Ditulis oleh:Oskar Gie
Panas terik matahari siang itu seperti tercurah dari atas langit dan membakar kulit tubuh, seakan-akan tidak terasa oleh Berta, pedagang ubi kayu (singkong) di sebuah pasar trandisional. Sudah menjadi kebiasaan Berta membawa dua Noken sekaligus saat berdagang di pasar. Dimana satu Noken besar untuk membawa barang dagangan, dan satu Noken kecil untuk menyimpan uang dan kebutuhan pribadi lainnya.
Noken adalah tas tradisoinal (khas) masyarakat Papua. Kerajinan tangan dari bahan baku serat kulit kayu dan serat daun pandan ini sangat lekat (tidak terpisahkan) dengan aktivitas kehidupan kaum perempuan Papua.
Noken memiliki makna dan kebudayaan sangat penting di dalam struktur kehidupan tradisional masyarakat pada suku atau etnis di Papua, terutama dalam kehidupan perempuan. Kepandaian membuat Noken menjadi symbol kedewasaan dan kesuburan perempuan Papua. Kecantikan dan daya tarik perempuan akan terlihat dari Noken yang dibuatnya.
Biasanya seorang perempuan dianggap sudah dewasa dan siap untuk dinikahi oleh laki-laki jika ia sudah biasa membuat Noken. Sebaliknya, seorang perempuan yang sebenarnya sudah cuup dewasa secara fisik maupun usia, belum bisa dianggap dewasa jika ia belum bisa membuat Noen. Karena itu, dalam banyak tradisi susku-suku di Papua, kepandaian membuat Noken menjadi semacam syarat bagi seorang perempuan untuk menikah.
Sejak dilahirkan, perempuan Papua terbiasa tidur dalam buaian Noken yang digantung di atas kening kepala ibunya. Setelah beranjak anak-anak, ia akan sangat terbiasa membantu ibunya di lading dan mengangkut berbagai barang kebutuhan dari/dan ke kebung (lading) dengan Noken. Menjelang dewasa, ia harus menguasai pembuatan Noken sebagai symbol bahwa ia sudah dewasa dan subur sebagai perempuan dan kesiapannya untuk dipinang.
Pada saat dipinang, biasanya ia akan mendapatkan mas kawainberupa Noken yang dibuat oleh calon ibu mertuanya. Lalu, setelah menjadi isteri, ia harus bertanggung jawab besar mengelola rumah tangga dan kehidupan anak-anaknya. Untuk itu, ia membutuhkan bantuan Noken. Sayangnnya, sekarang ini, banyak perempuan Papua yang tidak bisa membuat Noken.
Melihat “NOKEN” sebagai simbol kedewasaan dan kesuburan kaum perempuan Papua, perlunya perempuan Papua dan seluruh masyarakat Papua dapat menghormati dan mempertahankan Noken dari segi kekayaan intelektuan yang tidak ternilai harganya bagi bangsa Papua itu sendiri. Hal ini sehingga Noken harus menjadi karakter dan jati diri perempuan yang harus dijunjung keberlanjutan hidupnya bersama generasi masyarakat Papua dalam komunitas suku perwilayah adat sebagai warisan budaya yang dipertahankan kedepan, hingga anak cucu pun dapat mewarisinya lagi.
Sumber refleksi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar