Sabtu, 05 Agustus 2017

Gereja Katolik Paniai kutuk peristiwa penembakan Deiyai

P. Marten E. Kuayo, Pr (angkat tangan) didampingi P. Santon Tekege, Pr (kiri) dan P. Sebast Maipaiwiyai (kanan) dalam suatu kesempatan - Jubi/Abeth You
Paniai, Jubi – Gereja khatolik Dekenat Paniai mengutuk keras peristiwa penembakan terhadap warga sipil di kampung Oneibo, Distrik Tigi, Deiyai yang menewaskan satu orang dan empat lainnya mengalami luka tembakan, Selasa (1/8/17).
Hal itu ditegaskan Pastor Dekan Dekenat Paniai, Pater Marten E. Kuayo, Pr bahwa kasus penembakan empat pelajar di lapangan Karel Gobay Enarotali 8 Desember 2014 belum selesai namun terjadi lagi penembakan baru yang korbannya adalah anak-anak muda masa depan Papua.
“Menjelang tigs tahun peristiwa penembakan di Enarotali terjadi lagi di Deiyai oleh polisi dan Brimob. Gereja Katolik Dekenat Paniai dan Keuskupan Timika mengutuk keras pelaku oknum polisi dan Brimob serta PT. Dewa yang kerjasama dengan kepolisian untuk membunuh umat saya. Cara menanggapi apa yang terjadi tengah masyarakat itu tidak manusiawi. Apalagi sampai korbankan nyawa manusia. Kami pimpinan gereja Katolik mengutuk keras,” tegas Pater Marten E. Kuayo, Pr, kepada Jubi, di pastoran St. Yusuf Enarotali, Kamis, (3/8/2017).
Kuayo mengatakan gereja mengajak polisi dan Brimob untuk jujur atas kesalahan itu karena kejujuran tidak menyakitkan. Kekerasan demi kekerasan yang hampir sama terjadi menjadi luka bathin semakin mendalam, maka ia sarankan pihak aparat keamanan harus merefleksikan cara pendekatan terhadap masyarakat.
“Dengan cara pendekatan kekerasan tidak dapat menyelesaikan masalah. Kalau tidak refleksi diri, saya yakin akan terulang lagi. Maka, pimpinan Polri harus refleksi diri. Apa yang diomong oleh pimpinan pemerintah di Jakarta, masalah Papua itu pendekatan ekonomi tapi kenyataannya yang dilakukan oleh aparat Polisi dan TNI itu bertolak belakang. Karena itu jangan persalahkan orang Papua, bila orang Papua ingin pisah dengan NKRI dan berdiri sendiri. Karena cara-cara seperti itu membantu orang Papua untuk mempertegas keingin untuk merdeka,” katanya.
Pater Santon Tekege, Pr mengatakan selama ini di Meepago dalam suatu proyek selalu melibatkan pihak militer sehingga ada keributan sedikit langsung melakukan penembakan.
“PT. Dewa ini sudah banyak meresahkan umat Tuhan di negeri ini. Dia selalu libatkan militer. Bahkan yang kerja itu militer. Tapi kalau perusahaan itu murni swasta, saya yakin tidak akan ada pertumpahan darah. Jadi, perusahaan ini sedang jalan kerja dengan kekuatan senjata. Cara itu harus rubah. Kalau mau aman, pemerintah jangan kasih izin sama perusahaan ini,” kata Pater Santon.
Ia menambahkan keinginan Jokowi untuk pembangunan di Papua diserahkan kepada militer itu benar. Bahwa PT. Dewa ini masih memegang DOM (daerah operasi militer) hanya namanya saja Papua damai. (*)

Reporter :Abeth You

Tidak ada komentar:

Posting Komentar