Mengapa Rakyat Melanesia Barat Menolak Program Transmigrasi Indonesia.
Rakyat Melanesia Barat telah secara konsisten menolak program transmigrasi Indonesia karena program ini adalah upaya nyata pemerintah Indonesia untuk menjajah dan mendominasi penduduk asli Melanesia. Program ini, yang melibatkan pemindahan orang-orang Indonesia dari wilayah lain di negara ini, terutama dari Jawa dan pulau-pulau lain yang padat penduduk, ke Papua Barat Melanesia, adalah bagian dari strategi lebih luas untuk eksploitasi ekonomi, rekayasa demografi, dan penghapusan budaya.
Inti dari program transmigrasi ini adalah kebijakan kolonial yang bertujuan untuk mengurangi identitas asli Melanesia Barat. Dengan membanjiri tanah leluhur kami dengan pemukim yang tidak memiliki warisan Melanesia, pemerintah Indonesia tidak hanya merusak otonomi politik dan budaya kami, tetapi juga mengancam kelangsungan hidup kami sebagai suatu bangsa yang berbeda. Masuknya orang non-Melanesia mengubah lanskap demografi, menyebabkan marginalisasi penduduk asli di tanah kelahiran mereka sendiri. Rakyat Melanesia, yang telah hidup di tanah ini selama ribuan tahun, kini berisiko menjadi minoritas di wilayah leluhur mereka.
Dampak program transmigrasi ini sangat terasa dalam beberapa bidang utama:
1. Hak atas Tanah dan Penggusuran:
Kebijakan pemerintah Indonesia yang memberikan tanah kepada para transmigran sering kali mengakibatkan penggusuran masyarakat asli Melanesia dari tanah tradisional mereka. Ini tidak hanya merampas hak tanah kami tetapi juga mengganggu hubungan budaya kami dengan tanah, yang merupakan inti dari identitas dan cara hidup kami. Pengambilan tanah untuk pemukiman transmigran merusak kemampuan masyarakat adat untuk mempertahankan diri mereka melalui praktik bertani, berburu, dan menangkap ikan yang tradisional.
2. Erosi Budaya dan Sosial:
Masuknya orang-orang non-Melanesia telah menyebabkan erosi budaya, bahasa, dan struktur sosial masyarakat adat. Pemerintah sering memprioritaskan kebutuhan para transmigran dibandingkan hak-hak masyarakat adat, yang menyebabkan penindasan terhadap tradisi Melanesia dan promosi budaya Indonesia. Upaya sistematis untuk menghapus identitas Melanesia ini tidak lain adalah genosida budaya.
3. Marginalisasi Ekonomi:
Manfaat ekonomi dari program transmigrasi ini sebagian besar dinikmati oleh para pendatang, sementara orang-orang asli Melanesia terdorong ke pinggiran. Banyak peluang ekonomi yang diciptakan oleh program ini diberikan kepada para pendatang baru, meninggalkan masyarakat asli dengan sumber daya dan peluang yang lebih sedikit. Kesenjangan ekonomi ini hanya memperdalam kemiskinan dan ketidaksetaraan yang dihadapi oleh rakyat Melanesia.
4. Perusakan Lingkungan:
Ekspansi pemukiman transmigran telah menyebabkan kerusakan besar pada lingkungan alam, yang dianggap sakral oleh rakyat Melanesia. Penebangan hutan, pertambangan, dan ekspansi pertanian yang didorong oleh program transmigrasi telah menghancurkan hutan, sungai, dan ekosistem yang penting bagi kelangsungan hidup masyarakat adat dan alam. Ketidakpedulian pemerintah Indonesia terhadap lingkungan adalah serangan langsung terhadap cara hidup Melanesia yang sangat terhubung dengan tanah dan alam.
5. Penindasan Politik:
Program transmigrasi juga merupakan bagian dari strategi Indonesia yang lebih luas untuk mempertahankan kontrol politik atas Melanesia Barat. Para pendatang sering kali mendapat perlakuan istimewa dalam hal representasi politik dan akses ke sumber daya negara, sementara penduduk asli dipantau oleh militer, mengalami represi, dan pelanggaran hak asasi manusia. Program ini dirancang untuk melemahkan kekuatan politik rakyat Melanesia dan memastikan Indonesia mempertahankan cengkeramannya di wilayah ini.
Penolakan program transmigrasi oleh rakyat Melanesia Barat bukan hanya soal mempertahankan tanah dan budaya. Ini adalah tentang melawan penjajahan yang terus berlanjut di tanah air kami oleh Indonesia. Program transmigrasi adalah alat kolonialisasi yang bertujuan untuk menghancurkan semangat rakyat Melanesia, tetapi kami menolak untuk dihancurkan. Perjuangan kami adalah untuk kebebasan, martabat, dan hak untuk menentukan masa depan kami sendiri sebagai bangsa merdeka. Kami meminta komunitas internasional untuk mengakui ketidakadilan dari program kolonial ini dan berdiri bersama rakyat Melanesia Barat dalam perjuangan kami untuk penentuan nasib sendiri dan kemerdekaan.
—-///——-
Herman Wainggai
Juru Bicara untuk Republik Melanesia Barat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar