub dan kawan-kawan termasuk BUMN yang salah satu pimpinannya adalah Paitua John Gluba Gebse yang kalau bicara selalu mengutip Ayat Alkitab namun didepan mata melanggar perintah Alkitab itu sendiri kerena merampok dan membumi habiskan Ruang Hidup dan Lumbun Kehidupan Masyarakat Adat Malind dengan beck-upan Tentara Nasional Indonesia.
Darah dan Air Mata Masyarakat Adat Papua Tengah di Intan Jaya yang sampai saat ini terus digempur dengan Pendropan Pasukan TNI-POLRI yang melahirkan Konflik Bersenjata dengan TPN PB tanpa ada satupun Keputusan Presiden Republik Indonesia terkait Status Wilayah Darurat Operasi Militer atau Darurat Sipil yang melahirkan korban masyarakat sipil baik akibat Terkena Peluru ataupun menjadi Pengungsi Internal yang mana semua itu terjadi diataa Ambisi Negara untuk mengeksploitasi BLOK WABU oleh PT. Inalum perusahaan Holding beberapa BUMN yang bergerak di Bidang Eksploitasi Tambang.
Darah dan Air Mata Masyarakat Adat Papua Barat di Fak-fak yang sampai saat ini sedang mengalifungsikan Lahan Pertanian Warga menjadi Lahan Pabrik Semen PT. Pupuk Kaltim yang didalamnya terdapat Saham milik salah satu Mentri dari Rezim Jokowi yang masih di pakai hingga Rezim Prabowo dimana aktifitasnya tidak diliput Media baik Lokal mapun Nasional sehingga dengan leluasanya menghancurkan hutan dan lahan perkebunan Warga hanya untuk mempersiapkan Lahan Pabrik Semen PT. Pupuk Kaltim.
Darah dan Air Mata Masyarakat Adat Papua Barat Daya di Raja Empat yang sampai saat ini terus mengalir akibat Eksploitasi Nikel yang sedang menghancurkan Keindahan Alam Ratu Raja Empat yang telah mendunia hingga mengoda mata setiap Wisatawan Asing maupun Indonesia hingga pada rencana pembangunan Smelter Nikel dan Sagu di Sorong yang telah memancing Pemda Mengusur Pasar Biswesen hanya untuk berikan tempat bagi Pembangunan Proyek Sorong Modern City untuk kediaman Para Kapital yang telah menghancurkan Tembok Cina hingga menaikan permukaan laut di Pulau DOM yang telah melahirkan ribuan tangisan Rakyat yang menjadi Tumbal
Darah dan Air Mata Masyarakat Adat Papua Pegunungan di Pegunungan Bintang hanya untuk menghadirkan PT. Aneka Tambang mengekploitasi Logam Mulia di Aplim Apom hingga perampasan Tanah Adat Lahan Pertanian Tradisional yang selama ini mencupi Lambung Segenap Suku Asli Maupun Sesama Papua di Wouma hingga Welesi demi Pembangunan Kantor Gubernur yang tentunya bakal berdampak buruk bagi lingkingan hingga tangisan Rakyat Ribuan Warga akibat bencana pasang Sungai Balim yang korbankan harta benda, tanaman dan ternak namun tidak mendapatkan ganti rugi yang setimpah oleh Pemerintah namun disaat yang sama Pemerintah Propinsi justru berikan bantuan uang sebesar Rp. 15 Miliar kepada Gereja didepan mata Jutaan Korban Banjir Bandang Sungai Balim.
Pada prinsipnya masih banyak tangisan dan darah diseluruh Wilayah Tanah Air Adat Papua yang tidak dapat diuraikan satu persatu namun telah terukir dalam Maha Karya Seniman Muda Papua
Salud buat Seniman Muda Papua yang sudah membuat Maha Karya dengan menguraikan sekelimit persoalan HAM yang terjadi di seluruh Tanah air Papua.
Teruslah Berkaya Seminanku Remul Mandiri Art
Alam Raya Memberkatimu
0 komentar:
Posting Komentar