Octovianus Mote, Sekjen ULMWP. (IST) |
JAYAPURA, SUARAPAPUA.com — Pimpinan United Liberation
Movement for West Papua New (ULMWP) mengajak kepada rakyat Papua Barat
agar tak mudah terpancing propaganda pemerintah Indonesia dan kaki
tangannya selama ini.
“Kami menghimbau kepada segenap
Bangsa Papua Barat agar jangan mudah percaya dengan propaganda murahan
dari kolonial dan kaki tangannya,” ujar Octovianus Mote, sekretaris
jenderal ULMWP, dikutip dari pidatonya pada kegiatan syukuran hasil
kerja ULMWP tahun 2016, yang juga diterima media ini, kemarin.
Ia
menyebutkan adanya propaganda murahan itu misalnya, ULMWP bukan anggota
MSG. “Padahal saat ini Indonesia dan ULMWP duduk setara dalam setiap
pertemuan resmi pimpinan MSG, protokol MSG memperlakukan ULMWP sebagai
anggota penuh, mulai berlaku sejak pertemuan para pemimpin MSG pada
20-23 Desember 2016 di Vanuatu dan di awal tahun 2017, tepat tanggal 17
Januari 2017, resmi mendapat ruang kerja di Sekretariat MSG,” jelasnya.
Kata
Mote, partisipasi resmi ini sesuai keputusan dalam pertemuan pejabat
senior, pertemuan para menteri luar negari MSG di Lautoka Fiji pada Mei
2016. ULMWP bahkan lebih dulu berpartisipasi dengan memberikan
kontribusi kepada sekretariat MSG.
Diakui, kemajuan luar biasa
yang dilakukan tatkala tuan Manaseh Sogovare, Perdana Menteri Solomon
Island pemimpin MSG membentuk wadah baru bernama Pacific Island
Coalition on West Papua (PICWP). Yakni gabungan dari Negara-Negara di
Pasifik yang secara terbuka memperjuangkan masalah Papua di kawasan
Pasifik dan di forum Internasional termasuk di PBB.
“Wadah ini
merupakan suatu lompatan kemenangan politik, dimana anggotanya bukan
saja dua Negara Melanesia yakni Solomon Island dan Vanuatu, melainkan
beberapa negara Polinesia dan Mikronesia. Buah komitmen mereka sudah
kita saksikan bersama, 7 Kepala Negara berpidato di depan sidang Umum
PBB dalam bulan September 2016. Inilah buah kerja pemimpin yang sudah
teruji selama bertahun-tahun memperjuangkan kemerdekaan. Semua fakta ini
perlu dipahami secara baik agar tidak terpancing issu murahan yang
disebarkan oleh kolonial dan kaki tangannya,” ungkap Mote.
Saat ini, jelas dia, ULMWP memasuki tahun ketiga sejak pertama kali dibentuk sehari sesudah perayaan Injil Masuk di Tanah Papua.
“Ketika
itu, sehari sebelum kami menyerahkan lamaran ke Sekretariat MSG, kami
menghadap yang mulia Joe Natuman Perdana Menteri Vanuatu. Dalam
pertemuan itu beliau berkata bahwa kalau Injil masuk di Tanah Papua
untuk menghalau setan rohani dari Tanah Papua, maka besok ULMWP dibentuk
untuk menghalau setan politik yang saat ini menjajah Tanah Papua,”
ujarnya sembari menegaskan, ULMWP dibentuk untuk menghalau penjajah
Indonesia dan bukan menjadi sarana NKRI sebagaimana dikampanyekan satu
dua orang manusia Papua yang konon kabarnya aktivis Papua merdeka di
media sosial belakangan ini.
Sebagaimana pada pidato 1 Desember
2016 lalu, meski di usia yang relatif muda, ULMWP telah berhasil
mencapai berbagai kemajuan-kemajuan politik. “Kemajuan itu membuat pihak
musuh ketakutan karena mereka tidak bisa lagi kendalikan dengan mudah
gerakan Papua Merdeka,” tegasnya.
Mote membeberkan, dalam tahun
pertama ULMWP menjadi anggota MSG dan mampu menempatkan masalah Papua
dalam agenda utama pertemuan tahunan Forum Negara-Negara Pulau Pasifik,
selanjutnya dalam tahun kedua, ULMWP memastikan bahwa masalah Papua
Barat bukan lagi masalah Negara-Negara di Kawasan Melanesia, melainkan
masalah Papua adalah masalah kawasan Pasifik.
“Hal ini terlihat
jelas menguatnya masalah Papua dalam pertemuan tahunan Kepala
Negara-Negara Pulau Pasifik, di Pohn Pei, Ibu kota Negara Federasi
Mikronesia. Dalam komunike, mereka menyatakan bahwa masalah HAM Papua
akan selalu berada dalam agenda pertemuan tahunan mereka,” kata Mote.
Menurutnya,
ini bukan pemimpin Melanesia semata-mata, melainkan juga negara-negara
di wilayah Mikronesia dan Polinesia termasuk Australia dan Selandia
Baru. Mereka putuskan bahwa dalam setiap pertemuan tahunan mereka
masalah Papua akan menjadi agenda pembicaraan mereka, dan itu buah dari
kerja keras ULMWP.
“Sekali lagi, jangan terpancing oleh mereka
yang berusaha menghancurkan wadah ini dengan menyebarkan fitnah murahan
di sosial media. Apakah itu yang menuduh sudah menjadi alat NKRI atau
yang mengkampanyekan seakan ULMWP belum mewakili semua kelompok
perjuangan? Semua itu ujung-ujungnya hendak membunuh wadah tunggal
aspirasi Papua Merdeka ini dan bukan saja menyingkirkan kepemimpinan
eksekutif ULMWP termasuk Tim Kerja di Tanah Air,” bebernya.
Pewarta: Mary Monireng
0 komentar:
Posting Komentar