Selasa, 07 Juni 2016

Indonesia Butuh 350 Tahun Papua Cukup Belajar 50 tahun Dari Penjajah Indonesia Untuk Merdeka

Mr. Benny Wenda dan Mr. Buchar Tabuni
Indonesia Butuh 350 Tahun Papua Cukup Belajar 50 Tahun Dari Penjajah Indonesia Untuk Merdeka

Suara Wiyaimana Papua, Bangsa Papua Barat resmi dijajah oleh Indonesia sejak Penentuan Pendapat Rakyat yang penuh tekanan dan rekayasa oleh Indonesia pada tahun 1969.

Walaupun pada tahun 1959 Soekarno telah mengirim tentara untuk menyusup ke Tanah Papua juga eks tahanan Digul dana tawanan lain yang dipergunakan untuk mempengaruhi tokoh-tokoh penting seperti Silas Papare di Serui oleh Sam Ratulangi.

Sejak tahun 1961 Indonesia berusaha memegang kendali Papua namun secara resmi Indonesia menganeksasi Papua pada tahun 1969. Jika dihitung hingga saat ini, Indonesia resmi menjajah Papua selama 47 tahun. Berbeda dengan Indonesia yang dijajah Belanda selama 350 tahun.

Selama 350 tahun Indonesia banyak belajar kelemahan Belanda dan berkat kelemahan Belanda sendiri membuka perguruan tinggi seperti Institut Teknologi Bandung maka muncullah sosok seperti Soekarno yang kemudian mengorganisir perlawan terhadap Belanda dan Merdeka pada tahun 1945 hanya karena keberuntungan Perang Dunia Kedua dimana Sekutu Bom Nagasaki dan Hirosima yang membuat Jepang kalah, dan kesempatan ini tak terliput yang dimanfaatkan oleh Pemuda dan Mahasiswa untuk mendesak Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Jikalau belajar dari sejarah Indonesia merdeka yang membutuhkan 350 tahun dengan Belanda dan 3,5 tahun dengan Jepang maka Indonesia dinilai sangat lambat dalam memperjuangkan kemerdekaannya.

Bangsa Papua Barat walaupun sudah memiliki Negara Republik Papua Barat sejak 1 July 1961 terpaksa harus tunduk pada Konspirasi International yang dimainkan oleh Amerika dan Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Bangsa Papua terpaksa dijajah oleh Indonesia.

Indonesia telah belajar selama 350 tahun dan mengetahui kelemahan-kelemahan Belanda sehingga mereka mampu mengalahkan Belanda melalui jalur diplomasi yang dimainkan Soekarno.

Bangsa Papua yang sudah merdeka tahun 1961 harus belajar lagi dari penjajah Indonesia, dan sejak tahun 1969 hingga tahun 2016 ini, suatu jangka waktu yang cukup panjang dan seluruh Orang Papua sudah tahu watak,karakter, kelemahan dan kelebihan Indonesia sehingga Indonesia akan mudah dikalahkan.

Mengutip pernyataan Pastor John Jongga " Cepat atau lambat Papua Pasti Merdeka " karena Indonesia selalu mengulangi kesalahan-kesalahan yang sama, menggunakan cara-cara yang lama maka Indonesia akan menelan ludah pahit seperti terjadi di Timor-Timur.

Bukan tidak mungkin, faksi-faksi perjuangan Papua Barat sudah bersatu, dukungan persaudaraan kulit hitam seluruh dunia baik di Melanesia, Pasific, Afrika, Caribian, Afrika Amerika semakin kuat.

Jumlah anggota Parlemen Internasional untuk West Papua makin hari makin bertambah jumlahnya terakhir New Zealand dan Kanada menggabungkan diri. Demikian juga Pengacara International semakin bertambah.

Dukungan negara-negara secara resmi sudah mendukug adalah Vanuatu, Kanaky, Tongga, Guyana, sementara negara-negara lain masih bermain di belakang layar, termasuk negara-negara pemegang hak veto. Tongga dan Salomon telah secara resmi menyuarakan pelanggaran HAM dan Genosida Papua Barat di Sidang PBB tahun 2015.

Perjuangan Papua Barat akan semakin meruncing dan akan bermuara di Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Agenda-agenda politik pembebasan Papua Barat telah disuarakan oleh Dewan Gereja Sedunia, Organ-organ lembaga kemanusian Katolik sudah memberikan laporannya ke PBB melalui Australia dan Fiji.

Menurut Amien Rais dalam wawancara dengan Andi Noya DI Kick Andy 23 Maret 2012, Gerakan Pembebasan Papua sudah semakin jauh dan sudah sampai pada kesimpulan Papua akan lepas, hanya tinggal persoalan waktu saja, terutama status Papua akan dibahas pada Komisi Dekolonisasi PBB.

Jika Indonesia membutuhkan waktu 350 tahun untuk merdeka, Papua hanya butuh waktu 50 tahun untuk mengembalikan Negara Republik Papua Barat yang sudah ada sejak 1 July 1961 melalui Self Determination baik berupa penyerahan lamgsung dibawah administrasi PBB ataupun dengan cara kedua melalui mekanisme Act Of Free Choice atau Referendum.

Tanggal 2 Mei dan 2 Juni 2016, rakyat Papua telah menunjukkan sikap politiknya untuk merdeka dan berdaulat penuh melalui gerakan pembebasan yang dimediasi oleh KNPB dimana 2800 orang ditangkap dan gerakan pasif tidak mendukung aksi tolak KNPB dan ULMWP yang dimotori transmiigrasi oleh inteligen Indonesia. 

Dilaporkan: Suara Papua Merdeka admin).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar