Senin, 01 Juni 2015

ORANG PAPUA HARUS TAHU BAHWA DIRINYA ADALAH ORANG PAPUA

ORANG PAPUA HARUS TAHU BAHWA DIRINYA ADALAH ORANG PAPUA
Kita tahu bahwa kita adalah orang Papua, kulit hitam, rambut keriting, asal Pulau Papua, serumpun Malanesia. kita dikandung dan dilahirkan juga oleh mama orang Papua. Dibesarkan dari hasil ibu pertiwi Papua. Namun, dalam kesadaran Penuh.
Ada sekelompok orang yang sedang upayakan dan mereka pergi dengan membawa bendera merah putih ke KTT MSG di Salomon Island untuk menghambat upaya luhur rakyat semesta Papua untuk memutuskan mata rantai penindasan NKRI melalui mekanisme PBB berawal melalui pintu MSG.
Mengapa mereka pergi menghalangi upaya Papua Barat masuk ke MSG? Mungkin dilatar-belakangi oleh beberapa alasan berikut ini, antara lain:
Mereka telah tergiur dengan jabatan dan kekayaan serta kenikmatan lain yang ditawarkan oleh Negara Indonesia kepada mereka. Harta kekayaan (uang) dan jabatan (kekuasaan) serta kenikmatan lain adalah alat alat penawar yang paling ampuh. Harga diri mereka digadaikan dengan tawaran-tawaran murahan yang dapat mengiurkan. Mata hati mereka dibutakan oleh kenikmatan duniawi semata yang ditawarkan. Mereka pun terbawa arus oleh kenikmatan duniawi itu, maka dengan kesadaran penuh mereka menggadaikan harga dirinya dan harga diri bangsa Papua.
Silahkan Anda mengumpulkan harta kekayaan sebanyak-banyaknya, silahkan Anda menjadi pejabat apa pun dalam sistem NKRI, itu Hak Asasi Manusia Anda, kami tidak melarang itu, tetapi jangan sekali-kali menggadaikan perjuangan luhur bangsa Papua dengan jabatan, uang, atau kenikmatan lain; jangan sekali kali menghina atau melecehkan perjuangan bangsa Papua, karena untuk perjuangan kebebasan itu, banyak orang Papua mati dibunuh, banyak lagi yang menderita dirimba raya, dilembah, dipesisir pantai, di gunung, dan di penjara serta di rantauan atau dinegeri orang.
Sungguh ironis! Mereka adalah kaum terdidik, kaum intelektual terkemuka di Papua, namun kepintaran mereka digunakan untuk balik menjajah keluarganya, sukunya dan bangsanya dengan cara mempertahankan penindasan. Mereka dikandung, dilahirkan, dibesarkan, dan dibiayai untuk berbuat baik bagi keluarganya, sukunya dan bangsanya serta sesamanya, tetapi mereka lupa dan tidak tahu diri. Mereka pergi bergandengan atau melacurkan diri bersama dengan negara penjajah Indonesia untuk memperpanjang penindasan terhadap keluarganya, sukunya dan bangsanya - Papua Barat.
Mereka-mereka telah menjadi bagian dari sistem NKRI yang selama ini menjajah bangsa Papua, maka mungkin saja mereka dengan terpaksa melakukan sesuatu yang sangat bertentangan dengan suara hatinya. Memang sewaktu dilantik memegang salah satu jabatan, mereka telah disumpah untuk setia kepada NKRI. Maka itu sebagai bukti kesetiaan mereka kepada NKRI, apa pun yang diperintah oleh atasannya, dipatuhi dan dilaksanakan. Itu berarti harga diri mereka telah digadaikan dengan jabatan, ideologi bangsanya digadaikan dengan ideologi bangsa lain. Itu berarti mereka telah mengkhianati perjuangan luhur bangsa Papua.
Sungguh sangat menyedihkan! Di saat rakyat semesta Papua Barat berjuang keras untuk keluar dari penjajahan NKRI, pada saat yang sama pula masih ada orang Papua yang masih menari-nari di atas darah dan air mata rakyat semesta Papua Barat; di saat orang Papua mencari jalan keluar untuk bebas dari penjajahan RI, di saat yang sama, masih ada orang Papua yang menghalangi jalan menuju pembebasan nasional Papua; di saat orang Papua berjuang keras untuk mengakhiri penindasan RI di Tanah Papua, di saat yang sama pula, masih ada orang Papua tertentu mempertahankan penjajahan; di saat orang Papua banting tulang menghalau penindasan RI, di saat yang sama masih ada orang Papua yang diam membisu dan malas tahu.
Tindakan untuk menghalagi upaya Papua Barat masuk ke MSG ini bukan dilakukan karena kekilafan, bukan karena ketidak-tahuan, tetapi dilakukan dengan kesadaran penuh dan memahami masalah dengan baik. Karena itu mereka ini tidak tahu diri, tidak tahu adat, tidak tahu hukum agama. Mereka ini pantas disebut pengkhianat (JUDAS PAPUA).

Sekertaris I KNPB pusat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar