Kami telah lama berjuang, tapi perjuangan tak lagi memberi hidup. Kami telah lama sabar, tapi kesabaran tak menyelamatkan tanah. Kini suara kami bukan hanya seruan, tapi aba-aba untuk bangkit, untuk melawan.
Rakyat Papua bukan budak yang bisa diatur oleh ancaman dan tipu daya. Kami adalah bara yang selama ini tertutup abu, dan kini kami menyala, mengangkat senjata bukan karena cinta kekerasan, tapi karena tak ada jalan lain yang tersisa.
Penjajah datang dengan bendera dan proyek, menyamar sebagai saudara, tapi merampas seperti serigala lapar. Kami tahu wajahmu yang sebenarnya kau bukan penyelamat, kau adalah mesin yang menindas.
Tanah kami dijarah, air kami dicemari, hutan kami dilukai. Apa lagi yang tersisa untuk kami tunggu? Apakah keadilan akan lahir dari janji-janji palsu?
Tidak! Keadilan harus direbut, kebebasan harus dipertahankan dengan tangan sendiri, dengan dada sendiri, dengan senjata yang dibentuk dari tekad.
Ini bukan seruan benci, ini adalah panggilan cinta- cinta pada tanah, pada leluhur, pada anak-anak yang berhak hidup bebas tanpa ketakutan, tanpa penindasan, tanpa bayangan senapan penjajahan.
Kami adalah rakyat pejuang, bukan pasrah pada nasib. Kami adalah pemilik sah tanah ini,
dan siapa pun yang datang mencuri, akan kami hadapi dengan keberanian yang diwariskan dari pegunungan hingga pesisir.
Inilah solusi kami: bukan tunduk, bukan kompromi. Tapi bangkit dan bertempur
demi harga diri, demi tanah air. Papua tidak akan dibungkam. Papua akan bebas. Karena kemerdekaan adalah hak yang tak bisa ditawar.
Namolla Amole
Nyanyian Sunyi, 24 April 2025.
0 komentar:
Posting Komentar