Barrett Salato, ketua delegasi Kepulauan Solomon saat menyampaikan pernyataan negaranya – Jubi/Victor Mambor |
Dalam sesi pleno 15 Maret, Barrett Salato yang menjadi ketua delegasi Kepulauan Solomon di sidang tersebut menyampaikan beberapa isu HAM di Papua yang menjadi perhatian bukan saja Kepulauan Solomon, namun juga Melanesia Spearhead Groups (MSG) dan Pacific Islands Forum (PIF).
“Kami sangat menghargai pelaksanaan Otonomi Khusus di Papua. Melalui Otonomi Khusus ini, banyak sumberdaya pembangunan yang disediakan untuk Papua, termasuk untuk pelayanan kesehatan dan pendidikan. Kami juga mengapresiasi meningkatnya perhatian Presiden Indonesia, Joko Widodo kepada Papua sejak ia terpilih sebagai presiden,” kata Barrett Salato, kepada forum sidang ke-31 Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB.
Meski demikian, lanjut Barrett Salato, negaranya memiliki kepedulian besar pada berbagai laporan tentang penahanan, pembunuhan, penyiksaan dan pembatasan kebebasan berekspresi dan berkumpul yang terjadi di Papua.
“Hal-hal ini menunjukkan indikasi kuat adanya diskriminasi rasial yang terjadi pada Orang Asli Papua (OAP) di tanah mereka sendiri,” lanjut Barrett Salato.
Kepulauan Solomon dan negara-negara Melanesia, menurut Barrett Salato juga prihatin dengan populasi OAP yang diperkirakan telah menjadi minoritas di Tanah Papua, sekitar 43 persen dari total populasi di Provinsi Papua dan Papua Barat.
“Kami mendorong pemerintah Indonesia untuk bekerjasama dengan Dewan HAM PBB memprioritaskan akses untuk Pelapor Khusus PBB untuk Kebebasan Berekspresi datang ke Papua,” kata Barrett Salato.
Kepulauan Solomon, ujar Barrett Salato, juga mendesak Pemerintah Indonesia untuk merespon secara positif permintaan Ketua PIF, Peter O’Neill yang juga Perdana Menteri Papua Nugini, untuk mengijinkan misi pencari fakta HAM datang ke Papua untuk memastikan adanya dugaan pelanggaran HAM yang terjadi di Papua.
Mengenai misi pencari fakta yang merupakan resolusi pertemuan PIF di Port Moresby tahun lalu, Ketua PIF, Peter O’Neill telah mengirimkan surat kepada President Joko Widodo pada akhir Januari lalu, untuk berkonsultasi tentang misi pencari fakta tersebut.
Namun Ketua MSG, Manasye Sogavare, usai bertemu dengan Perdana Menteri Fiji, Frank Bainimarama di Suva pekan lalu mengatakan belum ada jawaban pasti dari Pemerintah Indonesia.
“Dalam pertemuan dengan Perdana Menteri PNG, Peter O’Neill, ia mengatakan ia masih berdiskusi dengan Presiden Indonesia, tentang bagaimana PIF bisa mengirimkan misi pencari fakta ke Indonesia,” kata Sogavare. (Victor Mambor)
Lihat Video Kepulauan Solomon, Mr. Barrett Salato – Sidang ke-31 Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) di Geneva, 15 Maret 2016
Hal 1 pernyataan Kepulauan Solomon
Hal 2 pernyataan Kepulauan Solomon
Hal 1 pernyataan Kepulauan Solomon
Hal 2 pernyataan Kepulauan Solomon
Sumber: tabloidjubi.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar