Perlukah Konsolidasi Massa..?
Masalah itu bukan milik segelir orang, milik faksi tertentu, atau bukan kepentingan tertentu tetapi masalah milik sesama secara kolektif melakuakan konsolidasi masa dari akar rumput yang menginginkan kemerdekaan. Kondisi hidup bangsa ini terlihatnya seakan hidup berharap kepada masyarakat Internasional atau negara-negara luar akan diberikan hak kebebasan secara gratis, sehingga masalah ideologi tak dapat menemukan jalan solusi yang sepintas secara terpadu dalam proses perjuangan ini.
Yang lain berjuang mati-matian demi penyelesaian persoalan ideologi dan pelanggaran HAM dalam medan perjuangan saat ini. Dan lagi pula, segelintir orang sudah mulai mengeluh kepada pemerintah pusat untuk dikucurkan berbagai kebijakan tentang proses pembangunan yang tidak pernah dibuat suatu perubahan yang signifikan pada wilayah tertentu yang bermasalah saat ini. Sebagian pula, mereka terasa keraguan sehingga mudah diperjual belikan jati diri bangsa terhadap perampok dan penjajah diatas negeri ini.
Kini masyarakat madani selalu hidup resah dari gula-gula manis yang dapat diilusikan pada penawarannya. Bangsa ini mudah ditipu dengan berbagai program untuk kesejahteraan dan infrakstruk pembangunan melalui mekanisme desentralisasi itu. Selebihnya kebijakan otonomi dikhususkan pada wilayah yang masih bersengketa atau bermasalah dari proses aneksasi pada tahun 1963 hingga pada masa kini.
Manusia papua hidup pada masa kini kehilangan jati dirinya dan masalah ideologi seakan menjadi peluang baik bagi sebagian orang yang berkepentingan diri, tanpa memikirkan masalah pembantaian dan pembunuhan secara massif terus dialami ini. Dan kekayaan alam kita sudah kehilangan, begitupun fauna dan flora dari cagar alamnya, serta manusia yang sudah mengalami krisis kemanusian dari atas negerinya sendiri bagi masyarakat yang disebut kaum pribumi itu.
Biarlah kemerdekaan datang dari langit tanpa adanya konsolidasi yang dapat mempersatukan bangsanya untuk mengakhiri kapitalisme global dan proses penjajahan diatas negeri ini. Mungkin kelompok yang disebut "Buru kasar" akan mrngantarkan bangsa itu pada hari kemenangan secara menyeluruh dari kaum munafik yang selalu mementingkan kepentingan diri di atas bumi ini.
Allah moyang bangsa papua memberikan kekuatan dan kemampuan politik lokal, nasional, regional dan politik taraf internasional kepada kelompok "Buru kasar" agar bangsa itu terlepas dari genggaman kapitalisme global dan neokolonialismenya dapat diakhiri. Sesuai dengan perjungan secara radikal ini bangsa papua dapat menemukan jalan keluar yang damai secara bermartabat, beretika dan bermoral dari atas tindakan Iman agar dapat tercipta kemerdekaan melalalui kelompok komite yang terlahir ditengah masyarakat madani ini. (T.G / SWP)
Masalah itu bukan milik segelir orang, milik faksi tertentu, atau bukan kepentingan tertentu tetapi masalah milik sesama secara kolektif melakuakan konsolidasi masa dari akar rumput yang menginginkan kemerdekaan. Kondisi hidup bangsa ini terlihatnya seakan hidup berharap kepada masyarakat Internasional atau negara-negara luar akan diberikan hak kebebasan secara gratis, sehingga masalah ideologi tak dapat menemukan jalan solusi yang sepintas secara terpadu dalam proses perjuangan ini.
Yang lain berjuang mati-matian demi penyelesaian persoalan ideologi dan pelanggaran HAM dalam medan perjuangan saat ini. Dan lagi pula, segelintir orang sudah mulai mengeluh kepada pemerintah pusat untuk dikucurkan berbagai kebijakan tentang proses pembangunan yang tidak pernah dibuat suatu perubahan yang signifikan pada wilayah tertentu yang bermasalah saat ini. Sebagian pula, mereka terasa keraguan sehingga mudah diperjual belikan jati diri bangsa terhadap perampok dan penjajah diatas negeri ini.
Kini masyarakat madani selalu hidup resah dari gula-gula manis yang dapat diilusikan pada penawarannya. Bangsa ini mudah ditipu dengan berbagai program untuk kesejahteraan dan infrakstruk pembangunan melalui mekanisme desentralisasi itu. Selebihnya kebijakan otonomi dikhususkan pada wilayah yang masih bersengketa atau bermasalah dari proses aneksasi pada tahun 1963 hingga pada masa kini.
Manusia papua hidup pada masa kini kehilangan jati dirinya dan masalah ideologi seakan menjadi peluang baik bagi sebagian orang yang berkepentingan diri, tanpa memikirkan masalah pembantaian dan pembunuhan secara massif terus dialami ini. Dan kekayaan alam kita sudah kehilangan, begitupun fauna dan flora dari cagar alamnya, serta manusia yang sudah mengalami krisis kemanusian dari atas negerinya sendiri bagi masyarakat yang disebut kaum pribumi itu.
Biarlah kemerdekaan datang dari langit tanpa adanya konsolidasi yang dapat mempersatukan bangsanya untuk mengakhiri kapitalisme global dan proses penjajahan diatas negeri ini. Mungkin kelompok yang disebut "Buru kasar" akan mrngantarkan bangsa itu pada hari kemenangan secara menyeluruh dari kaum munafik yang selalu mementingkan kepentingan diri di atas bumi ini.
Allah moyang bangsa papua memberikan kekuatan dan kemampuan politik lokal, nasional, regional dan politik taraf internasional kepada kelompok "Buru kasar" agar bangsa itu terlepas dari genggaman kapitalisme global dan neokolonialismenya dapat diakhiri. Sesuai dengan perjungan secara radikal ini bangsa papua dapat menemukan jalan keluar yang damai secara bermartabat, beretika dan bermoral dari atas tindakan Iman agar dapat tercipta kemerdekaan melalalui kelompok komite yang terlahir ditengah masyarakat madani ini. (T.G / SWP)
Disposkan: Suara Wiyaimana Papua,
0 komentar:
Posting Komentar