Pendeta Dr. Socrates S.Yoman adalah seorang gembala
dan hamba Tuhan ‘luar biasa’ yang bukan saja dimiliki oleh warga jemaat
Baptis Papua, melainkan milik seluruh orang beriman di Tanah Papua.
Saya
menilai pendeta Doktor Socrates S. Yoman merupakan seorang pendeta bagi
kaum tak bersuara di Papua. Dia satu-satunya pendeta yang benar-benar paham dan
menghidupi firman Allah secara kontekstual dalam hidupnya. Dia juga
satu-satunya hamba Tuhan yang dengan murni memahami persoalan dasar
rakyat Papua yang sudah begitu kronik dan sistemik.
Tidak
ragu, keras dan tegas. Itu sudah sosok gembala Yoman. Beliau selalu berjuang di
mimbar-mimbar dengan mewartakan kabar keselamatan akan penderitaan rakya Papua
selama bertahun-tahun. Saya amat kagum, melihat karya pelayanannya yang sungguh
nyata dan hidup dengan merasakan suara kaum lemah dan tertindas di Papua.
Ia
tidak seperti mayoritas pendeta dan pastor serta pewarta lain yang hanya
menjalankan ayat hafalan dan pandai berkotbah berapi-api di atas podium dan
mimbar-mimbar dengan bahasa manis, tetapi selalu menutup mata terhadap realitas
penderitaan rakyat Papua.
Ia
bukan tipe gembala yang hanya pandai menghibur umat dengan kata-kata mati tanpa
berbuat nyata terhadap penyelamatan umat atau jemaat yang menangis akibat
ketidakadilan negara dan aparat penegak hukum di republik ini.
Bahkan
Socrates Yoman tidak seperti pastor dan gembala palsu ‘menyesatkan’ dalam
mengstigma rakyat Papua yang menuntut keadilan atas rekayasa hak
sipil-politiknya, penegakan HAM dan demokrasi dengan stigma yang sama dengan
yang sering dilontarkan aparat penegak hukum selama ini.
Di
tengah realita, situasi tidak adanya gembala umat Tuhan di tanah Papua yang
memihak kaum tertindas, Gembala Yoman hadir bersama Gembala Benny dll di
samping rakyat yang menderita untuk menanggung penderitaan secara kolektif.
Memikul salib atas dosa dan perlakuan pendeta-pastor-Ustad siluman Indonesia di
Papua yang lebih memihak penguasa dan negara Indonesia.
Saya
amat tersanjung dengan berbagai tulisan Pendeta Yoman yang selalu menyuarakan
kebenaran. Menyuarakan perdamaian dan perlunya keadilan yang hakiki. Keadilan
bagi rakyat Papua sesuai mekanisme yang internasional yang damai, manusiawi dan
final yakni ‘penentuan nasib sendiri’ bagi rakyat Papua.
Mengutip
pernyataan Gembala Yoman yang terakhir, membuat saya berefleksi. Jika saja di
Indonesia dan khususnya di Papua memiliki gembala dan pastor yang seperti
Gembala Yoman sudah pasti bahwa kedamaian dan firdaus akan lebih terasa di
surga kecil cenderawasih ini.
Begini
tutur gembala Yoman yang terakhir menyikapi perlakuan negara yang kejam
terhadap Gubernur Papua, LE yang dikriminalisasikan oleh Mabes Polri beberapa
waktu belakangan ini.
Gembala
Yoman mengatakan:
“Lepaskan
lambang garuda di dada dan kembalikan kepada Indonesia dalam meresponi
kriminalisasi gubernur Papua. Cara-cara bangsa penjajah Melayu Indonesia
ini sangat merendahkan dan melecehkan martabat rakyat dan bangsa West
Papua. Apakah gubernur, para bupati/walikota terus menjadi budak-budak
bangsa Melayu? Dimana harga dirimu dan martabatmu? Rakyat dan bangsa West
Papua 95% pasti mendukung kalau Anda lepaskan garuda di dada dan kembali kepada
bangsa Melayu Indonesia”.
Dari
pernyataan ini menunjukan betapa dia (S.Yoman) memahami perlakuan tidak adil
negara Indonesia terhadap rakyat Papua itu sungguh luar biasa. Ia mengatakan
ini sebagai bagian dari ungkapan imannya, bahwa bersama negara Indonesia tidak
ada kasih dan persaudaraan. Tidak ada nilai-nilai roh. Buah roh yang menjadi
pedoman hidup gereja sudah sirna diganti nafsu kekuasaan, ketamakan, perampokan
dan pembunuhan atas nama negara yang abstrak. Maka dengan demikian, saya
berkesimpulan bahwa, sudah saatnya rakyat Papua entah siapapun dia, apapun jabatan,
pangkat dan golongannya. Sudah saatnya HARUS turun jalan mendesak
pemerintah Indonesia untuk menghentikan kriminalisasi dan pembunuhan karakter
terhadap pemimpin politik Papua. Demi tegaknya nilai keadilan dan kebenaran
yang universalis.
Lepaskan
Garuda dan raihlah Cenderawasihmu dan mambrukmu yang kekal, wahai rakyat
melanesia di West Papua.
Bangun
dan Sadar, sadarlah anda bukan garuda yang tidak jelas keberadaan dan
sejarahnya atau ras melayu, tetapi anda Cenderawasih burung surga yang hingga kini
masih ada dan jelas. Anda adalah ras melanesia, bagian dari keluarga Pasifik
yang sudah dijajah dan tipu selama puluhan tahun oleh penjajahan Indonesia.
Sudah
saatnya bangkit, bersatu dan lawan!
Disposkan: Suara Wiyaimana Papua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar